Baru Juga Pemanasan, TOM Gatot Nurmantyo sudah 3 Persen
Tanggal: 21 Apr 2018 14:38 wib.
“Nih survei terbaru,” kata seorang teman lewat aplikasi obrolan semalam, 19 April 2018. Teman yang jika dilihat dari foto profilnya berparas ayu ini pun melanjutkannya dengan menyertakan sebuah tautan dari Tribunnews.com. “Pendukung Gatot pasti bilang kalau survei ini hoax, abal-abal, pesanan, de el el,” lanjutnya ditambahi “Wkwkwkwk”. Tanpa lebih dulu membalas chat-nya, tautan panjang itu diklik. Pada paragraf pertama terbaca, Survei Nasional Cyrus Network menunjukkan berita tentang kesiapan serta safari politik mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo belum bisa menggeser pilihan konstituen oposisi terhadap Prabowo Subianto. Di bagian lain tertulis, "Pada simulasi 22 nama, Prabowo 22 persen pemilih. Di peringkat ketiga ada nama Gatot Nurmantyo yang hanya mendapatkan dukungan 3 persen pemilih," ujar Eko Dafid Afianto dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (19/4/2018). Hah! Gatot Nurmantyo cuma 3 persen? Kecil amat. Karena penasaran, pengobok-obokan Google pun dilakukan. Tanpa membuang banyak waktu didapatlah akun Twitter @cncyrus kepunyaan Cyrus Network. @cncyrus men-twit, “Ini terlihat dr top of mind calon presiden di benak publik yg masih berkutat di dua nama: Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Meski dg selisih elektabilitas yg cukup jauh, hingga survei ini dibuat, Prabowo Subianto msh merupakan satu-satunya penantang terkuat Jokowi.” Kedua bola mata ini pun langsung memusat pada tiga kata “top of mind”. Top of mind atau sebut saja TOM jika merujuk pada artinya, “The first brand that comes to mind when a customer is asked an unprompted question about a category” Gampangnya, TOM adalah merek/nama yang pertama kali terbersit dalam benak responden begitu sebuah pertanyaan diajukan. Karena surveyor tidak mungkin mengetahui isu kepala responden, maka dalam prakteknya TOM adalah merek/nama yang pertama kali diucapkan oleh respomden. TOM ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tertanamnya sebuah merek/nama dalam kesadaran responden. Karenanya, TOM juga biasa disebut dengan brand awareness. Kalah ditanya soal minuman dalam kemasan, tanpa perlu disurvei lagi sudah pasti TOM Aqua tertinggi di antara merek-merek produk sejenis. Dan, untuk pasta gigi atau odol, sudah barang tentu Pepsoden. Untuk mendapatkan TOM, Cyrus bertanya kepada 1.230 respondennya, "jika Pilpres dilaksanakan hari ini, siapakah yang paling layak dipilih untuk menjadi Presiden?” Dan, responden menjawabnya secara spontan, tanpa berpikir panjang atau mengingat ingat (unpromted). Didapatlah hasil, Jokowi 56,7 %; Prabowo 19,8 %; Gatot 3,2 %. Dan, seterusnya diikuti oleh HT dan AHY. What, … TOM Jokowi cuma 56,7 persen!!! Bukannya sudah sejak 2014 Jokowi berpredikat Presiden RI? Dan, sebagai capres, sudah pasti foto-foto Jokowi menggantung di setiap ruang perkantoran dan kelas-kelas lembaga pendidikan. Bukannya sudah sejak September 2016 spanduk dan baliho Jokowi Capres sudah dipajang di banyak titik di banyak kota di segala penjuru tanah air? Bukannya Jokowi juga belum bergeser dari pusat sorotan media? Bukannya Jokowi punya segudang relawan yang aktif di dunia nyata dan dunia maya. Bukannya mereka juga sering kumpul-kumpul besar-besaran? Bukannya Jokowi juga sudah dideklarasikan sebagai capres? Dan masih banyak “bukannya-bukannya” lainnya. Tingkat kata, infrastruktur Jokowi untuk memenangi Pilpres 2019 sudah sangat lengkap. Tapi, dengan segala kelengkapannya itu, TOM Jokowi cuma 57 persen. Sebaliknya, Gatot Nurmantyo yang baru “geleng-geleng” kepala sudah ber-TOM 3 persen. Gatot belum dideklarasikan sebagai capres. Jangankan dideklarasikan, nasibnya pun saat ini ada di tangan para elit parpol. Kalau para elit berkehendak, Gatot bisa nyapres. Kalau tidak, ya balik kanan bubar jalan. Media luar ruangan yang menampilkan visual Gatot pun masih sedikit jumlahnya. Kalah jauh disbanding AHY, HT, dan Jokowi. Relawan Gatot pun baru terbentuk dalam beberapa bulan terakhir ini. Kelompok-kelompok relawan Gatot pun masih belum mendapatkan performa terbaiknya. Mereka bahkan masih mencari-cari gaya permainan. Tetapi, meski dengan segala macam kekurangannya itu, TOM Gatot sudah 3 persen. Tidak perlu paham benar tentang survei untuk membaca jika dari TOM-nya, Gatot merupakan ancaman nyata bagi Jokowi. Mungkin para pengamat, akademisi, politisi, dll melihatnya dengan kacamata yang berbeda sehingga warnanya pun berbeda pula. Ini mengingatkan pada rilis survei CSIS pada Januari 2016. Ketika itu, mereka yang beken-beken itu mengatakan dengan setegas-tegasnya jika Ahok bakal menang mudah dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Tetapi, dari hasil riser yang sama dengan angka-angka yang juga sama terbaca jika Ahok bakal sulit menang. Faktanya, Ahok bukan hanya kesulitan menang. Tapi juga kalah. Dan, jika dilihat dari sisi waktunya, hasil survei CSIS itu dirilis jauh hari sebelum insiden Al Maidah. Artinya, kasus penistaan agama bukanlah faktor penyebab kekalahan Ahok sebagaimana yang dijadikan kambing hitam oleh pendukungnya yang juga pendukung Jokowi. Kembali ke TOM. Bagi Gatot yang pemanasan pun belum dilakukan, mempunyai TOP 1 persen saja sudah sangat bagus. Sebab dari sekian ribu, ada 1 persen yang menyadari jika Gatot adalah capres. Apalagi TOM Gatot menurut Cyrus sudah mencapai angka 3 persen. Karenanya, sangat tidak mengherankan jika dalam sebulan terakhir Gatot terus dibombardir dengan serangan-serangan yang beramunisikan hoax, pelintiran, dan insinuasi. Bahkan, sudah mulai terbaca adanya kasak-kusuk untuk menjegal pencapresan Gatot. Tapi, serangan dan juga kasak-kusuk itu merupakan konsekuensi dari semakin mengancamnya Gatot yang dibuktikan dengan meningkatnya elektabilitas dan TOM. Dalam kompetisi sekelas Pilpres, tidak ada yang salah dengan membombardirnya serangan kepada Gatot serta upaya penjegalannya. Lumrah-lumrah saja. Sebagai yang bukan siapa-siapa, nikmati saja permainan ini. Tapi, melihat TOM Jokowi sang bakal capres petahana hanya 57 persen, kesedihan pun langsung membuncah. Sesak terasa dada ini. Saking sedihnya, kepada teman ngobrol berfotoprofilkan wajah ayu itu kukirim pesan, “Say, Aa bubuk dulu ya. Besok Aa jelasin. Asal kamu masih jadi TOM buat Aa.”