Sumber foto: Pinterest

BUMN dan Kinerja Politik: Untung Rugi bagi Rakyat?

Tanggal: 17 Apr 2025 08:36 wib.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagai entitas yang dikelola oleh negara, BUMN tidak hanya berfungsi untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga memiliki tugas sosial dalam memberikan layanan publik. Namun, keberadaan BUMN sering kali terlibat dalam politik praktis, yang menimbulkan pertanyaan atas kinerja mereka dan dampaknya bagi rakyat.

Politik praktis sering kali memengaruhi keputusan yang diambil oleh BUMN. Dalam banyak kasus, pemilihan direksi BUMN tidak hanya didasarkan pada kompetensi, tetapi juga pada hubungan politik. Penunjukan pejabat yang lebih mengutamakan afiliasi politik daripada kemampuan teknis dapat mengakibatkan manajemen yang kurang efisien. Hal ini menjadi tantangan besar untuk mencapai efisiensi publik yang ideal, di mana BUMN seharusnya dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan biaya yang terjangkau.

Salah satu contoh nyata dari dampak politik praktis pada BUMN adalah ketika pergantian kepemimpinan di BUMN dilakukan menjelang pemilihan umum. Penunjukan pejabat baru sering kali dilakukan dengan harapan mendapatkan dukungan politik. Dalam banyak kasus, hal ini berpotensi mengalihkan fokus dari tujuan utama BUMN yang seharusnya adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. 

Dengan terjadinya pengunduran diri atau pergeseran pimpinan akibat isu-isu politik, ada risiko bahwa proyek-proyek strategis yang sudah berjalan terhambat. Hal ini mampu mengganggu penyediaan layanan publik, seperti infrastruktur, yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. BUMN yang idealnya bertugas memberikan solusi bagi ketidakpuasan publik dalam layanan sosial malah terjebak dalam lingkaran birokrasi yang angkuh, sehingga tidak bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi rakyat.

Di sisi lain, banyak BUMN yang berhasil memberikan kontribusi positif meskipun terpengaruh oleh politik praktis. Beberapa BUMN mampu mengelola proyek-proyek besar yang membawa keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Misalnya, BUMN yang berfokus pada sektor energi, transportasi, dan infrastruktur, dapat menghasilkan lapangan kerja serta mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam konteks ini, meski dicampuri politik, BUMN tetap menunjukkan potensi untuk mendukung kesejahteraan rakyat.

Namun, keuntungan ini sering kali diimbangi dengan kerugian akibat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan umum. Politisi sering kali menggunakan BUMN sebagai alat untuk kepentingan politik, yang dapat mengakibatkan pemborosan anggaran dan penyaluran sumber daya yang tidak tepat. Keputusan investasi yang didorong oleh kepentingan politik, bukan oleh analisis yang berbasis pada data, dapat mengarah pada kegagalan proyek dan kerugian finansial yang signifikan.

Efisiensi publik seharusnya menjadi fokus utama bagi setiap kebijakan yang berkaitan dengan BUMN. Namun, saat BUMN dikelola dengan mempertimbangkan agenda politik yang tidak selaras dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas, kontribusi mereka terhadap kesejahteraan rakyat akan menjadi tidak maksimal. Hal ini akan memunculkan ketidakpuasan di masyarakat, yang pada gilirannya berpotensi memicu protes atau bahkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

Situasi ini mengharuskan para pengambil keputusan untuk lebih mempertimbangkan bagaimana kebijakan yang diambil terkait dengan pengelolaan BUMN mempengaruhi rakyat. Tanpa adanya perencanaan dan eksekusi yang baik serta tanpa mengedepankan kepentingan publik, BUMN bisa terlupakan sebagai kendaraan yang membawa kemakmuran bagi rakyat. 

Dengan mengingat semua faktor di atas, penting bagi kita untuk terus memperhatikan bagaimana hubungan antara BUMN dan politik praktis berlangsung, dan sejauh mana hal tersebut mampu atau tidak mampu memberikan efisiensi publik yang diharapkan oleh masyarakat luas.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved