Belum Deklarasi Capres, Strategi Jitu Prabowo Patahkan Kode Luhut
Tanggal: 12 Apr 2018 18:41 wib.
“Baru saja saya menerima keputusan saudara-saudara sekalian dan sebagai mandataris partai, pemegang mandat saudara sekalian, sekaligus ketua umum, saya menyatakan diri tunduk dan patuh. Saya menerima keputusan ini sebagai suatu penugasan, suatu amanat, suatu perintah, dan saya menyatakan siap melaksanakannya.” https://m.detik.com/news/berita/3966819/ini-pernyataan-lengkap-prabowo-siap-nyapres Demikian penggalan pidato yang disampaikan oleh Prabowo Subianto saat menutup Rakornas Partai Gerindra yang digelar di Hambalang, Bogor, pada 11 April 2018. Pidato yang disampaikan dihadapan ribuan kader Gerindra yang datang dari segala penjuru tanah air itu juga sebagai penanda telah dicapreskannya Prabowo oleh partai yang didirikan dan dipimpinnya. Setelah serah terima mandat tersebut, Prabowo kini tinggal menunggu momen pendeklarasiannya. Rencananya, Prabowo akan dideklarasikan di Banyumas seusai Pilkada Serentak 2018. Sebagaimana yang dikatakan Prabowo, Gerindra memang tidak mengagendakan deklarasi pencapresan dalam rakornas yang digelarnya pada 11 April 2018. "Saya kira belum ya. Tanggal 11 belum deklarasi. Rapat koordinasi nasional, apel kader nasional dan intern, maaf tidak ada media," ujar Prabowo dengan begitu tegasnya. https://nasional.kompas.com/read/2018/04/07/22163201/menurut-luhut-prabowo-sedang-menyiapkan-diri-jadi-capres-2019 Lantas, kenapa media, pengamat, politisi, dan tidak ketinggalan warganet menyebut pencapresan Prabowo telah dideklarasikan? Sederhana sekali, media dan lain sebagainya itu tengah berupaya menggiring opini publik untuk mengaitkan pencapresan Prabowo dengan pertemuan empat mata antara Prabowo dengan Luhut Binsar Panjaitan. Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Grand Hyatt, Jakpus pada 6 April 2018 atau hanya berselang 5 hari sebelum pelaksanaan Rakornas, Luhut mengungkapkan bila keduanya sempat membahas soal pencapresan Prabowo "Ya seperti yang beliau sampaikan di publik kan jelas. Beliau masih menghitung dengan cermat kapan mau melakukan deklarasi. Biar saja, beliau kalau beliau mau maju ya bagus," ungkap Luhut dua hari setelah pertemuan. https://m.detik.com/news/berita/3960488/luhut-bongkar-isi-pertemuan-dengan-prabowo Pertemuan tertutup dua mantan perwira tinggi korp elit Angkatan Darat yang diketahui telah lama berseberangan ini memunculkan segudang tanya, bahkan kecurigaan. Apakah ada deal di antara keduanya sebagaimana yang ditanyakan oleh Sekjen Nasdem Johnny G Plate kepada wartawan. "Apakah ada negosiasi, apa karena elektabilitasnya susah dinaikkan? Atau mungkin karena ada kepentingan atau deal apa dia nggak maju?" tanya Johnny. https://m.detik.com/news/berita/d-3962195/nasdem-bertanya-tanya-soal-deal-politik-prabowo-luhut Menariknya, jika saja Luhut tidak membeberkanya, masyarakat tidak akan mengetahui adanya pertemuan empat mata tersebut. Dan, lewat pengungkapannya tersebut, secara tidak langsung Luhut mengklaim jika dalam pertemuan itu dirinya telah memenangkan “permainan kartu” melawan Prabowo. Sebaliknya, belum ada sepatah kata pun yang terlontar dari Prabowo perihal pertemuan tertutupnya dan juga terkait pernyataan Luhut Prabowo lebih memilih bungkam. Mantan Panglima Kostrad ini seolah membiarkan polemik yang tengah berkembang. Sekalipun, jelas-jelas, narasi yang coba dikembangkan sangat merugikan dirinya. Benar saja, pascapemberitaan