Tragedi di Great Barrier Reef: Mengapa Karang Semakin Mati dan Sulit Diselamatkan?
Tanggal: 27 Jan 2025 14:55 wib.
Tampang.com | Perubahan iklim semakin memperlihatkan dampak buruknya terhadap lingkungan global. Salah satu korbannya adalah Great Barrier Reef di Australia, salah satu keajaiban alam dunia. Terumbu karang raksasa ini kini berada dalam kondisi kritis, dengan laporan yang menunjukkan lebih dari 40% karangnya telah mati.
Pada awal tahun 2024, sebuah penelitian yang dilakukan di Pulau One Tree, bagian selatan Great Barrier Reef, melacak kondisi 462 koloni karang. Hasilnya mengungkapkan situasi yang mengkhawatirkan.
Saat penelitian dimulai pada bulan Juli, 92 koloni karang berhasil bertahan dari pemutihan. Namun, ketika penelitian selesai, jumlah karang yang mati meningkat drastis menjadi 193, sementara 113 koloni lainnya menunjukkan tanda-tanda pemutihan.
Penelitian yang Mengungkap Fakta Mengerikan
Maria Byrne, seorang ahli biologi kelautan dari Universitas Sydney sekaligus penulis utama penelitian ini, mengaku sangat terpukul dengan hasil temuan tersebut. Byrne dan timnya mencatat suhu air, merekam video, serta melakukan pengamatan langsung terhadap 12 jenis karang yang berbeda. Salah satu temuan mereka adalah genus Goniopora, yang mengalami pemutihan parah dan terinfeksi penyakit mematikan bernama pita hitam, yang dikenal sebagai penyakit pemakan daging.
Menurut Byrne, meskipun karang memiliki kemampuan untuk pulih dari pemutihan ringan jika suhu air kembali normal, situasi di Great Barrier Reef menunjukkan sebaliknya. "Apa yang kami amati di One Tree Reef adalah bencana besar," tulis tim peneliti dalam laporannya.
Tekanan Panas dan Pemutihan Berturut-turut
Tekanan panas akibat suhu laut yang meningkat selama musim panas menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kerusakan ini. Kepala bidang kelautan WWF Australia, Richard Leck, menjelaskan bahwa perubahan iklim semakin meningkatkan risiko pemutihan karang secara berulang. Hal ini terutama terlihat di wilayah utara Australia, di mana terumbu karang mengalami tekanan yang sangat berat.
"Terumbu karang kita berada di bawah tekanan besar akibat perubahan iklim. Status warisan dunia ini kini menghadapi ancaman yang semakin meningkat," ujar Leck.
Tindakan Pemerintah Australia
Menyadari kondisi ini, pemerintah Australia telah meminta UNESCO untuk menyusun laporan terkait kondisi terkini Great Barrier Reef. Laporan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran akurat mengenai kesehatan terumbu karang, serta membantu merancang langkah-langkah perlindungan yang lebih efektif.
Leck menambahkan bahwa gambaran yang jelas tentang kondisi karang ini sangat penting untuk mendorong upaya perlindungan yang lebih besar. "Kita perlu strategi baru dan lebih besar untuk melindungi terumbu karang ini," katanya.
Perubahan Iklim dan Masa Depan Terumbu Karang
Great Barrier Reef adalah salah satu ekosistem laut terbesar di dunia yang berada di perairan timur laut Australia. Kerusakan pada ekosistem ini tidak hanya berdampak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada keberlanjutan kehidupan laut yang bergantung pada terumbu karang.
Penelitian ini menjadi peringatan keras tentang betapa mendesaknya upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim. Jika situasi ini dibiarkan, dampaknya tidak hanya dirasakan di Australia, tetapi juga oleh seluruh dunia.
Terumbu karang yang memutih, terinfeksi penyakit, atau bahkan mati adalah cerminan langsung dari bagaimana perubahan iklim telah mengubah ekosistem laut kita. Para ilmuwan, aktivis, dan pemerintah perlu bekerja sama untuk menyelamatkan warisan dunia ini sebelum terlambat.