Idealisme Hangat Hangat Tahi Ayam
Tanggal: 11 Mei 2017 10:45 wib.
Sebelum pemilihan:
Armando: "Mayoritas masyarat DKI adalah golongan masyarakat terdidik. Mereka adalah pemilih rasional. Mereka tidak akan terpengaruh oleh isu-isu agama."
Setelah pemilihan:
Armando: "57.9 persen masyarakat DKI GOBLOK semua!"
😩
Sebelum hakim memutuskan:
Abu Janda: "Semua harus menerima keputusan hakim. Kita harus belajar dewasa sebagai warga negara. Ini negara hukum, Bung!"
Setelah hakim memutuskan:
Abu Janda: "Hakim b*ngsat! Negara apa ini? Pasti hakimnya disuap! Bebaskan Ahok sekarang juga. Dia tidak bersalah. Jusuf Kalla harus mundur dari kursi Wapres!"
😥
Sebelum sidang berakhir:
Jelantik: "Itu yang demo-demo tanggal cantik apa pengangguran semua ya? Seharian demo kayak orang nggak punya kerjaan. Dasar kaum radikal intoleran!"
Dan dari kemarin sore hingga tadi malam, Jelantik termasuk salah satu demonstran yang menangis sambil memeluk tiang listrik di depan LP Cipinang. Membakar apa saja yang bisa dibakar, dan bersama teman-temannya berusaha merobohkan pagar bangunan LP. Dan akhirnya Ahok harus dipindahkan karena keamanannya terancam oleh pendukungnya sendiri.
***
Armando, Abu Janda, dan Jelantik, adalah gambaran 42% masyarakat kita yang idealismenya bisa berubah-ubah secara drastis, tergantung mood mereka. Perubahannya tidak lagi hitungan tahun. Idealisme mereka bisa berubah dalam hitungan detik.
Mereka begitu mudah mencap orang lain yang tidak sepaham dengan mereka sebagai golongan radikal, anti pancasila, tidak taat hukum, intoleran, dan label-label negatif lainnya. Padahal di satu sisi, mereka sendiri mempraktekkan semua secara vulgar.
Mereka juga yang dulu menangis terisak-isak ketika pemerintahan SBY menaikkan BBM bersubsidi sebesar 500 rupiah, ketika pemerintah saat itu tidak lagi mampu menanggung beban subsidi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia. Mereka mengutuk SBY sebagai vampir penghisap darah rakyat.
Lalu ketika pemerintahan berganti, kemudian mereka berbalik menjadi golongan yang mengutuk orang-orang yang menangis ketika pemerintah menghapus hampir semua subsidi, sebagai golongan masyarakat manja dan pemalas.
Begitulah. Harap maklum. Yang waras ngalah!