Tampang
Ujian Nasional Akan Digelar Lagi, Siswa: Bimbel Mahal, Jangan Jadi Syarat Lulus Lagi
Sumber foto: Google

Ujian Nasional Akan Digelar Lagi, Siswa: Bimbel Mahal, Jangan Jadi Syarat Lulus Lagi

Tanggal: 30 Jan 2025 11:58 wib.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah siap menggelar kembali Ujian Nasional (UN) dalam versi baru bagi siswa SMA dan SMK pada bulan November 2025. Kebijakan ini menuai beragam reaksi dari siswa, orang tua, dan tenaga pendidik. Beberapa pihak mendukung sebagai upaya standarisasi pendidikan, namun banyak juga yang menolak jika UN kembali dijadikan syarat kelulusan.

Salah satu murid kelas 11, Amelia Azarine dari MAN Insan Cendekia Pekalongan, mengaku kurang setuju dengan diadakannya kembali UN, terutama jika dijadikan syarat utama kelulusan. Menurutnya, UN hanya cocok bagi jenjang SD dan SMP sebagai tolok ukur untuk masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.

"Tidak setuju. Menurut saya, UN untuk SD dan SMP merupakan satu-satunya cara yang adil untuk menjadi syarat dan tolok ukur menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan, UN tidak lagi relevan untuk siswa SMA karena hasilnya tidak dapat digunakan untuk memasuki perguruan tinggi negeri (PTN)," ujar Amelia.

Ia menambahkan bahwa dengan kembalinya UN, siswa seperti dirinya harus mempersiapkan diri lebih matang selama satu tahun. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah mengikuti bimbingan belajar (bimbel) yang biayanya tidak murah.

"Biaya bimbel tidak sedikit. Hampir semua orang mengikuti bimbel untuk mempersiapkan UN, seperti halnya ketika saya duduk di kelas 6. Saat itu, hampir ada UN, tetapi batal karena pandemi. Hanya sebagian kecil dari teman-teman seusia saya yang tidak mengikuti bimbel," tambahnya.

Selain faktor biaya, Amelia menilai bahwa siswa SMA sudah memiliki standar ujian lain yang cukup untuk menentukan kelulusan. Ia menyebut bahwa ujian sekolah (US) dan ujian praktik seharusnya sudah cukup untuk mengukur kompetensi siswa SMA.

"Untuk lulus dari sebuah pendidikan, diperlukan ujian. Dan menurut saya, ujian sekolah (US) dan ujian praktik sudah sangat cukup untuk syarat kelulusan siswa SMA," ungkapnya.

Amelia pun menyimpulkan bahwa UN lebih cocok diterapkan pada siswa SD dan SMP. Ia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali kebijakan ini agar tidak menjadi beban bagi siswa dan orang tua, terutama dari segi biaya dan tekanan akademik yang berlebihan.

Kebijakan ini masih dalam tahap finalisasi oleh pemerintah. Pihak Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menyebut bahwa UN versi baru ini akan memiliki format yang berbeda dari sebelumnya, dengan lebih menekankan pada asesmen kompetensi. Meski demikian, belum ada kepastian apakah UN akan kembali menjadi syarat utama kelulusan atau hanya sebagai tolok ukur akademik nasional.

Keputusan ini tentunya akan terus menjadi perdebatan di kalangan siswa, tenaga pendidik, dan masyarakat. Apakah UN akan benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan atau justru menjadi beban tambahan bagi siswa? Semua pihak masih menunggu kejelasan dari pemerintah mengenai implementasi kebijakan ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved