2 Faktor yang Bikin Prabowo Belum Tentukan Capres?
Tanggal: 14 Mar 2018 15:22 wib.
Tampang.com - Rencananya, Prabowo Subianto baru akan mengumumkan jagoannya untuk Pilpres 2019 setelah Gerindra yang diketuainya menggelar rakornas pada April 2018. Bagi Prabowo, tantangan yang dihadapinya pada Pilpres 2019 jauh berbeda dengan dua pilpres yang pernah diikutinya, terutana Pilpres 2014 di mana mantan Danjen Kopassus tersebut maju sebagai calon RI 1. Beririsannya Pendukung Prabowo dengan Pendukung Gatot Nurmantyo Pada Pilpres 2014, sampai pendaftaran bakal capres-cawapres ditutup pada Mei 2014, hanya ada dua kandidat yang layak tarung, yaitu Joko Widodo dan Prabowo. Sedangkan pada Pilpres 2019, sampai lima bulan jelang waktu pembukaan pendaftaran bakal capres-cawapres pada Agustus 2018 setidaknya sudah muncul lima calon. Mereka adalah Jokowi sebagai petahana, Prabowo, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan TGH Muhammad Zainul Majdi yang juga dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang (TGB) .Kandidat terakhir ini menarik mengingat namanya nyaris tidak pernah muncul dalam sejumlah rilis survei. Dari kelima kandidat tersebut, hanya Gatot Nurmantyo yang patut mendapat perhatian lebih dari Prabowo. Sebab, setidaknya dengan mengamati percakapan pengguna media sosial, terpantau jika pendukung Prabowo beririsan dengan pendukung Gatot dengan jumlah yang cukup besar. Beririsannya pendukung kedua kandidat ini mengisyaratkan adanya swing dukungan dari Prabowo kepada Gatot Nurmantyo. Dengan kata lain, terjadi pergeseran dari yang semula pendukung Prabowo menjadi pendukung Gatot Dan, bukan hanya pendukung Gatot Nurmantyo, jika diperhatikan, pendukung TGB pun beririsan dengan pendukung Prabowo. Sama seperti pendukung Gatot, pendukung TGB pun pada awalnya merupakan pendukung Prabowo. Tetapi, apapun itu, adanya irisan pendukung tersebut mencerminkan telah terjadinya persaingan keras antara Gatot Nurmantyo dan Prabowo dalam memperebutkan pangsa pasar yang sama. Persaingan tersebut akan mencair dengan sendirinya jika salah seorang dari keduanya lolos ke putaran kedua dan berhadapan dengan Jokowi yang diperkirakan akan melewati putaran pertama dengan mudah. Masalahnya, besar kemungkinan Gatot Nurmantyo bergabung dengan TGB. Kemungkinan ini membuat peluang Prabowo untuk lolos head to head melawan Jokowi semakin tipis. Dukungan PKS yang Belum Tentu Bulat Selain faktor beririsan pendukung, ketidakkompakan dukungan kader PKS dalam sejumlah pemilu pun harus diperhitungkan. Saat Pilpres 2004, meski secara resmi PKS memberikan tanda tangannya pada pasangan Wiranto-Shalahuddin Wahid, namun sejumlah kader PKS menyokong pasangan Amien Rais-Siswono Yudhohusodo. Hal serupa kembali terjadi pada Pilpres 2009. Ketiga itu sejumlah kader PKS mendukung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto ketimbang berjibaku memenangkan SBY-Boediono yang diusung partainya Begitu juga pada saat Pilkada DKI 2017, beberapa kader PKS menjatuhkan pilihannya pada AHY-Sylviana Murni pada putaran pertama dan baru mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada putaran kedua. Pertanyaannya, apakah kader PKS baru bisa kompak jika dan hanya jika salah seorang calon yang maju berasal dari internal partainya? Jawabannya, belum tentu. Seperti yang terjadi sekarang ini. Kader PKS terpecah antara pendukung Fahri Hamzah dan pendukung Muhammad Shohibul Iman. Dan, bukan hanya sekadar pecah, tetapi muncul ajakan kepada pendukung Fahri untuk eksodus ke Partai Bukan Bintang. Dengan demikian, sekalipun Gerindra berkoalisi dengan PKS dan mengusung cawapres yang berasal dari kader PKS, suara PKS belum tentu bulat utuh. Dua faktor itulah, peririsan pendukung dan kesolidan kader PKS, yang mungkin menjadi bahan pertimbangan Prabowo sebelum mengambil keputusan terkait Pilpres 2019. Situasi menjadi bertambah pelik lagi jika mencemati geliat poros ketiga. Meskipun baru mulai memasang kuda-kuda, namun indikasi dukungan poros koalisi yang mengarah pada figur Gatot Nurmantyo tidak bisa dipandang remeh oleh Prabowo. Terlebih jika poros ini pada akhirnya sepakat mengusung duet Gatot-TGB. Prabowo pun pastinya tidak ingin mengulang preseden saat Pilgub Jabar 2018 di mana Prabowo terpaksa harus kehilangan dua anak emasnya, Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Melihat ada sekian banyak situasi yang harus dipertimbangkan, tidak mengherankan jika Prabowo belum juga mendeklarasikan capres yang diusung partainya, Gerindra. Artikel lain Benarkah Jadwal Pilpres 2019 Rugikan Gatot Nurmantyo? Ini Alasan Prabowo Tidak Akan Mencapreskan Anies Baswedan