Ternyata Serangga Penyelamat Ekosistem: Fakta Mengejutkan di Balik Makhluk Kecil yang Sering Diremehkan
Tanggal: 13 Mei 2025 23:52 wib.
Serangga sering kali dianggap sebagai makhluk pengganggu. Ketika seseorang menyebut kata “serangga”, yang langsung terbayang biasanya adalah semut yang mengganggu makanan, kecoa yang membuat panik, atau nyamuk yang mengisap darah. Namun, siapa sangka bahwa serangga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup di bumi? Di balik bentuknya yang kecil dan kerap dipandang sebelah mata, serangga justru memainkan peran besar dalam menjaga stabilitas ekosistem, bahkan mendukung kehidupan manusia secara langsung.
Hal ini ditegaskan oleh pakar entomologi dari IPB University, Prof. Damayanti Buchori, yang menyoroti pentingnya mengubah persepsi negatif terhadap serangga. Dalam pernyataan resminya yang dikutip pada Jumat, 9 Mei 2025, beliau menekankan bahwa serangga bukan sekadar hama, tetapi pilar penting dalam banyak aspek kehidupan ekologis.
Serangga Hadir di Hampir Semua Rantai Makanan
Menurut Prof. Damayanti, serangga ada di hampir setiap tingkat dalam rantai makanan, kecuali di tingkat autotrof. Mereka bisa menjadi herbivora, karnivora, dan juga dekomposer. Dalam konteks ekologi, ini berarti serangga bukan hanya bagian kecil dari sistem, tapi menjadi penggerak utama dalam proses alami seperti daur ulang nutrisi, pengendalian populasi, dan penyebaran tanaman.
Tanpa kehadiran serangga, proses daur ulang di alam akan berjalan sangat lambat. Hal ini tentu berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem lingkungan, karena limbah organik seperti feses, bangkai hewan, atau tumbuhan mati tidak akan terurai dengan efisien.
Penyerbukan: Peran Vital Serangga dalam Ketahanan Pangan
Salah satu kontribusi terbesar serangga terhadap kehidupan manusia adalah dalam proses penyerbukan tanaman. Prof. Damayanti menyampaikan bahwa sekitar 75-80% tanaman berbunga sangat bergantung pada hewan untuk melakukan penyerbukan. Menariknya, sebagian besar dari hewan penyerbuk itu adalah serangga, terutama lebah dan kupu-kupu.
Bayangkan jika lebah menghilang dari ekosistem. Maka kita juga harus bersiap kehilangan hasil panen dari berbagai komoditas penting seperti kopi, teh, cokelat, buah-buahan, hingga sayur-mayur. Ini bukan skenario fiktif, tetapi risiko nyata jika populasi serangga penyerbuk terus menurun akibat perubahan iklim, pestisida, atau kerusakan habitat.
Penyerbukan bukan hanya soal menghasilkan buah atau biji. Proses ini juga mendukung keragaman hayati dan ketahanan pangan global. Maka menjaga kelangsungan hidup serangga penyerbuk adalah bagian penting dari upaya keberlanjutan lingkungan dan pertanian.
Serangga Sebagai Predator Alami: Solusi Ramah Lingkungan untuk Hama
Serangga juga memiliki fungsi penting sebagai musuh alami hama di dunia pertanian. Salah satu contohnya adalah tomcat, serangga kecil yang ternyata memangsa wereng batang cokelat—hama yang sangat merugikan tanaman padi. Dengan hadirnya predator alami seperti ini, petani tidak perlu bergantung penuh pada pestisida kimia, yang berisiko mencemari tanah dan air serta membahayakan kesehatan manusia.
Pemanfaatan serangga sebagai pengendali hama alami ini sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan, karena mampu menekan penggunaan bahan kimia tanpa mengorbankan produktivitas lahan.
Dekomposer Ulung: Peran Serangga dalam Mengurai Limbah Organik
Jenis serangga lain seperti kumbang kotoran, lalat bangkai, dan rayap juga tidak kalah penting. Mereka bertanggung jawab atas penguraian limbah organik seperti feses, bangkai hewan, dan kayu lapuk. Fungsi ini sangat penting dalam siklus nutrisi, karena membantu mengembalikan unsur hara ke dalam tanah dan menjaga kesuburan lahan.
Bayangkan jika tak ada serangga pengurai. Lingkungan akan dipenuhi limbah organik yang tak kunjung terurai. Maka serangga bukan hanya pengurai, tetapi juga penjaga kebersihan alam yang bekerja tanpa henti.
Dunia Forensik Juga Bergantung pada Serangga
Fakta menarik lainnya, serangga juga berperan dalam penyelidikan forensik. Dalam proses menentukan waktu kematian seseorang, para ahli sering kali mengamati urutan kedatangan serangga seperti lalat dan kumbang ke tubuh korban. Dengan pola kemunculan spesifik dari masing-masing jenis serangga, ahli forensik bisa memperkirakan waktu dan tempat kematian secara lebih akurat.
Ilmu ini dikenal sebagai entomologi forensik, dan menunjukkan betapa luasnya kontribusi serangga dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk ilmu hukum dan investigasi kriminal.
Kehidupan yang Saling Bergantung: Kasus Unik Pohon Beringin dan Serangga Penyerbuk
Prof. Damayanti juga mengangkat kisah menarik tentang hubungan koevolusi antara pohon Ficus (beringin) dan serangga penyerbuk dari famili Agaonidae. Spesies serangga ini hanya menyerbuki Ficus tertentu, dan sebaliknya, pohon Ficus hanya bisa diserbuki oleh serangga spesifik tersebut.
Hubungan mutualisme ini telah berlangsung selama ribuan tahun, dan jika salah satu dari mereka punah, yang lain juga akan ikut punah. Ini menjadi bukti nyata bahwa kehidupan di alam semesta saling bergantung satu sama lain. Serangga bukan makhluk asing yang bisa disingkirkan begitu saja, melainkan bagian tak terpisahkan dari sistem kehidupan.