Sumber foto: pinterest

Brexit: Perceraian Politik yang Mengguncang Eropa

Tanggal: 14 Mei 2025 18:43 wib.
Brexit, sebuah istilah yang merujuk pada keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, telah mengubah lanskap politik dan ekonomi Eropa secara dramatis. Proses ini dimulai dengan referendum yang digelar pada 23 Juni 2016, di mana lebih dari 30 juta pemilih memberikan suara. Hasilnya, sekitar 51,9% memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, menandai babak baru dalam sejarah hubungan Inggris dan Eropa.

Setelah hasil referendum diumumkan, Inggris menghadapi tantangan besar dalam merumuskan strategi keluar dari Uni Eropa. Pemerintah Inggris yang dipimpin oleh Perdana Menteri saat itu, David Cameron, terpaksa mengundurkan diri akibat hasil referendum tersebut. Penggantinya, Theresa May, mengambil alih tugas berat untuk melaksanakan proses keluar yang dikenal sebagai "Article 50" dari Perjanjian Maastricht, yang menetapkan prosedur untuk negara-negara anggota yang ingin keluar dari Uni Eropa.

Brett Kavanaugh, seorang profesor politik dari sebuah universitas terkemuka di Inggris, menilai bahwa dampak dari Brexit tidak hanya dirasakan di Inggris tetapi juga di seluruh Eropa. Keputusan ini menciptakan ketidakpastian di pasar global dan memengaruhi stabilitas politik negara-negara lain yang tergabung dalam Uni Eropa. Negara-negara anggota lain seperti Prancis, Jerman, dan Italia mulai merespons dengan hati-hati terhadap gerakan populis yang menyerukan referendum serupa di negara mereka. Hal ini mengkhawatirkan banyak pemimpin Eropa yang khawatir bahwa Brexit akan memicu efek domino di benua tersebut.

Proses negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa berlangsung keras dan penuh ketegangan. Isu-isu terkait perdagangan, batasan imigrasi, serta hak-hak warga negara menjadi poin penting dalam diskusi. Salah satu tantangan terbesar adalah menentukan bagaimana perdagangan antara Inggris dan negara-negara anggota Uni Eropa akan berlanjut setelah Brexit. Dalam beberapa bulan, pertemuan-pertemuan antara perwakilan Inggris dan Uni Eropa berlangsung, namun banyak yang meramalkan bahwa konsensus akan sulit tercapai.

Pada akhirnya, Theresa May harus mengundurkan diri dan digantikan oleh Boris Johnson, yang berjanji untuk menjalankan Brexit meskipun itu berarti meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan. Pada 31 Januari 2020, proses panjang dan melelahkan tersebut akhirnya mencapai titik akhir ketika Inggris resmi keluar dari Uni Eropa. Namun, perpisahan ini bukanlah akhir dari tantangan bagi Inggris.

Setelah keluarnya Inggris, periode transisi dimulai, yang memungkinkan kedua belah pihak untuk menegosiasikan hubungan baru yang lebih luas. Namun, ketidakpastian terus menyelimuti kedua belah pihak. Inggris perlu membangun kesepakatan perdagangan baru dan mengatur ulang berbagai kebijakan dalam hal imigrasi, regulasi pasar, dan bahkan hubungan diplomatik.

Berkembangnya arus Brexit tidak hanya tentang politik, tetapi juga menyentuh kehidupan sehari-hari warga di kedua belah pihak. Perubahan kebijakan imigrasi dapat mempengaruhi banyak pekerja dari negara-negara anggota Uni Eropa yang bekerja di Inggris, memberikan dampak finansial dan sosial yang signifikan.

Sebagai salah satu momen paling menentukan dalam sejarah politik modern, Brexit menunjukkan betapa rumitnya hubungan antara negara dan aliansi multinasional. Efek dari perceraian politik ini masih terus berlanjut, dengan banyak yang bertanya-tanya bagaimana masa depan Inggris akan terjalin di skena global sementara Uni Eropa juga berusaha mempertahankan kesatuan dan integritasnya. Seiring berjalannya waktu, Brexit pasti akan terus menjadi topik perdebatan yang hangat di kalangan politisi, ekonom, dan masyarakat umum di Eropa dan di seluruh dunia.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved