Skor Ujian Nasional Naik! Tapi Coba Tanya Lagi Apa Bedanya Jepang dan Jakarta

Tampang.com | Pemerintah dengan bangga mengumumkan bahwa rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) tahun ini naik sebesar 7% dibanding tahun lalu. Tapi di balik grafik yang menanjak itu, ada satu pertanyaan yang bikin kita mikir ulang: apakah kenaikan nilai ini benar-benar mencerminkan kualitas pendidikan kita?

Angka Naik, Tapi Apa Artinya?

Kementerian Pendidikan menyebut peningkatan ini sebagai buah dari reformasi kurikulum dan digitalisasi sekolah, terutama di wilayah perkotaan. Namun banyak pengamat justru mempertanyakan: apakah ini berarti siswa Indonesia jadi lebih siap bersaing di tingkat global?

Kalau kita bandingkan dengan Jepang, yang punya sistem pendidikan fokus pada etika, kreativitas, dan berpikir kritis, maka perbedaan mulai terlihat jelas. Di sana, siswa tidak hanya diajarkan untuk menghafal, tapi dilatih untuk menyelesaikan masalah dunia nyata.

Fakta di Balik Skor



85% sekolah di Jakarta mengalami kenaikan nilai UN, sementara daerah tertinggal hanya naik 2%


Mata pelajaran yang paling naik nilainya: Bahasa Indonesia dan Matematika


Tapi, kemampuan berpikir kritis dan komunikasi tetap rendah, berdasarkan hasil survei lembaga independen



Belajar untuk Ujian, Bukan untuk Hidup?

Seorang guru di SMA Negeri Jakarta berkata:


“Anak-anak sekarang pintar mengerjakan soal pilihan ganda, tapi waktu disuruh bikin esai atau diskusi terbuka, banyak yang bingung mulai dari mana.”


Ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita masih terpaku pada angka, bukan proses belajar itu sendiri.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Jepang?



Pendidikan karakter jadi prioritas sejak SD


Guru di Jepang adalah profesi paling dihormati, seleksi masuknya lebih ketat dari dokter


Sekolah tanpa penjaga karena siswa diajarkan tanggung jawab sejak dini


Ujian tidak dijadikan satu-satunya tolok ukur kecerdasan



Kenaikan Nilai Bukan Berarti Bebas Evaluasi

Kita patut bangga dengan peningkatan skor, tapi jangan sampai terlena. Pendidikan seharusnya bukan sekadar mencetak angka tinggi, tapi membentuk manusia yang siap menghadapi tantangan dunia nyata—dengan empati, nalar, dan kemampuan adaptasi.