Eksepsi Asma Dewi yang Mengibakan, Dituduh Segala Macam, Gara-Gara Status Kritik Pemerintah
Tanggal: 1 Des 2017 21:20 wib.
Kepada bapak Hakim yang terhormat,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Sebenarnya saya bingung, dengan kasus saya.
Pada tanggal 8 September 2017. Ketika saya dan kedua anak perempuan saya sedang istitahat sehabis sholat dhuha di rumah orangtua saya (domisili saya selama ini) rumah kami di grebeg oleh 15 orang aparat yang mengaku dari Bareskim. Mereka lompat pagar dan mematikan listrik dan mereka berteriak Ibu "Gerindra". saya bilang bukan.
Mereka lompat pagar dengan alasan takut saya melarikan diri dan menghilangkan barang bukti. Saya jawab untuk apa saya melarikan diri dan menghilangkan barang bukti sedangkan saya tidak tahu ada masalah apa dan barang bukti apa yang akan saya hilangkan. Saya tidak tahu ditangkap dan atas tuduhan apa?
Saya dipaksa untuk dibawa tanpa surat perintah penangkapan atas nama saya) saya menolak, minta menunggu kakak saya pulang dan mereka ke rumah orang tua saya tanpa didampingi RT/RW. Ketika saya pulang, saya siap ikut dengan mereka.
Sesampainya di Cyber Crime, ternyata BAP saya mengenai postingan di Facebook mereka bilang mengenai postingan tahun 2016. Saya sudah lupa mengenai postingan itu.
1. Dalam postingan yang pertama, saya copy paste dari koran Sindo, mengenai bahasa Sang Sakerta, disana tertulis "Di Malaysia diwajibkan belajar bahasa Sang Sakerta, dan saya komen diatas postingan "Kenapa disini harus belajar bahasa china (dengan emoticon tertawa) bukan tanda seru. Menurut saya itu sambil bercanda, bukan hate speech. Maaf kalau saya salah, karena saya tidak tahu batasan kritik dan hate speech.
2. Postingan kedua, mengenai vaksin rubella palsu dari China yang berbahaya (copy paste dari media juga). Diatasnya komen #Wah bahaya semua dari China)". Hal itu saya katakan karena banyak berita yang saya baca.
- Sabu-sabu yang masuk melalui tiang pancang infrastruktur dari China
- Beras plastik dari China
- Wortel yang disuntik bahan bahaya dari China
- Telur palsu dari China, dll.
Dan saya yang bodoh ini komen begitu karena semua itu memang dari China bukan dari negara lain. Kalau dari India pasti saya akan bilang. "Wah bahaya semua yang dari India".
3. Postingan ketiga, mengenai harga daging mahal. Menpan, menyuruh rakyat makan jeroan, kalau rakyat tidak sanggup beli daging. Sedang kita tahu jeroan banyak menyebabkan penyakit penyakit dan di berita juga tertulis jeroan di luar negeri dibuang dan saya komen diatasnya "Rezim koplak".
Menurut saya yang rakyat biasa ini, itu hanya ungkapan kekecewaan saya sebagai rakyat karena kenapa pemerintah tidak memberikan solusi, hingga harga daging murah dan bisa terbeli oleh rakyat. Dan saya ingat pak Jokowi pernah mengatakan siap dikritik sekeras apapun. Menurut saya ungkapan diatas hanya ungkapan ekecewaan, bukan hate speech.
4. Mengenai postingan ke empat, saya share dari postingan orang lain dan menulis kembali judulnya diatas (bukan komen). Dan menurut saya berita itu hanya merupakan informasi bukan hate speech.
Tapi diluar kasus yang ditanyakan BAP entah mengapa polisi mengatakan di media, saya adalah bendahara Saracen dan saya jadi inget di mobil salah seorang Polwan mengatakan "Mbak akan diarahkan ke Saracen" kakak saya saksinya.
Saya bingung apa itu Saracen. Kenapa saya saya di fitnah sebagai bendahara Saracen dan yang lebih sadis lagi berita di Youtube, saya dituduh hendak mengepung Borobudur, saya mentransfer 75 juta ke Saracen untuk ujaran kebencian dan mendapat aliran dana dari partai dan diberitakan akan menjadi caleg dari gorontalo sedangkan saya bukan kader dari partai.
Yang membuat saya dan keluarga sedih, karena nama saya hancur akibat bully-an dan fitnahan. Pada saat saya ditahan saya dibuatkan surat khusus dari Cyber Crime "Bahwa saya harus diawasi gerak geriknya, tidak boleh dibesuk seara langsung atau tidak langsung oleh teman dan keluarga tanpa ijin penyidik". Saya dianggap berbahaya bisa memecah belah bangsa. Memangnya Asma Dewi ini siapa? Sehingga begitu ditakuti dan harus diawasi seolah-olah saya teroris kelas kakap (sedangkan Ali Imron saja teroris bom Bali bebas dibesuk) dan di luar (di media). juga beredar berita, saya bukan ibu rumah tangga biasa, ada agenda besar di belakang saya.
Saya dan keluarga bingung dan sedih, begitu banyak tuduhan dari fitnahan kepada saya dan semua itu tidak benar. Oknum Polisi setega itu memfitnah dan mencemarkan nama baik saya kepada media sehingga menyebabkan nama saya viral di seantero negeri bahkan sampai ke luar negeri dengan segala keburukan dan kehinaan.
Pada saat saya masuk tahanan pun ada beberapa tahanan yang ditugaskan untuk memata-matai saya dan akhirnya mereka heran, apa yang berbahaya dari seorang Asma Dewi bahkan mereka meminta maaf dan mengatakan "Kenapa bunda yang selalu membela kami dan tempat curhat kami para tahanan dianggap berbahaya. Dan yang lebih parah lagi becandaan kami ditahanan bahwa saya jadi Presiden saya mengangkat teman-teman saya menjadi menteri, dianggap serius oleh Polisi dan bahkan saya mendapat info dari teman-teman saya, bahwa teman saya tersebut dimintai untuk menjadi saksi yang memberatkan saya dan mereka menolak.
Saat mereka ditanya kalau sudah selesai BAP mau melakukan apa, mereka menjawab akan main dengan cucu dan polisi bilang "Bagus jangan seperti bu Dewi yang mau mencalonkan diri jadi Presiden" (tentu saja teman saya tertawa sambil cerita karena mereka memang tahu saya memang suka bercanda).
Bapak Hakim yang terhormat, sudah sempurna kesedihan dan kebingungan saya. Karena di media di tuduh dan di fitnah macam-macam. Saya sudah tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan sudah puas mengeluarkan air mata, karena terlalu kejam yang mereka tuduhkan kepada saya. Kalau saya tanyakan kepada penyidik mengenai hal itu, dia hanya mengatakan dengan enteng "saya kan mem-BAP masalah facebook". Padahal mereka pasti sangat paham apa efek psikologis dari semua fitnah di media terhadap saya, dan keluarga besar saya apalagi ayah saya adalah Polisi Wamil angkatan pertama yang terkenal bersih dan sekarang sudah dimakamkan di taman makam pahlawan Kali bata lantas saya harus meminta pertolongan dan perlindungan kepada siapa?
Aparat yang seharusnya mengayomi rakyat, memfitnah saya habis-habisan.
Dalam kesedihan saya bersyukur karena Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan saya dan saya yakin akan ada pertolongan yang tidak diduga-duga dari orang-orang yang berhati mulia, yang memahami jeritan hati seorang hamba Allah, seorang ibu rumah tangga dan seorang rakyat NKRI tercinta ini.
Bapak Hakim yang terhormat saya tidak pandai menulis kata-kata. Saya berharap bapak Hakim dapat memahami dan mengampuni dan membebaskan saya yang bodoh ini dari semua tuduhan. Saya memohon kemurahan hati bapak.
Demikian curahan hati saya yang dapat saya curahkan selama saya dalam tahanan.
Wassalamualaikum
Hormat saya, Asma Dewi Ali Hasjim