yang menyebut Prabowo telah dideklarasikan, pertemuan empat matanya dengan Luhut pun langsung dikait-kaitkan. “Pendeklarasian Prabowo adalah pesanan Istana”. Begitu kira-kira narasi yang tengah dikembangkan. Tidak mengherankan jika pendeklarasian Prabowo disambut dingin oleh netizen pendukungnya. Netizen pendukung Prabowo justru lebih disibukkan dengan perdebatan soal Ricky Gerung yang menyebut kitab suci sebagai fiksi. Kicauan-kicauan Fadli Zon lewat akun Twitter-nya pun hanya direspon segelintir “burung”. Sepinya respon atas kicauan Fadli soal pencapresan Prabowo ini jauh berbeda jika membandingkannya dengan kicauan Fadli setiap kali menyinggung Jokowi. Melihat dampak dari pengungkapan Luhut, sulit bagi Prabowo untuk dapat meningkatkan elektabilitasnya. Terlebih setelah sejumlah spekulasi bermunculan. Menariknya, pemberitaan soal pencapresan Prabowo ini justru lebih digembar-gemborkan oleh netizen pendukung Jokowi. Lewat, sejumlah jejaring media sosial, para pendukung Jokowi mengungkapkan optimismenya jika Jokowi akan kembali memang dalam rematch melawan Prabowo. Lewat akun-akun media sosial yang dimilikinya, para pendukung Jokowi mengibarkan bendera kemenangan meski hari H pemungutan suara pada Pilpres 2019 baru akan dilangsungkan setahun ke depan. Rematch Jokowi Vs Prabowo memang sangat begitu diharapkan oleh kubu Jokowi. Hal ini bisa terbaca dari komentar-komentar kaum pengamat, akademisi, politisi, warganet yang selama ini diketahui nge-pro pada kubu Jokowi. Lewat berbagai cara, kubu Jokowi mengerdilkan setiap figur yang berpeluang menggantikan Prabowo sebagai capres, terutama pada Gatot Nurmantyo. Dalam sejumlah rilis sutvei, misalnya, Gatot selalu di-highlight hanya sebagai cawapres, bukan capres. Sejalan dengan itu, serangkaian isu miring pun dilontarkan ke arah Gatot, termasuk isu SARA. Para pendukung Jokowi kembali memainkan isu SARA dengan menuding Gatot sebagai pihak yang memerintahkan aksi demonstrasi. Tetapi, sayang sekali, Prabowo bukanlah anak kancil yang mudah dimangsa buaya lapar. Dengan kecerdasannya yang hanya dapat dibaca oleh orang yang lebih cerdas, Prabowo menjawab kontroversi pertemuan empat matanya dengan Luhut lewat strategi komunikasinya sendiri. Sebuah strategi yang tidak dipahami oleh orang kebanyakan, termasuk Fadli Zon. Dalam strateginya itu, Prabowo menjawab pengungkapan Luhut dengan tetapi melangsungkan Rakornas Gerindra sebagaimana yang telah diagendakan sebelumnya. Yaitu, tidak ada deklarasi capres. Dalam rakernas yang berlangsung kemarin, Partai Gerindra hanya memberikan mandat dan Prabowo menerimanya. Dengan agenda yang hanya melangsungkan serah terima mandat, Prabowo telah menguatkan mental tempur para kader parpol yang diketuainya untuk memenangi Pilkada Serentak 2018. Di damping itu, dengan mandat yang diterimanya itu, Prabowo sekaligus dapat menguji tren elektabilitas dalam tiga bukan ke depan. Dan, dengan masih tetapi dilaksanakannya Rakornas sebagaimana agenda yang telah ditetapkan, secara tidak langsung Prabowo membuktikan bila dirinya tidak dapat didikte oleh Istana. Sebab, jika dalam rakornasnya Gerindra melenceng dari agendanya semula dan sekaligus mendeklarasikan Prabowo sebagai capres, hal itu sama artinya dengan membenarkan narasi jika pencapresan Prabowo adalah pesanan Istana. Masih belum dideklarasikannya capres oleh Gerindra juga merupakan strategi jitu Prabowo untuk memadamkan ‘kode” yang sempat dipancarkan Luhut.