Sumber foto: iStock

Terungkap: Gejala Autisme Sering Terlewat Padahal Bisa Dideteksi Dini, Ini Panduan Penting bagi Orang Tua

Tanggal: 13 Mei 2025 23:52 wib.
Setiap orang tua tentu mendambakan anak yang tumbuh sehat, aktif, dan cerdas. Namun, ada satu tantangan yang sering kali muncul diam-diam dan tidak disadari sejak dini, yakni gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Gangguan ini bukan hanya tentang perilaku yang berbeda, tetapi juga berkaitan erat dengan perkembangan saraf otak yang memengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan respons anak terhadap lingkungannya.

Dr. Adriana Soekandar Ginanjar, seorang psikolog sekaligus Ketua Yayasan Autisme Indonesia, menjelaskan bahwa ASD adalah kondisi neurologis kompleks yang perlu dikenali secepat mungkin. Dalam program “Siaran Sehat” di kanal YouTube resmi Kementerian Kesehatan RI pada 9 Mei 2025, ia memaparkan fakta-fakta penting seputar autisme yang wajib diketahui oleh para orang tua dan pendidik.


Autisme: Gangguan yang Tak Mengenal Batas Sosial atau Ras

Satu hal yang harus disadari adalah bahwa autisme bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang ras, suku, status sosial, ekonomi, maupun tingkat pendidikan. Bahkan, secara statistik, gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

ASD dapat dikenali sejak usia bayi, namun dalam banyak kasus, anak tampak tumbuh normal pada awalnya dan baru menunjukkan gejala ketika mendekati usia tiga tahun. Inilah mengapa pemantauan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting. Orang tua perlu memperhatikan pola interaksi sosial, cara anak berbicara, serta perilaku sehari-hari yang bisa jadi merupakan tanda awal ASD.


Apa Itu “Spektrum” dalam Autism Spectrum Disorder?

Dr. Adriana menjelaskan bahwa istilah “spektrum” merujuk pada keragaman gejala dan tingkat keparahan autisme. Tidak semua anak dengan ASD mengalami kondisi yang sama. Ada anak-anak yang mampu menempuh pendidikan hingga tingkat universitas dan memiliki kecerdasan tinggi, namun ada pula yang mengalami hambatan besar dalam berbicara dan membutuhkan dukungan pendidikan khusus.

Dengan kata lain, autisme bukanlah diagnosis tunggal dengan satu jenis gejala. Setiap anak dengan ASD memiliki karakteristik unik yang membutuhkan pendekatan berbeda dalam pengasuhan dan pendidikan.


Tiga Aspek Utama yang Menjadi Tanda Awal Autisme

Orang tua dapat mengenali kemungkinan autisme melalui tiga indikator utama:



Interaksi sosial: Anak mengalami kesulitan dalam memahami bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau emosi orang lain.


Kemampuan komunikasi: Baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal, anak mungkin sulit menyampaikan perasaan atau tidak merespons ketika diajak bicara.


Pola perilaku dan minat terbatas: Anak menunjukkan aktivitas atau minat yang tidak biasa dan sangat fokus pada satu hal saja.



Misalnya, ada anak yang berbicara lancar tetapi hanya menghapal lagu-lagu tanpa memahami maknanya. Ada juga yang sangat fokus pada topik tertentu yang tidak umum untuk usia mereka, seperti sejarah perang dunia, sementara teman-temannya masih tertarik dengan permainan anak-anak biasa.


Minim Kontak Mata dan Respons Sosial: Gejala yang Kerap Diabaikan

Salah satu tanda yang paling mudah dikenali namun sering diabaikan adalah minimnya kontak mata. Anak dengan ASD biasanya menghindari tatapan langsung karena mereka merasa tidak nyaman. Mereka juga mungkin tidak merespons ketika dipanggil, atau tidak tertarik dengan interaksi sosial di sekelilingnya.

Masalah ini bukan karena mereka tidak cerdas, tapi karena cara otak mereka memproses informasi berbeda dari anak-anak pada umumnya. Mereka lebih nyaman berada dalam dunia mereka sendiri, dan hal ini membuat proses sosialisasi menjadi tantangan besar.


Tantangan Sensorik: Sering Diabaikan Tapi Berdampak Besar

Fakta menarik lainnya yang kini mulai lebih dipahami adalah pengaruh gangguan sensorik pada anak-anak dengan autisme. Anak dengan kepekaan sensorik tinggi (hipersensitif), misalnya, bisa merasa sangat terganggu dengan suara keras, lampu yang terlalu terang, atau sentuhan fisik yang biasa bagi anak-anak lain.

Karena itu, mereka lebih sering terlihat menyendiri atau terlarut dalam dunia imajinasi mereka. Bahkan ketika belajar, mereka cenderung hanya tertarik pada satu bidang tertentu saja dan mengabaikan pelajaran lain.

Kepekaan sensorik ini membuat proses komunikasi dan interaksi sosial menjadi lebih kompleks. Sehingga, pendekatan yang tepat harus mempertimbangkan aspek sensorik ini, bukan hanya aspek verbal dan perilaku.


Kenali Sejak Dini, Tindakan Tepat Membuka Harapan Lebih Besar

Mengenali tanda-tanda autisme sejak dini memberikan peluang besar untuk intervensi yang efektif. Semakin cepat ASD terdeteksi, semakin tinggi kemungkinan anak dapat berkembang dengan dukungan yang tepat.

Intervensi ini bisa meliputi terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, dan dukungan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Namun, semuanya harus dimulai dari kesadaran dan pemahaman orang tua, guru, serta masyarakat luas tentang kondisi ini.

Dr. Adriana menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan agar anak dengan ASD tidak dipandang sebagai “bermasalah”, melainkan sebagai individu dengan potensi unik yang membutuhkan pemahaman lebih dalam.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved