Sumber foto: Pinterest

Suka Tapi Nggak Berani Nembak? Yuk, Belajar Ambil Risiko!

Tanggal: 17 Apr 2025 08:46 wib.
Rasa suka itu aneh. Bisa muncul pelan-pelan, kadang datang dari kebiasaan ngobrol setiap hari, dari tawa yang selalu bikin nyaman, atau bahkan dari cara seseorang memperlakukan orang lain dengan tulus. Tapi semakin perasaan itu tumbuh, sering kali bukan makin mudah diungkapkan, justru makin bikin ragu.

Pernah nggak sih, merasa suka banget sama seseorang, tapi mulut kayak terkunci setiap kali pengen ngomong? Udah niat, udah latihan di depan kaca, tapi ujung-ujungnya cuma bisa ngetik “semangat ya” atau “jangan lupa makan”. Padahal hati rasanya udah teriak keras banget, pengin bilang, “Aku suka kamu.”

Banyak orang nunda ngungkapin perasaan karena takut ditolak. Takut hubungan yang sudah nyaman jadi canggung. Takut kehilangan momen yang sekarang, hanya karena keberanian untuk jujur belum cukup besar. Kadang, perasaan itu disimpan begitu dalam, berharap waktu akan bantu mengubah sesuatu. Tapi faktanya, diam terlalu lama justru bikin perasaan makin menumpuk, dan akhirnya berubah jadi sesak sendiri.

Risiko itu memang nyata. Nembak seseorang bukan cuma soal keberanian, tapi juga soal siap atau tidak menghadapi jawaban yang mungkin tak sesuai harapan. Tapi… bukankah mempertaruhkan sedikit keberanian lebih baik daripada selamanya bertanya-tanya, “Gimana kalau dulu aku bilang?”

Kadang, perasaan yang nggak pernah disampaikan malah jadi penyesalan di kemudian hari. Karena orang yang disuka bisa tiba-tiba dekat dengan orang lain. Bukan karena dia nggak pernah peka, tapi karena nggak pernah tahu kalau ada hati yang diam-diam memperhatikannya selama ini.

Belajar ambil risiko bukan berarti harus gegabah. Bukan berarti semua perasaan harus langsung diungkapkan tanpa melihat situasi atau kesiapan. Tapi penting buat belajar jujur sama diri sendiri. Menyadari bahwa menyukai seseorang itu bukan aib. Itu bagian dari jadi manusia—merasa, berharap, dan ingin memberi perhatian lebih.

Mungkin selama ini terlalu fokus menjaga kenyamanan, sampai lupa bahwa perasaan yang tidak pernah dikatakan juga bisa menyakitkan diam-diam. Jadi, daripada terus menerka-nerka isi hati orang lain dan memeluk perasaan sendiri dalam diam, kenapa tidak coba membuka kemungkinan?

Mengungkapkan perasaan tidak selalu harus lewat kata “aku suka kamu” secara langsung. Bisa lewat cara yang lebih halus, lewat perhatian yang lebih jujur, atau lewat momen sederhana yang diciptakan secara tulus. Yang penting, ada keberanian untuk menunjukkan bahwa perasaan itu nyata, bukan hanya sekadar angin lalu.

Kalau ternyata hasilnya nggak sesuai harapan, setidaknya sudah pernah mencoba. Paling nggak, nggak perlu terus hidup dengan bayangan “andai aku pernah bilang”. Dan siapa tahu, bisa jadi perasaan itu ternyata dibalas juga. Bisa jadi, selama ini dua hati yang saling diam-diam menyimpan rasa, akhirnya saling bertemu.

Hidup terlalu singkat buat terus menunda hal-hal yang penting. Dan meski cinta bukan satu-satunya hal yang menentukan arah hidup, keberanian untuk jujur bisa jadi langkah penting menuju versi diri yang lebih kuat.

Jadi, buat yang sekarang lagi suka diam-diam dan belum berani bilang, mungkin ini saatnya mulai bertanya: takut karena belum siap, atau karena terlalu banyak membayangkan kemungkinan terburuk? Karena bisa jadi, yang ditakutkan selama ini cuma bayangan di kepala—sementara kenyataannya belum tentu seburuk itu.

Siapa tahu, keberanian hari ini jadi awal dari kisah yang baru. Atau setidaknya, jadi bukti bahwa pernah berani jujur, meski dunia bilang jangan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved