Sumber foto: iStock

Ternyata Kalimat Ini Bisa Merusak Mental Anak: Kesalahan Parenting yang Tak Disadari Banyak Orang Tua

Tanggal: 30 Apr 2025 19:10 wib.
Dalam proses membesarkan anak, banyak orang tua tak sadar bahwa niat baik belum tentu menghasilkan dampak baik. Salah satu contoh paling umum adalah saat anak sedang mengalami gejolak emosi, lalu kita menenangkannya dengan kalimat “Gak apa-apa kok.” Sekilas terdengar lembut dan menenangkan, namun menurut penelitian terbaru, kalimat ini justru bisa membawa kerusakan jangka panjang pada kesehatan emosional anak.

Reem Raouda, seorang pelatih pengasuhan anak dan advokat kesehatan mental emosional anak, menyatakan bahwa frasa sederhana ini memiliki efek destruktif yang tak disadari banyak orang tua. Melalui pengamatannya terhadap lebih dari 200 anak, ia menyimpulkan bahwa kalimat “gak apa-apa kok” adalah frasa paling berbahaya dalam pola asuh anak.

Melansir dari CNBC International, Raouda menyebut bahwa walaupun kalimat ini diucapkan dengan niat baik, dampak psikologisnya bisa berbahaya jika terus-menerus digunakan dalam situasi emosional.


Mengapa Kalimat "Gak Apa-apa Kok" Dapat Merusak?

1. Membuat Anak Meragukan Emosinya Sendiri

Ketika seorang anak merasa sedih, takut, atau marah lalu mendengar "gak apa-apa kok", itu bisa menimbulkan kebingungan dalam pikirannya. Anak akan belajar bahwa perasaan yang mereka rasakan ternyata tidak valid. Ini dapat memutuskan hubungan anak dengan emosi batinnya, karena mereka diajarkan secara tidak langsung untuk tidak mempercayai perasaannya sendiri.

2. Membatalkan Pengalaman Emosional Anak

Meskipun orang tua mengucapkannya dengan niat menenangkan, anak bisa menafsirkannya sebagai “perasaanmu tidak penting.” Ketika perasaan anak diabaikan saat mereka sedang sangat membutuhkannya, mereka belajar bahwa dukungan emosional hanya tersedia saat mereka tenang dan menyenangkan. Ini menjadi awal dari kebiasaan menekan emosi.

3. Mengganggu Proses Emosi yang Alami

Emosi sejatinya adalah bagian dari mekanisme tubuh untuk merespons situasi. Emosi perlu dirasakan dan dilewati, bukan dihindari. Namun, saat kita menghentikan emosi anak terlalu cepat dengan kalimat seperti “gak apa-apa kok”, kita tanpa sadar menghambat kemampuan anak untuk mengenali, memberi nama, dan mengatur emosinya. Bukannya membangun ketangguhan, kita justru menanamkan penghindaran.

4. Menciptakan Cinta yang Bersyarat

Frasa seperti “berhenti menangis” atau “jangan takut” sebenarnya bisa membentuk pemahaman bahwa mereka harus menyembunyikan emosi agar bisa diterima. Ketika cinta dan perhatian hanya muncul saat anak ‘baik-baik saja’, maka ia akan merasa bahwa cinta bersifat bersyarat. Akibatnya, rasa aman secara emosional pun mulai tergerus, dan ini sangat berbahaya bagi perkembangan mental jangka panjang.

5. Mengubah Cara Anak Merespons Stres

Sistem saraf anak berkembang berdasarkan pengalaman yang berulang. Jika anak sering mengalami penolakan atau pengabaian saat mereka merasa emosional, maka tubuh mereka akan belajar bahwa tidak aman mengekspresikan perasaan. Dalam jangka panjang, ini dapat membentuk ulang respons stres mereka, membuat anak lebih rentan terhadap gangguan kepercayaan, kecemasan, dan kesulitan dalam mengatur emosi.


Frasa Alternatif yang Lebih Sehat dan Membangun

Alih-alih mengatakan “gak apa-apa kok”, Reem Raouda menyarankan untuk menggunakan kalimat yang memvalidasi perasaan anak dan membangun kepercayaan diri emosional mereka. Berikut beberapa contoh frasa yang lebih mendukung:



“Aku percaya padamu.”
Memberikan rasa aman bahwa perasaan dan reaksi mereka bisa diterima dan dimengerti.


“Perasaanmu masuk akal.”
Membantu anak memahami bahwa apa yang mereka rasakan adalah normal dan wajar.


“Aku di sini bersamamu.”
Menyampaikan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi emosi tersebut.


“Kamu tidak harus baik-baik saja sekarang.”
Mengizinkan anak untuk merasakan sepenuhnya apa yang terjadi tanpa ditekan untuk segera tenang.


“Aku melihat apa yang terjadi. Bagaimana perasaanmu?”
Mengundang anak untuk berbicara, memproses, dan menamai emosinya.



Dengan menggunakan frasa-frasa ini, orang tua tak hanya menenangkan anak, tetapi juga memberdayakan mereka secara emosional. Anak akan belajar bahwa perasaan tidak perlu disembunyikan, bahwa mereka punya ruang untuk merasa, dan bahwa mereka diterima sepenuhnya meskipun sedang tidak ‘baik-baik saja’.


Ubah Frasa, Ubah Masa Depan Anak

Frasa sederhana seperti “gak apa-apa kok” memang terdengar tak berbahaya, bahkan penuh kasih. Namun di balik itu, terkandung pesan yang bisa menekan emosi dan menciptakan luka batin dalam jangka panjang. Pola pengasuhan yang terlalu menenangkan tanpa validasi bisa membuat anak tumbuh dengan keraguan terhadap dirinya sendiri.

Dalam parenting yang sehat, tugas utama kita bukan menghilangkan emosi anak, melainkan membantu mereka mengenali dan mengelolanya. Validasi emosional adalah fondasi penting untuk membangun anak yang tangguh, percaya diri, dan aman secara psikologis.

Mengubah satu frasa bisa jadi awal perubahan besar dalam kehidupan anak Anda. Maka, mari menjadi lebih sadar, lebih hadir, dan lebih bijaksana dalam setiap kata yang kita ucapkan kepada mereka.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved