UIN Jakarta Mantapkan Diri Jadi Pusat Gagasan Pendidikan Humanis Berbasis Cinta

Tanggal: 21 Agu 2025 09:05 wib.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat pengembangan gagasan dan praktik pendidikan yang berpijak pada nilai cinta, perdamaian, serta keberlanjutan peradaban.

Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, menyampaikan pandangannya dalam forum akademik bertajuk “Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai” yang berlangsung di kampus Ciputat, Tangerang, Selasa (19/8). Ia menekankan bahwa pendidikan yang dilandasi cinta akan mengubah wajah sekolah dan madrasah, bukan hanya sebagai ruang transfer ilmu, tetapi juga sebagai “rumah” yang melahirkan generasi penuh kasih sayang, toleransi, dan kepemimpinan berintegritas.

“Jika cinta menjadi dasar kurikulum, maka pendidikan Islam akan tampil sebagai kekuatan moral yang meneguhkan Islam rahmatan lil-‘alamin sebuah manifestasi kasih sayang, kedamaian, dan kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia,” ujar Prof. Asep.

Menurutnya, pendidikan bukan sekadar membentuk kecerdasan kognitif, tetapi juga karakter pelajar dan mahasiswa sebagai generasi berakhlak mulia, yang mampu menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana membangun peradaban damai. Dengan kurikulum berbasis cinta, peserta didik diajak menginternalisasi nilai spiritualitas sekaligus terbuka menghadapi keberagaman, sehingga siap menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Prof. Siti Nurul Azkiyah, menegaskan bahwa gagasan tersebut bukan sekadar wacana ideal. “Cinta bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari, mulai dari sikap guru yang penuh kasih sayang, metode belajar kolaboratif, hingga penghargaan terhadap perbedaan di kelas,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Yogi Anggraena dari Pusat Kurikulum Kemendikdasmen memaparkan arah baru kebijakan pendidikan nasional melalui Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025. Regulasi ini menekankan pentingnya deep learning atau pembelajaran mendalam agar siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu merefleksikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Salah satu terobosan yang akan berlaku mulai tahun ajaran 2025/2026 adalah hadirnya mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI). “Kami ingin menyiapkan generasi yang kritis, logis, dan beretika di era digital. Pendidikan harus relevan dengan transformasi global,” ungkap Yogi. Selain itu, kebijakan baru juga memperkuat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler melalui gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk membentuk karakter, kreativitas, serta kemandirian siswa.

Dari perspektif madrasah, Kepala Subdirektorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Kementerian Agama, Zulkifli, menekankan pentingnya kurikulum berbasis cinta sebagai pedoman utama pembelajaran. Hal ini selaras dengan arahan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang menegaskan bahwa harmoni kehidupan harus berakar pada cinta.

Panduan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang dirilis Kemenag menekankan penanaman nilai empati, toleransi, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam seluruh aspek pembelajaran — baik intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Evaluasi pun dirancang tidak semata mengukur prestasi akademik, melainkan juga sejauh mana nilai cinta tercermin dalam perilaku sehari-hari.

“Keberhasilan KBC bergantung pada sinergi guru, kepala madrasah, orang tua, dan masyarakat. Pendidikan berbasis cinta bukan sekadar teori, tetapi harus diwujudkan dalam praktik hidup bersama yang damai dan saling menghargai,” pungkas Zulkifli.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved