Fahri Menaggapi Kunjungan Jokowi ke Afghanistan, Tidak Perlu Dramatisasi
Tanggal: 30 Jan 2018 20:16 wib.
Bukan hal yang mengherankan dan bukan pertama kalinya tindakan, keputusan, dan gaya kepemimpinan Presiden Indonesia, Joko Widodo menjadi sorotan berbagai media hingga menjadi trending topic. Gaya kepemimpinannya yang sederhana dan sangat berbeda dengan presiden-presiden Indonesia sebelumnya seringkali menjadi bahan pembicaraan di media nasional hingga internasional. Kabar terbaru Presiden Jokowi yang telah menjadi sorotan media adalah kunjungannya ke Afghanistan pada 29 Januari 2018 bersama rombonganya yang keliling 5 negara di Asia Selatan termasuk Afghanistan. Mengapa tidak menjadi sorotan karena tekadnya menginjakkan kaki di Afghanistan padahal disana masih kondisi terror yang menegangkan dimana telah makan korban jiwa lebih dari 100 orang.
Seperti yang dikabarkan sebelumnya, kunjungan presiden Jokowi ke Afghanistan merupakan bentuk solidaritas negara Indonesia terhadap negara Muslim yang sedang mengalami konflik menegangkan.
Menanggapi berita kunjungan Jokowi ke Afghanistan yang sedang hangat di masyarakat Indonesia ini, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah angkat suara dengan menceritakan kisah-kisah presiden Indonesia yang sebelumnya juga pernah singgah ke negara-negara konflik misalnya saja Soekarno dan Soeharto.
Fahri mengatakan bahwa Soekarno seringkali berpidato dengan kritikan pedas terhadap negara-negara barat, tetapi sang Proklamator Indonesia tersebut juga biasa saja ketika berkunjung ke negara barat.
"Padahal dengan pidato-pidatonya dan politik luar negeri Indonesia, dia sebetulnya menciptakan banyak musuh di luar negeri," kata Fahri dalam pesan singkat, Selasa (30/1).
Cerita lain yakni mengenai keberanian Soeharto Presiden kedua Indonesia yang menyelundupkan senjata ke Bosnia untuk membantu umat muslim disana untuk melawan penjajahan yang dilakukan Serbia pada tahun 1995 tersebut.
"Pak Harto dulu menyelundupkan senjata ke Bosnia untuk membela masyarkat muslim Bosnia dalam perang Balkan, mantan Yugoslavia melawan Serbia yang melakukan genosida. Lalu Pak Harto terbang ke sana dalam suasana belum aman dan beliau membangun masjid di Bosnia," jelas Fahri.
Menurut Fahri, sejak era Soekarno dan Soeharto Indonesia sudah tak memiliki musuh negara luar.
"Karena umumnya rata-rata mereka (presiden setelah Sokarno dan Soeharto), orang yang lembek dan tidak punya politik luar negeri yang jelas, dalam hal ini saya tidak menyebut satu dua presiden, ringkasnya sebetulnya tidak ada ancaman apapun di luar negeri bagi pemimpin-pemimpin Indonesia, termasuk presiden," kata Fahri.
Dirinya melihat bahwa kunjungan Jokowi ini tidak perlu didramatisasi karena Indonesia tidak memiliki musuh negara-negara luar, sehingga peluang untuk mendapatkan serangan dari negara luar kecil.
"Jadi tidak perlu ada dramatisasi, karena ini biasa-biasa saja, Indonesia sekarang tidak punya musuh, karena tidak punya kepemihakan dalam politik luar negeri pemerintah," Fahri menutup.