Sumber foto: iStock

Venus Bangkit dari Kematian? Temuan Baru NASA Ungkap Gejolak Aktif di Planet “Neraka”

Tanggal: 28 Mei 2025 11:07 wib.
Selama ini, Venus sering kali dianggap sebagai planet yang "mati", tandus, dan tidak memiliki aktivitas geologis yang signifikan. Namun, penelitian terbaru mengguncang anggapan tersebut. Planet tetangga Bumi ini ternyata masih menyimpan kehidupan geologis yang dinamis, membuktikan bahwa Venus belum sepenuhnya tenang di bawah permukaannya.

Venus dan Bumi dikenal sebagai "saudara kembar" di tata surya. Ukurannya hampir identik, dan pada masa awal pembentukannya, kedua planet ini memiliki jumlah air yang setara. Namun, nasib keduanya sangat berbeda. Sementara Bumi berkembang menjadi planet yang kaya akan kehidupan, Venus berubah menjadi dunia panas yang ekstrem, tidak ramah bahkan bagi bentuk kehidupan terkecil.

Kini, berdasarkan studi mutakhir, para ilmuwan menemukan bahwa Venus belum benar-benar mati dari segi geologi. Masih ada proses dinamis yang berlangsung di bawah permukaannya, menunjukkan bahwa planet tersebut jauh lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut Gael Cascioli, asisten ilmuwan di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, hasil penelitian ini membuka pemahaman baru mengenai proses bawah permukaan yang berperan besar dalam membentuk kondisi geologis Venus. "Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana dinamika internal Venus masih aktif dan membentuk karakteristik planet hingga saat ini," ungkapnya, dikutip dari Live Science pada Selasa, 27 Mei 2025.

Salah satu temuan paling mencolok adalah keberadaan struktur unik berbentuk cincin di permukaan Venus. Struktur ini disebut corona, yang terbentuk ketika gumpalan panas dari dalam mantel planet naik dan mendorong kerak planet ke atas. Ketika material tersebut mendingin dan kolaps, maka terbentuklah struktur melingkar yang tertinggal di permukaan.

Tim ilmuwan melakukan berbagai simulasi untuk memahami bagaimana corona ini terbentuk. Mereka memanfaatkan data dari pesawat antariksa Magellan milik NASA, yang sebelumnya telah memetakan permukaan Venus secara detail. Dari analisis tersebut, teridentifikasi 52 dari 75 corona yang diteliti terletak di atas gumpalan panas yang aktif dari dalam mantel. Hal ini menandakan adanya proses geologi yang masih berlangsung hingga kini.

Pemimpin studi, Anna Gulcher dari Universitas Bern, Swiss, menyatakan bahwa proses pembentukan corona di Venus sangat mungkin serupa dengan proses yang pernah terjadi di Bumi pada masa awal sejarahnya. "Ini bukan hanya tentang memahami Venus, tetapi juga memberi kita gambaran tentang bagaimana Bumi muda dulu terbentuk dan berevolusi," katanya.

Dalam penelitian lanjutan, tim juga menemukan bahwa kerak Venus dapat mengalami peluruhan atau bahkan mencair jika ketebalannya mencapai sekitar 65 kilometer—atau bisa saja lebih tipis. Ketika ini terjadi, tidak hanya permukaan planet yang berubah, tetapi juga siklus internalnya, termasuk distribusi ulang air dan material lainnya ke bagian dalam planet.

Yang menarik, proses ini dapat memicu aktivitas vulkanik di permukaan Venus, yang secara langsung berdampak pada komposisi atmosfer planet tersebut. Dengan kata lain, kehidupan geologis yang terus berlangsung ini memainkan peran penting dalam membentuk kondisi ekstrem Venus saat ini—yang penuh karbon dioksida dan suhu permukaan yang bisa melelehkan timah.

Temuan ini sekaligus menantang pandangan lama bahwa Venus adalah planet “mati”. Justru sebaliknya, ada bukti kuat bahwa Venus masih menjalani siklus geologi aktif, meski dalam bentuk yang berbeda dibandingkan dengan Bumi. Studi ini membawa harapan baru bagi ilmuwan untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa planet-planet “mati” lainnya di tata surya, atau bahkan di luar sistem tata surya kita, bisa saja menyimpan dinamika internal yang tidak terduga.

Tak hanya menjadi kabar penting untuk dunia astronomi, penelitian ini juga memperluas cakrawala pemahaman kita tentang evolusi planet berbatu. Jika aktivitas geologi seperti ini masih berlangsung di Venus, maka pertanyaan besar pun muncul: apakah proses serupa bisa juga menjadi awal dari pembentukan kembali kondisi yang mendukung kehidupan—entah di Venus atau di planet lain?

Selain itu, dengan menganalisis proses internal Venus, para ilmuwan bisa mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana geologi ekstrem memengaruhi atmosfer planet, termasuk potensi untuk menciptakan atau bahkan menghancurkan ekosistem.

Penemuan ini menghidupkan kembali minat eksplorasi Venus, yang selama ini lebih sering terabaikan dibandingkan Mars. Kini, dengan teknologi pemetaan terbaru dan misi yang akan datang dari berbagai badan antariksa, para ilmuwan berharap dapat menggali lebih dalam misteri yang tersembunyi di balik atmosfer tebal dan permukaan berapi Venus.

Penelitian ini sekaligus menjadi pengingat penting bahwa dalam dunia sains, tak ada yang benar-benar mati. Bahkan planet yang terlihat sunyi dan tandus pun bisa menyimpan cerita geologi yang aktif dan penuh kejutan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved