Gelap Mata Netanyahu Terus Berkomitmen Usir Warga Gaza
Tanggal: 19 Feb 2025 13:59 wib.
Tampang.com | Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menegaskan komitmennya terhadap usulan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan mengambil alih Gaza dan menggusur penduduk Palestina dari wilayah tersebut. Sikap keras Netanyahu ini disampaikan bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, ke Timur Tengah, yang bertujuan untuk merayu negara-negara Arab agar mendukung rencana kontroversial tersebut.
Dalam pertemuan diplomatiknya, Marco Rubio melakukan perjalanan ke Arab Saudi sebagai bagian dari upaya AS untuk mendapatkan dukungan regional. Seorang sumber di Arab Saudi menyebut bahwa Riyadh akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak regional akhir pekan ini.
"Pertemuan itu untuk membahas alternatif Arab terhadap rencana Presiden Donald Trump yang banyak dikritik untuk Jalur Gaza," kata sumber tersebut, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Selasa (18/2/2025).
Rencana AS untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan penduduk Palestina telah menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia dan negara-negara di Timur Tengah. Namun, Netanyahu tampaknya tetap bersikeras bahwa langkah ini diperlukan demi keamanan Israel.
Netanyahu bahkan secara terang-terangan mendukung gagasan relokasi warga Palestina ke negara lain. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa Israel tidak bisa hidup berdampingan dengan "ancaman" yang terus-menerus datang dari Jalur Gaza.
Sikap keras Netanyahu ini semakin memperburuk ketegangan di kawasan tersebut, terutama setelah agresi militer Israel yang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Gaza. Warga Palestina kini berada dalam kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk, dengan ribuan orang kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara yang tiada henti.
Reaksi Dunia Arab dan Tantangan Diplomatik
Sementara itu, negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, sedang mencari solusi alternatif guna mengatasi krisis Gaza tanpa harus mengikuti skenario AS. Riyadh dan beberapa negara sekutu dikabarkan sedang merumuskan rencana baru yang lebih berfokus pada stabilitas kawasan dan hak-hak rakyat Palestina.
Langkah AS dan Israel ini juga menambah beban diplomasi bagi negara-negara Teluk, yang selama ini berusaha menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Washington dan dukungan terhadap Palestina. Beberapa analis politik menyebut bahwa Riyadh kemungkinan akan menggunakan pertemuan puncak tersebut untuk menggalang dukungan negara-negara Arab lainnya agar menolak usulan Netanyahu dan AS.
Di sisi lain, rakyat Palestina semakin kehilangan harapan terhadap upaya diplomasi internasional. Mereka menilai bahwa berbagai perundingan selama ini hanya menguntungkan Israel dan tidak membawa perubahan nyata bagi kehidupan mereka.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, masa depan Gaza semakin tidak menentu. Jika rencana AS dan Israel terus berjalan, maka jutaan warga Palestina terancam kehilangan tanah air mereka. Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa pengusiran paksa terhadap warga Gaza dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang dan melanggar hukum internasional.
Sementara itu, dunia masih menunggu bagaimana pertemuan puncak regional di Riyadh akan menghasilkan solusi yang adil bagi rakyat Palestina. Namun, dengan Netanyahu yang semakin keras kepala dan AS yang terus mendorong kepentingannya di kawasan, harapan bagi Gaza untuk mendapatkan keadilan masih terasa jauh dari kenyataan.