Tanda Bahaya Perubahan Iklim Terlihat Nyata Dari Daun, Ini Faktanya
Tanggal: 17 Nov 2024 18:36 wib.
Banyak peneliti dan ilmuwan telah mengungkapkan berbagai bukti terkait dengan perubahan iklim yang dapat membawa dampak serius bagi kehidupan manusia di Bumi. Salah satu tanda yang menunjukkan bahaya ini adalah dari kondisi daun dalam hutan, di mana efek pemanasan global telah memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosistem hutan yang juga dikenal sebagai paru-paru Bumi.
Pohon-pohon di hutan mengalami paparan sinar Matahari dan menyerap air melalui akarnya. Namun, karena dampak pemanasan global yang mengakibatkan temperatur yang sangat tinggi, proses fotosintesis pada daun-dedaun tersebut terhenti.
Gregory Goldsmith dari Chapman University di California menyatakan bahwa hasil studi menunjukkan bahwa dedaunan di hutan tropis pada kondisi tertentu telah melewati batas temperatur kritis. Bahkan, pohon di hutan tropis mampu menjalankan proses fotosintesis pada suhu hingga 46,7 derajat Celcius, namun, kondisi ini akan sangat bergantung pada populasi hutan, jumlah daun di pohon, serta kanopi.
Untuk mengukur dampak dari kondisi ini, tim peneliti dari Northern Arizona University menggunakan data dari sensor ECOSTRESS NASA untuk mengamati temperatur permukaan Bumi. Melalui penggunaan data tersebut, mereka kemudian menganalisis kondisi dedaunan di hutan tropis yang mengalami kepanasan sehingga tidak dapat melanjutkan proses fotosintesis.
Dari hasil analisis pada periode 2018-2020, data yang dikumpulkan dari sensor di permukaan dipasang di pucuk pohon di lima hutan di Brasil, Puerto Rico, Panama, dan Australia. Hasil analisis menemukan bahwa temperatur di kanopi hutan mencapai puncaknya pada suhu 34 derajat Celcius selama musim kering. Bahkan beberapa daun mencapai suhu 40 derajat Celcius, dan sebagian kecil daun melebihi temperatur kritis yaitu 46,7 derajat Celcius setidaknya sekali selama musim kering.
Dampak dari kondisi ini tidak dapat dianggap remeh, meskipun masih jarang terjadi, temperatur ekstrem dapat berdampak buruk pada fisiologi daun. Konsekuensinya dapat menjadi peristiwa yang serius meskipun memiliki probabilitas rendah.
Pohon akan menutup pori-pori pada daunnya yang disebut stomata untuk mengurangi penguapan air saat suhu terlalu panas. Hal ini akan berdampak pada kondisi daun yang berpotensi mengalami kerusakan karena tidak dapat "mendinginkan diri" melalui proses transpirasi saat tanah mengalami kekeringan. Penutupan stomata ini dapat membuat efek suhu panas semakin parah pada daun.
Menurut Goldsmith, pengetahuan kita tentang dampak panas dan kekeringan terhadap pohon masih sangat terbatas. Oleh karena itu, tim peneliti menggunakan data yang mereka kumpulkan untuk menjalankan simulasi guna memahami bagaimana respons hutan tropis terhadap peningkatan temperatur dan kekeringan yang semakin sering terjadi.
Simulasi tersebut menunjukkan bahwa 1,4 persen dari pucuk kanopi hutan dapat berhenti berfotosintesis dalam waktu dekat sebagai dampak dari pemanasan global. Bahkan jika pemanasan global melebihi 3,9 derajat Celcius, dapat mengakibatkan seluruh hutan tidak dapat bertahan. Daun akan mengering dan pohon secara perlahan-lahan akan mati satu per satu.
Namun, peneliti mengingatkan bahwa perhitungan tersebut hanyalah probabilitas. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mengurangi emisi karbon dan mencegah deforestasi guna melindungi ekosistem hutan tropis yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. Indikator dari kondisi daun ini menjadi salah satu dari banyak konsekuensi serius dari perubahan iklim, dan menjadi pertanda penting yang harus diwaspadai oleh semua pihak.
Tanda-tanda bahaya perubahan iklim yang terlihat dari daun yang terpapar kondisi ekstrem ini mengingatkan kita semua tentang urgensi dalam mengambil tindakan nyata untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup, karena hal ini bukan hanya menjadi masalah ilmiah, melainkan juga telah menjadi ancaman nyata bagi kehidupan manusia dan seluruh ekosistem di Bumi.