Sumber foto: google

Menurut Studi: Indonesia Paling Banyak Konsumsi Mikroplastik di Dunia

Tanggal: 4 Jun 2024 19:45 wib.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology mengungkapkan bahwa Indonesia, bersama dengan Malaysia dan Filipina, menempati peringkat tertinggi dalam konsumsi mikroplastik per kapita di dunia. Dalam studi yang diterbitkan pada 24 April 2024, para peneliti menemukan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan, terutama berasal dari sumber air seperti makanan laut.

Menurut para ahli, kenaikan jumlah konsumsi mikroplastik ini telah meningkat hingga 59 kali lipat sejak tahun 1990 hingga 2018. Angka ini bahkan melampaui konsumsi mikroplastik di Amerika Serikat yang hanya sekitar 2,4 gram per bulan.

Laporan studi tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar partikel plastik yang dikonsumsi berasal dari sumber air, seperti makanan laut. Kenaikan drastis dalam konsumsi mikroplastik ini disebabkan oleh proses industrialisasi yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, serta Asia Timur dan Selatan. Hal ini juga disebabkan oleh akumulasi sampah dan paparan mikroplastik akibat aktivitas manusia.

Menurut Fengqi You, seorang dosen senior di Cornell Atkinson Center for Sustainability, "negara-negara industri justru mengalami tren sebaliknya, didukung oleh sumber daya ekonomi yang lebih besar untuk mengurangi dan menghilangkan sampah plastik."

Studi ini dilakukan berdasarkan model data yang memperkirakan seberapa banyak mikroplastik yang tertelan atau dihirup oleh manusia tanpa disadari akibat sampah plastik yang tidak diolah, terurai, dan menyebar di lingkungan. Untuk memperkirakan konsumsi manusia secara lebih komprehensif, studi ini memperhitungkan kebiasaan makan, teknologi pemrosesan makanan, demografi usia, dan laju pernapasan di setiap negara.

Para peneliti juga menekankan bahwa penyerapan mikroplastik di tingkat negara menjadi indikator penting dari polusi plastik dan mengakibatkan risiko kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, upaya mitigasi polusi plastik harus didukung dengan pengendalian kualitas air dan daur ulang limbah yang efektif di tingkat global.

Selain itu, studi Cornell ini juga menilai penyerapan mikroplastik melalui makanan dengan mengumpulkan data konsentrasi mikroplastik di berbagai kelompok makanan utama seperti buah-buahan, sayuran, protein, biji-bijian, produk susu, minuman, gula, garam, dan rempah-rempah. Hasilnya, mereka menemukan bahwa konsentrasi mikroplastik dalam garam meja di Indonesia 100 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, meskipun konsumsi garam meja per kapita hampir sama.

Menariknya, studi ini juga menyatakan bahwa negara yang mengonsumsi mikroplastik melalui udara paling tinggi adalah China dan Mongolia, diikuti oleh Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa polusi mikroplastik tidak hanya berasal dari konsumsi makanan, tetapi juga dari udara.

Dengan demikian, upaya pengurangan sampah plastik di perairan sebesar 90 persen dapat berpotensi menurunkan paparan mikroplastik secara signifikan. Namun, hal ini juga memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah polusi plastik ini, baik pada tingkat lokal maupun global.

Dalam konteks ini, peran industri dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung daur ulang limbah plastik menjadi kunci utama dalam mengurangi konsumsi mikroplastik dan memitigasi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu, edukasi masyarakat mengenai bahaya mikroplastik dan pentingnya pengelolaan sampah secara bertanggung jawab juga menjadi langkah krusial yang harus ditingkatkan. Dengan demikian, kerjasama antara pemerintah, industri, masyarakat, dan lembaga-lembaga non-pemerintah diperlukan untuk mengatasi masalah serius ini secara efektif.

Dari sini, kita dapat melihat bahwa konsumsi mikroplastik merupakan masalah global yang memerlukan tindakan kolektif yang menyeluruh untuk mengatasi dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya perbaikan yang dilakukan harus mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari pengurangan penggunaan plastik sekali pakai hingga pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat membantu mereduksi konsumsi mikroplastik dan melindungi kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved