Sumber foto: Pinterest

Love Language Kamu Apa? Dan Kenapa Itu Penting Banget Buat Dipahami

Tanggal: 17 Apr 2025 08:45 wib.
Pernah nggak sih merasa sudah berusaha keras buat menunjukkan rasa sayang ke seseorang, tapi respon yang didapat malah datar-datar aja? Atau sebaliknya—seseorang kelihatan sangat peduli, tapi hati tetap merasa kurang diperhatikan? Bisa jadi, bukan karena kurang cinta, tapi karena bahasa cinta yang digunakan berbeda.

Konsep love language atau bahasa cinta pertama kali dikenalkan oleh Dr. Gary Chapman, dan sampai sekarang masih jadi topik yang relate banget, apalagi buat Gen Z yang makin sadar soal pentingnya kesehatan emosional dan komunikasi yang jujur dalam hubungan. Ada lima jenis love language: Words of Affirmation, Acts of Service, Receiving Gifts, Quality Time, dan Physical Touch. Setiap orang punya satu atau dua love language dominan yang bikin mereka merasa paling dicintai.

Misalnya, seseorang yang love language-nya Words of Affirmation akan merasa sangat dihargai saat mendengar kalimat sederhana kayak, “Aku bangga sama kamu,” atau “Kamu penting buat aku.” Tapi kalau pasangan atau temannya lebih sering menunjukkan cinta lewat tindakan kayak bantuin ngerjain tugas atau nganterin pulang, bisa jadi hal itu kurang terasa sebagai bentuk cinta yang nyata bagi si penerima.

Di sinilah sering terjadi miskomunikasi. Dua orang yang sama-sama peduli, sama-sama sayang, tapi nggak merasa dipahami satu sama lain karena beda cara mengekspresikan dan menerima kasih sayang. Padahal, tujuan utama dari menjalin hubungan itu ‘kan saling mengisi, bukan malah saling bikin bingung.

Mengetahui love language diri sendiri bisa jadi kunci buat lebih mengenal kebutuhan emosional pribadi. Dengan tahu apa yang bikin hati terasa penuh, seseorang bisa belajar untuk lebih jujur ke orang terdekat. Misalnya, daripada berharap diam-diam orang lain peka, lebih baik bilang, “Aku senang banget kalau kamu ngasih waktu buat ngobrol santai bareng aku, walaupun cuma sebentar.” Kedengarannya sepele, tapi komunikasi kecil kayak gitu bisa bikin hubungan jauh lebih sehat dan jelas arahnya.

Sebaliknya, memahami love language orang lain juga penting supaya tidak memberi sesuatu yang salah. Ada orang yang merasa biasa aja saat dikasih hadiah mahal, tapi matanya bisa langsung berbinar-binar saat diajak jalan dan benar-benar didengarkan. Ada juga yang nggak terlalu butuh pelukan setiap waktu, tapi bisa terharu kalau orang terdekat rela bangun pagi cuma buat bantuin nyiapin presentasi penting. Setiap orang punya cara unik buat merasa dicintai, dan itu nggak selalu sama dengan cara memberi cinta.

Love language juga bisa jadi penyelamat saat hubungan mulai terasa hambar. Kadang yang dibutuhkan bukan kejutan besar, tapi konsistensi dalam hal-hal kecil yang sesuai dengan bahasa cinta masing-masing. Sering kali hubungan jadi jauh bukan karena rasa sayang memudar, tapi karena masing-masing udah lupa caranya nyambungin hati satu sama lain.

Buat para Gen Z yang tumbuh di era serba cepat, penuh distraksi, dan kadang terlalu bergantung sama teks dan emoji, memahami love language bisa jadi senjata penting buat membangun koneksi yang lebih dalam. Nggak cuma buat pasangan, tapi juga buat sahabat, keluarga, bahkan diri sendiri.

Karena pada akhirnya, semua orang butuh merasa dicintai dengan cara yang paling bisa mereka pahami. Bukan sekadar tentang siapa yang paling banyak memberi, tapi siapa yang paling mengerti cara mencintai dengan benar.

Jadi, love language kamu apa? Dan apakah orang-orang terdekatmu tahu soal itu?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved