Sumber foto: Pinterest

Temen Kamu Sering Pamer Tapi Kamu Merasa Kecil? Ini Cara Ngadepinnya

Tanggal: 17 Apr 2025 08:44 wib.
Kadang, ada momen di mana seseorang yang dianggap teman justru bikin merasa nggak cukup. Bukan karena sengaja menyakiti, tapi karena terlalu sering memamerkan pencapaiannya—entah soal nilai, barang baru, prestasi, bahkan hal-hal kecil kayak jumlah likes di postingan. Di awal mungkin masih bisa ditanggapi dengan senyum dan tepuk tangan. Tapi lama-lama, kok hati rasanya nggak nyaman?

Rasa kecil dan nggak percaya diri itu sering muncul diam-diam. Nggak langsung bikin nangis atau meledak, tapi pelan-pelan mengikis semangat. Apalagi kalau mulai muncul pikiran seperti, “Dia bisa, kenapa aku nggak?”, atau lebih parahnya, “Mungkin aku memang nggak sehebat dia.”

Sebenarnya, wajar banget merasa seperti itu. Semua orang pasti pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain—terutama teman dekat. Karena mereka dekat, kehadirannya jadi lebih terasa, pencapaiannya jadi lebih kelihatan, dan perbandingannya jadi lebih menyakitkan.

Tapi, yang perlu disadari adalah: perasaan insecure bukan tanda lemah, tapi tanda bahwa ada sesuatu yang belum selesai di dalam diri. Bukan salah teman kalau dia punya banyak hal untuk dibanggakan. Tapi juga bukan salah diri sendiri kalau itu bikin sedikit goyah. Yang penting, bagaimana mengelola perasaan itu agar tidak berubah jadi iri, benci, atau malah menjauh dari lingkungan sosial.

Kadang, seseorang nggak sadar kalau tindakannya terkesan pamer. Bisa jadi, itu adalah caranya mencari validasi atau merasa diakui. Sama seperti yang lain, ia juga butuh perhatian dan pengakuan. Tapi kalau yang dirasakan setelah setiap obrolan justru tekanan, bukan inspirasi, maka saatnya menarik garis batas.

Batas ini bukan berarti langsung menjauh atau memutus hubungan. Tapi lebih ke menjaga ruang aman untuk diri sendiri. Kalau tahu setiap kali membuka media sosial bakal melihat postingan yang bikin terpicu, tidak salah untuk rehat sejenak. Kalau setiap nongkrong dengan orang tertentu selalu pulang dengan rasa minder, nggak masalah untuk membatasi intensitas ketemu.

Penting juga untuk bicara jujur ke diri sendiri: apa sih yang sebenarnya bikin ngerasa nggak cukup? Kadang, yang bikin terluka bukan karena teman pamer, tapi karena diri sendiri belum berdamai dengan kekurangan. Belum memaafkan diri yang belum sampai ke titik tertentu. Padahal, semua orang punya waktunya masing-masing. Pencapaian orang lain bukan tolak ukur nilai diri sendiri.

Dan satu hal yang sering terlupa: pencapaian itu bukan segalanya. Ada orang yang punya barang branded tapi hatinya kosong. Ada yang punya ranking tinggi tapi nggak punya siapa-siapa buat cerita. Nilai diri nggak bisa diukur dari seberapa banyak yang bisa dibanggakan di depan orang lain, tapi dari seberapa damai rasanya saat sedang sendirian.

Kalau merasa butuh bicara, cari seseorang yang bisa dipercaya. Kadang, cukup didengar tanpa dihakimi bisa membuat hati terasa lebih ringan. Atau kalau belum siap cerita ke siapa pun, bisa mulai dengan menulis jurnal. Tuangkan semuanya—rasa kecil, rasa iri, rasa capek membandingkan diri. Tulisan bisa jadi cermin untuk memahami perasaan sendiri lebih dalam.

Yang jelas, tidak perlu merasa bersalah karena merasa kecil. Tapi juga jangan biarkan perasaan itu mengendalikan segalanya. Ada banyak hal yang belum dicapai, dan itu bukan karena kurang hebat, tapi karena waktunya belum datang. Teman yang sering pamer mungkin punya hal yang bisa dibanggakan, tapi bukan berarti diri sendiri nggak punya apa-apa.

Percaya deh, setiap orang punya cerita masing-masing. Fokus ke cerita sendiri, rawat kepercayaan diri pelan-pelan, dan jangan lupa kasih apresiasi ke diri sendiri, sekecil apa pun langkah yang diambil.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved