Sumber foto: Muhammadiyah

Universitas Muhammadiyah Maumere di Indonesia Memungkinkan Mahasiswa Membayar Biaya Kuliah dengan Hasil Pertanian

Tanggal: 29 Mei 2024 22:20 wib.
Kontroversi tentang uang kuliah tunggal (UKT) telah memicu demonstrasi mahasiswa, namun Universitas Muhammadiyah Maumere di NTT menawarkan solusi inovatif dengan memungkinkan pembayaran uang kuliah dengan produk pertanian.

Sejak didirikan pada tahun 2013, universitas tersebut telah menerapkan kebijakan tiga kali pembayaran uang kuliah per semester dan menerima komoditas pertanian seperti kelapa, kemiri, dan pisang sebagai pembayaran. Pada tahun 2018, seorang mahasiswa yang kesulitan membayar uang kuliah diizinkan membawa hasil pertaniannya ke kampus, yang kemudian dijual oleh universitas untuk menutupi biaya kuliahnya. Kebijakan ini terus diterapkan dan secara signifikan meringankan beban para mahasiswa, dengan banyak dari mereka membayar menggunakan hasil panen atau tangkapan hasil laut mereka.

Mahasiswa Yulianus Patrik Nago menyatakan bahwa kebijakan ini sangat membantu mahasiswa kurang mampu di Indonesia Timur untuk memperoleh pendidikan tinggi. Menurutnya, di daerah-daerah pedesaan yang bergantung pada pertanian, sistem pembayaran ini memberikan akses yang lebih mudah ke pendidikan tinggi bagi mereka yang sebelumnya tidak mampu.

Selain itu, kebijakan ini juga mendukung perekonomian lokal dan pertanian berkelanjutan. Dengan menerima hasil pertanian sebagai pembayaran, universitas tidak hanya membantu mahasiswa, tetapi juga mendukung para petani lokal dengan memperluas pasar untuk produk mereka. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan mendorong mahasiswa untuk tetap terhubung dengan akar mereka dalam pertanian.

Lebih lanjut, kebijakan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar tentang nilai dan proses pertanian. Menghadapi realitas bahwa tidak semua mahasiswa mampu membayar uang kuliah dengan uang tunai, solusi ini menciptakan peluang bagi mahasiswa untuk belajar tentang nilai kerja keras dan kewirausahaan melalui pertanian. Hal ini sesuai dengan semangat pendidikan di Indonesia yang membentuk karakter dan kreativitas siswa dalam pendidikan formal.

Namun, sementara kebijakan ini memberikan manfaat besar bagi banyak mahasiswa, masih ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah penilaian dan penanganan hasil pertanian yang diterima sebagai pembayaran. Diperlukan sistem yang jelas dan transparan untuk menilai nilai produk pertanian, serta mekanisme yang tepat untuk menjualnya jika universitas memutuskan untuk menggunakan produk tersebut untuk menutupi biaya mahasiswa.

Tentu saja, konversi dari hasil pertanian ke nilai uang tunai juga perlu diperhitungkan dengan cermat. Pembayaran menggunakan produk pertanian mungkin memberikan manfaat ekonomi langsung bagi universitas dan petani lokal, namun kebijakan ini juga memerlukan manajemen yang tepat agar sistem pembayaran ini tetap berkelanjutan dan adil bagi semua pihak yang terlibat.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved