#ArtikelSatireKalau Ngotot Polisikan Victor, Berarti Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN Memang Intoleran

Tanggal: 8 Agu 2017 09:00 wib.
“...Saya tidak provokasi, nanti orang timur yang nanti, nanti negara hilang kita bunuh pertama mereka sebelum kita dibunuh. Ingat dulu PKI 1965? Mereka tidak berhasil kita eksekusi mereka....” 

Sengaja PENGGALAN pernyataan Victor di atas di-copas dari Detik.com. Bisa juga sih mentranskripnya langsung dari video pidato Victor yang beredar luas. Cuma, kalau ada satu kata saja yang lupa ditulisakan, bisa-bisa di-Buni Yani-kan.

Munurut kader terbaik lainnya, Victor menyampaikan pidatonya dengan menggunakan bahasa rakyat. Dan, sebagai rakyat, sedikit banyaknya mampu memahami pidato Victor di atas.

Hanya saja saya tidak mau mencoba menerjemahkan maksud Victor dengan “... kita bunuh pertama mereka sebelum kita dibunuh. Ingat dulu PKI 1965? Mereka tidak berhasil kita eksekusi mereka...”

Tapi, apa pun yang dipidatokan Victor, sudah sementinya Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN menoleransinya. Sebab, bagaimana pun juga Victor adalah kader terbaik Partai Nasdem yang dipimpin oleh Bapak Surya Paloh yang sangat dimuliakan.

Sebagai kader Nasdem, jelas apa yang keluar dari Victor tidak jauh berbeda dengan produk yang keluar dari lingkungan Nasdem. Kalau kita tahu “produk-produk” keluaran Nasdem dan lingkungan di sekitarnya, pastilah kita akan menoleransi pidati Victor di dapil-nya tersebut.

Lihat saja, bagaimana kader terbaik Nasdem Akbar Faisal yang bercerita tentang mobil penyedot data KPU yang dibeli oleh Luhut Panjaitan.

Kata Akbar, mobil itu dibeli dengan harga yang tidak terbatas. Mobil itu kemudian diparkirkan di dekat gedung KPU untuk menyedot data Pilpres 2014. (Baca di http://www.kompasiana.com/gatotswandito/akbar-faizal-cuma-selevel-johnny-english_55359fa36ea8343a0cda42fc)

Masuk akalkah cerita Akbar ini? Tentu saja tidak.

Sebab, untuk apa Luhut membeli mobil canggih untuk menyedot data dari KPU dengan harga yang tidak terbatas. Dan, data yang disedot pastinya data elektronik Pilpres 2014.

Pertama, hasil Pilpres 2014 direkapitulasi secara berjenjang dari tingkat TPS, PPS, PPK, dan terus sampai ke tingkat pusat. Dan rekapitulasi hasil Pilpres 2014 berlangsung selama berminggu-minggu.

Sementara, kalau hanya untuk mendapatkan data elektronik hasil Pilpres 2014 bisa dilakukan dengan hanya menggunakan HP yang dimiliki setiap saksi di setiap TPS. Tinggal kirimkan saja hasil pemilu dari tiap TPS lewat SMS secara berjenjang. Dua-tiga hari pastinya akan selesai.

Kedua, kalau pun benar mobil itu ada, untuk apa mobil itu diparkir di dekat gedung KPU. Toh, kiriman data elektronik bisa disedot dari mana pun. Bahkan dari ujung planet Uranus sekali pun.

Ketiga, kalau data hasil Pilpres bisa disedot dari mana pun, kenapa alat penyedot itu dipasang di dalam mobil. Bukankah bisa dirakit di dalam bangunan.

Keempat, kalau pun memang benar ada mobil penyedot data yang diparkir di dekat gedung KPU, kenapa tidak ada seorang pun yang memperhatikannya dan mencurigainya.

Kelima, untuk apa menyedot data elektronik hasil Pilpres 2014? Bukankah hanya data manual yang dicatat dalam Form C1 yang secara resmi digunakan.

Jadi, sudah jelas jika cerita Akbar itu sangat tidak masuk akal.

Tetapi, bagaimana pun juga Akbar adalah kader terbaik Nasdem. Karenanya kita semua, seluruh bangsa Indonesia, harus  bertoleransi pada apapun yang keluar dari Nasdem dan lingkungan di sekitarnya.

Sebagaimana kader-kader terbaiknya, begitu juga dengan Metrotvnews.com. yang dikenal luas sebagai corong politik Nasdem.

Metrotvnews yang dikenal luas sebagai media kepercayaan tidak memahami tingkat popularitas dan tingkat elektabilitas. Karena tidak memahami, media yang identik dengan Surya Paloh ini tidak bisa membedakan keduanya. Baca di http://www.kompasiana.com/gatotswandito/sesatkan-hasil-survei-metrotvnews-coba-lemahkan-ridwan-kamil-sekaligus-dongkrak-yusril_56da3affe6afbdee08132a8f

Tetapi, sangat wajar kalau Metrotvnews tidak mampu membedakan antara popularitas dengan elektabilitas. Karena, membedakan “kata” dan “karakter” saja Metrotvnews sudah tidak memiliki kemampuan.

Ketidakmampuan itu terlibat ketika Metrotvnews terlibat dalam lomba menulis. Baca di http://www.kompasiana.com/gatotswandito/ngeles-metro-tv-pamer-kelucuannya_56baa9ef589373d204bc8a6e.

Jadi, hanya dengan melihat sejumlah fakta yang terkait Nasdem dan medianya, sudah seharusnya kita semua, seluruh anak bangsa ini, menoleransi apapun yang keluar dari lingkungan Nasdem, termasuk pidato Victor.

Kita semua harus menyadari sepenuhnya jika tingkat pemahaman, wawasan, kedewasaan, dll seseorang (sekalipun dengan gelar akademik yang berjejer dan berderat sekaligus berbaris) tidak bisa disamakan dengan tingkat pemahaman kita.

Demikian juga dengan lingkungan tempat seseorang berada. Lingkungan tempat Victor, Akbar, juga konsumen berita Metrotvnews pastinya berbeda dengan lingkungan kita pada umumnya.

Karena itulah, kalau ada kader Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN mempersoalkan pidato Victor, itu sama saja dengan mengaku kalau partainya intoleran.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved