Terlalu Memanjakan Membuat Anak Bermental Strawberry Generation
Tanggal: 22 Nov 2024 13:35 wib.
Kasih sayang dari orangtua sering kali diberikan tanpa batas. Perhatian tersebut bahkan tidak berhenti ketika anak sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Pepatah yang mengatakan bahwa menjadi orangtua adalah peranan dan pekerjaan seumur hidup benar adanya.
Menjadi orangtua bukanlah peran yang mudah. Hal ini sama sulitnya dengan menjadi seorang anak. Keduanya merupakan individu yang sedang mencoba untuk memahami peranan baru dalam kehidupan. Bagi pasangan suami istri yang baru saja menjadi orangtua, mereka sedang belajar bagaimana menjadi seorang orangtua. Belajar ini tidak akan pernah berhenti, karena memang tidak ada batasnya. Orangtua akan terus belajar dan berusaha memahami anaknya, meski anak-anak tersebut sudah dewasa.
Lebih lagi ketika orangtua pertama kali mendapatkan seorang anak. Tidak hanya orangtua, nenek dan kakek juga turut memberikan kasih sayang yang diharapkan dapat tersampaikan dengan utuh. Mereka berusaha keras agar tidak ada yang kurang dalam memberikan perhatian, kasih sayang, cinta kasih, dan segala kebutuhan anak yang harus dipenuhi dengan tepat waktu.
Pada awalnya, kelihatannya semua baik-baik saja. Apalagi jika didukung dengan keadaan ekonomi yang stabil. Ketika anak mulai menyadari keinginannya, mereka akan meminta sesuatu kepada orangtua. Maka sebagai orangtua yang berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan anak, mereka akan mencoba segala cara agar permintaan tersebut bisa terpenuhi.
Bahkan ketika dalam keadaan terdesak, orangtua akan tetap berusaha keras demi kebahagiaan anak. Banyak orangtua yang mengalah atau bahkan kalah pada desakan dan tangisan anak. Mereka merasa sedih ketika melihat anak mereka sedih. Rasanya tidak tega jika mereka tidak dapat memenuhi permintaan si kecil.
Selain memenuhi segala permintaan anak, banyak orangtua yang tidak membiarkan anak mereka mengalami kesulitan sedikit pun. Mereka memanjakan anak-anak mereka, memberi perhatian, dan selalu mengawasi anak-anak mereka. Bahkan mereka juga memberikan larangan kepada anak agar anak tetap dalam kondisi baik-baik saja.
Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua yang terlalu sayang akan merasa tidak tega untuk memberikan teguran, apalagi memberikan hukuman kepada anak. Mereka membiarkan anak mereka begitu saja, tanpa memikirkan risiko yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan pola asuh yang kurang baik, yang dikenal dengan istilah strawberry parents. Pola asuh semacam ini dapat memicu lahirnya generasi strawberry.
Menua yang memiliki kemiripan dengan buah stroberi. Buah strawberry yang asam dengan warna mencolok yang menarik perhatian menjadi gambaran generasi yang selunak seperti buah strawrut Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, strawberry generation adalah generasi mudberry. Generasi ini terlihat menarik dan memikat, namun mudah hancur saat ditekan atau dipijak.
Generasi strawberry terkenal karena mudah terbawa perasaan (baper), sehingga sangat sensitif dalam menerima kritik. Mereka cenderung tidak menerima atau bahkan alergi terhadap pendapat orang lain. Mereka merasa bahwa pendapat mereka adalah yang paling benar dan tidak mau kalah.
Karakter generasi strawberry ini cenderung menumbuhkan mental yang lemah. Mereka sulit menerima kegagalan dan kekalahan, yang pada akhirnya membuat mereka mudah putus asa dan rentan terkena stres.
Dampak dari hal ini adalah generasi strawberry kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang tidak mereka sukai. Mereka juga kesulitan menghadapi perubahan-perubahan serta masalah-masalah kehidupan yang harus dihadapi.
Banyak orangtua mungkin berpikir bahwa menjadi strawberry parents adalah upaya menjaga dan melindungi anak dari segala hal-hal buruk. Namun, pola asuh seperti ini dapat membuat anak tumbuh dengan mental strawberry.
Meski demikian, tidak semua hal negatif terdapat pada generasi strawberry. Mereka adalah generasi kreatif yang memiliki banyak ide. Namun, mereka akan kesulitan di lingkungan sosial, terutama ketika tidak disertai oleh orang tua. Mereka akan ketergantungan pada orangtua, sulit mandiri, emosional, tidak menerima perbedaan, dan mudah rentan terkena stres.
Namun, sudah saatnya untuk mulai mencegah anak memiliki mental selembek strawberry. Anak harus tumbuh menjadi pribadi yang berani, memiliki jiwa sosial tinggi, dan dapat mengendalikan diri dalam situasi apapun.
Salah satu kuncinya adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Dengan memberikan anak kepercayaan, mereka akan menjadi pribadi yang lebih berani. Meski pada awalnya anak mungkin bersifat cengeng, mereka akan merasa mampu mengatasi hal tersebut karena mereka merasa bahwa orangtua mereka percaya akan mereka.
Dengan demikian, anak akan belajar untuk memecahkan masalahnya sendiri, mulai dari hal-hal yang sederhana. Orangtua juga harus memperkenalkan anak pada lingkungan pertemanan sebayanya, yang tidak terlepas dari kemungkinan adanya konflik.
Nilai-nilai positif juga harus selalu ditanamkan kepada anak. Orangtua harus memberikan kalimat-kalimat motivasi kepada anak agar mereka termotivasi dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari.
Batasan-batasan juga perlu diberlakukan kepada anak. Anak tidak boleh dibiarkan bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Orangtua harus memberikan kompromi dan memberikan pendidikan kepada anak tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua harus memberikan teguran dan hukuman yang layak. Jika anak melakukan sesuatu yang melewati batas, tidak ada alasan untuk tidak memberikan hukuman yang membuat anak menyadari kesalahan mereka.
Begitu juga ketika anak mencapai sesuatu, orangtua harus memberikan apresiasi dengan penuh kebanggan. Apresiasi tidak hanya soal materi, namun juga mengenai kalimat-kalimat positif yang didukung oleh sentuhan hangat, yang dapat membuat anak merasa dicintai.
Peran orangtua sangat penting dalam membentuk mental anak. Oleh karena itu, mereka harus memperhatikan pola asuh yang mereka terapkan kepada anak-anaknya agar mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan mandiri. Orangtua juga harus memberikan kepercayaan kepada anak, memberikan batasan yang jelas, serta memberikan teguran dan apresiasi yang layak kepada anak. Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki mental yang kuat dan dapat mengatasi tantangan kehidupan.
Dengan demikian, sebaiknya orangtua menyadari bahwa kelembutan dan kasih sayang tidak selalu berujung positif. Terlalu memanjakan anak bukanlah tindakan yang baik, karena hal tersebut dapat berujung pada pembentukan generasi yang lemah dan tidak mandiri. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memberikan kasih sayang yang seimbang, didukung dengan pembatasan yang jelas agar anak dapat tumbuh menjadi generasi yang kuat dan mampu menghadapi permasalahan kehidupan. Jangan biarkan anak tumbuh dengan mental selembek strawberry, tetapi tanamkan nilai-nilai keberanian, kemandirian, dan kesanggupan untuk mengendalikan diri dalam anak-anak kita. Dengan demikian, kita dapat mendidik generasi yang tangguh dan mampu bersaing di dunia yang penuh dengan tantangan.