Edy Rahmayadi Saya Kembali Maju untuk Cegah Sumut Dipimpin "Anak Karbitan"
Tanggal: 1 Okt 2024 07:35 wib.
Tampang.com | Calon gubernur Sumatera Utara nomor urut 2, Edy Rahmayadi, mengungkapkan bahwa pada awalnya ia tak berniat mencalonkan diri kembali dalam Pilkada Sumut 2024. Namun, keputusan tersebut berubah karena ia merasa tak rela jika provinsi ini dipimpin oleh sosok yang ia anggap sebagai "anak karbitan." Istilah ini ia tujukan kepada Bobby Nasution, yang menurutnya tidak memiliki pengalaman dan kapasitas untuk memimpin Sumut dengan baik.
Edy mengemukakan pandangannya yang beralasan, bahwa Bobby sebenarnya bukan sosok yang dikenal luas oleh masyarakat Medan, apalagi Sumut, sebelum menikahi Kahiyang Ayu, putri Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pernikahan tersebut, menurut Edy, dimanfaatkan Bobby untuk melangkah ke dunia politik.
Karier politik Bobby menanjak pesat setelah memenangkan Pilkada Kota Medan pada 2020, meski kemenangan itu, menurut Edy, tak terlepas dari peran elemen negara yang membantunya dengan cara yang tak sepenuhnya adil. Tanpa bantuan tersebut, Edy berpendapat bahwa Bobby mungkin tak akan mampu meraih kemenangan.
Kritik terhadap Kepemimpinan Bobby
Sejak dilantik sebagai Wali Kota Medan pada Februari 2021, Bobby dinilai Edy gagal memperbaiki kondisi kota. Beberapa aset kebanggaan Medan mengalami kerusakan, seperti Lapangan Merdeka dan Stadion Teladan yang kini hancur, memperburuk wajah kota. Infrastruktur kota, seperti jalan, tetap berlubang, sementara janji untuk mengatasi banjir di Medan justru tak kunjung terwujud. Situasi ini membuat Edy khawatir jika Bobby terpilih sebagai gubernur, Sumatera Utara akan mengalami kondisi serupa, apalagi setelah Jokowi tidak lagi menjabat presiden mulai Oktober 2024.
Menurut Edy, janji-janji politik Bobby belum terbukti selama menjabat sebagai wali kota. Bahkan di tengah pemerintahan ayah mertuanya yang masih berkuasa, Bobby tak mampu mewujudkan janji-janji tersebut, sehingga Edy tak yakin Bobby bisa melakukannya saat Jokowi tak lagi menjadi presiden.
Ambisi Edy untuk Sumut
Dalam beberapa kesempatan, Bobby mengklaim telah membawa perubahan positif bagi Kota Medan, meski Edy melihat kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Ancaman banjir semakin serius, dan bahkan kantor Gubernur Sumut sendiri sering kali tergenang air. Kekhawatiran Edy semakin menguat, terutama karena Bobby juga disebut-sebut dalam beberapa kasus hukum, termasuk dugaan korupsi dan penyelundupan nikel ke China.
Edy menegaskan, inilah alasan mengapa ia memutuskan untuk kembali maju. Selain ingin memastikan Sumut tidak jatuh ke tangan yang ia anggap belum berpengalaman, ia juga merasa masih banyak tugas yang belum selesai dari periode kepemimpinannya di 2018-2023, khususnya yang tertunda akibat pandemi Covid-19.
“Sebenarnya saya tidak ingin mencalonkan diri lagi karena usia saya hampir 64 tahun. Namun, jika saya mundur, Sumut bisa dipimpin oleh orang yang saya anggap belum terpercaya. Saya tidak ingin 16 juta penduduk Sumut dipimpin oleh sosok seperti itu,” ujar Edy dalam pertemuannya dengan pengurus PDI-P di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Senin (30/9/2024).
Tanggapan terhadap Bobby
Edy juga menghindari konflik langsung dengan Bobby, meskipun ia sering diserang terkait infrastruktur Sumut selama menjabat. Menurut Edy, perbaikan jalan antarprovinsi merupakan tanggung jawab nasional, dan alokasi dana APBD tidak mencukupi untuk mengatasi semua masalah tersebut sekaligus. Jalan provinsi di Sumut mencakup sekitar 3.005 kilometer, sementara alokasi anggaran untuk infrastruktur berkisar Rp 300 miliar hingga Rp 400 miliar.
“Biaya per kilometer bisa mencapai Rp 5 miliar, makanya pembangunannya dibuat dengan skema multiyears agar bisa diatasi bertahap,” kata Edy yang juga mantan Ketua Umum PSSI.
Meski demikian, Edy memastikan bahwa anggaran provinsi telah digunakan secara tepat, termasuk untuk Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 1,7 triliun sejak ia menjabat pada 2018.