Apa Itu Attachment Style dalam Psikologi Percintaan?
Tanggal: 28 Agu 2025 14:06 wib.
Mengapa beberapa orang merasa nyaman dalam hubungan, sementara yang lain terus-menerus merasa cemas, takut ditinggalkan, atau justru terlalu mandiri hingga sulit terikat? Jawabannya mungkin tidak sesederhana masalah kepribadian, melainkan berakar pada sesuatu yang disebut attachment style atau gaya keterikatan. Konsep ini, yang pertama kali dikembangkan oleh psikolog John Bowlby, awalnya digunakan untuk menjelaskan hubungan antara anak dan orang tuanya, namun kemudian diperluas oleh para ahli seperti Mary Ainsworth untuk memahami dinamika hubungan romantis orang dewasa. Attachment style adalah cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku dalam hubungan intim, dibentuk oleh pengalaman kita di masa kecil.
Tiga Gaya Keterikatan Utama: Fondasi Hubungan Dewasa
Dalam psikologi, ada tiga gaya keterikatan utama yang paling sering dibahas, meskipun ada juga subkategori lain. Memahami ketiga gaya ini bisa jadi kunci untuk mengenali pola hubungan diri sendiri dan pasangan.
1. Secure Attachment (Keterikatan Aman)
Orang dengan gaya keterikatan aman cenderung memiliki pandangan positif tentang diri sendiri dan orang lain. Mereka nyaman dengan keintiman, tidak takut ditinggalkan, dan tidak terlalu khawatir tentang hubungan. Ini biasanya terbentuk dari pengalaman masa kecil di mana kebutuhan emosional mereka terpenuhi secara konsisten oleh orang tua atau pengasuh.
Dalam hubungan romantis, individu dengan secure attachment mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Mereka bisa menyampaikan kebutuhan mereka tanpa takut dihakimi dan mampu memberikan dukungan kepada pasangan. Mereka tidak merasa cemburu yang tidak beralasan dan dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Mereka percaya bahwa pasangan mereka adalah sumber dukungan dan kebahagiaan, bukan sumber ancaman atau ketidakpastian. Hubungan mereka cenderung stabil, saling menghormati, dan langgeng.
2. Anxious-Preoccupied Attachment (Keterikatan Cemas)
Gaya keterikatan ini sering kali muncul dari pengalaman di mana perhatian dan kasih sayang dari orang tua tidak konsisten. Anak-anak yang mengalami ini mungkin merasa tidak yakin apakah mereka layak dicintai atau apakah mereka bisa mengandalkan orang lain.
Sebagai orang dewasa, mereka cenderung merasa tidak aman dalam hubungan. Mereka seringkali merasa cemas, takut ditinggalkan, dan sangat membutuhkan validasi dari pasangannya. Mereka bisa menjadi sangat clingy atau menuntut perhatian berlebihan. Perasaan cemburu dan kecurigaan yang tidak beralasan sering muncul, dan mereka cenderung membesar-besarkan masalah kecil, yang bisa menciptakan drama dalam hubungan. Ironisnya, perilaku ini kadang justru mendorong pasangan mereka menjauh, memperkuat ketakutan mereka sendiri.
3. Avoidant-Dismissive Attachment (Keterikatan Menghindar)
Gaya keterikatan menghindar berkembang dari pengalaman masa kecil di mana anak belajar untuk mandiri secara emosional karena kebutuhan mereka diabaikan. Mereka belajar bahwa mencari kenyamanan dari orang lain tidak akan berhasil, sehingga mereka menutup diri dan membangun "tembok" emosional.
Dalam hubungan dewasa, individu dengan avoidant attachment cenderung menghargai kemandirian dan kebebasan di atas segalanya. Mereka sulit membuka diri secara emosional, menghindari keintiman yang terlalu dalam, dan merasa tidak nyaman saat pasangannya mencoba mendekat. Mereka mungkin menganggap orang lain terlalu "butuh" atau "terlalu emosional". Meskipun mereka mungkin ingin memiliki hubungan, mereka seringkali menjaga jarak dan bahkan bisa secara sengaja menyabotase hubungan jika terasa terlalu dekat. Mereka percaya bahwa mereka tidak membutuhkan orang lain untuk bahagia dan merasa nyaman sendirian.
Pengaruh Attachment Style dalam Dinamika Hubungan
Memahami gaya keterikatan sangat penting karena ini menjelaskan mengapa kita bereaksi seperti itu dalam hubungan. Seseorang dengan anxious attachment dan seseorang dengan avoidant attachment seringkali saling tertarik, menciptakan dinamika tarik ulur yang berulang. Si cemas akan terus mengejar keintiman, sementara si penghindar akan terus menarik diri. Dinamika ini bisa sangat melelahkan dan merusak, tetapi sulit dipecahkan tanpa kesadaran.
Attachment style juga menjelaskan bagaimana kita merespons konflik. Orang dengan secure attachment melihat konflik sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkomunikasi. Sebaliknya, orang dengan anxious attachment mungkin melihatnya sebagai ancaman putus hubungan, sementara orang dengan avoidant attachment mungkin memilih untuk menghindarinya sama sekali.
Bisakah Attachment Style Berubah?
Kabar baiknya, gaya keterikatan tidaklah permanen. Otak kita, terutama dalam hal hubungan, bisa terus belajar dan beradaptasi. Meskipun fondasi terbentuk di masa kecil, pengalaman baru dan kesadaran diri bisa mengubah pola tersebut. Terapi, terutama terapi berbasis keterikatan, sangat efektif dalam membantu seseorang memahami pola mereka dan membangun gaya keterikatan yang lebih aman.
Langkah pertama adalah kesadaran diri. Mengenali gaya keterikatan diri sendiri adalah kunci untuk memutus siklus yang merusak. Setelah itu, praktikkan komunikasi yang sehat, belajar mengenali pemicu emosional, dan secara bertahap membangun kepercayaan pada diri sendiri dan pasangan. Memilih pasangan dengan gaya keterikatan aman juga bisa membantu, karena mereka bisa menjadi contoh dan sumber dukungan yang positif untuk membentuk gaya keterikatan yang lebih sehat.