Sekolah Sudah Digital, tapi Banyak Siswa Masih Kesulitan Sinyal dan Gadget!
Tanggal: 13 Mei 2025 22:12 wib.
Tampang.com | Transformasi digital di sektor pendidikan menjadi salah satu agenda prioritas pemerintah sejak pandemi. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa digitalisasi belum berjalan merata. Banyak sekolah, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), masih kekurangan infrastruktur dasar seperti akses internet dan perangkat belajar.
Ketimpangan Akses Teknologi Masih Lebar
Siswa di perkotaan menikmati pembelajaran daring lewat platform digital interaktif, sementara di banyak desa, murid harus berjalan jauh hanya untuk mencari sinyal.
“Saat satu daerah bicara kecerdasan buatan di ruang kelas, daerah lain masih berjuang sekadar buka Google Classroom,” ujar Rini Sasmita, aktivis pendidikan dari Koalisi Akses Teknologi Rakyat.
Perangkat Belajar Tidak Tersedia Merata
Banyak siswa tidak memiliki gawai pribadi, dan sekolah pun tidak sanggup menyediakan laptop atau tablet untuk semua murid. Beberapa guru bahkan masih mengajar dengan metode manual karena keterbatasan fasilitas.
“Digitalisasi tidak bisa sekadar mengandalkan aplikasi. Infrastruktur dan pelatihan juga harus dibenahi,” jelas Rini.
Program Digitalisasi Terlalu Jakarta-sentris?
Meski pemerintah meluncurkan berbagai program seperti Merdeka Belajar Digital dan bantuan kuota, implementasinya masih tersentralisasi. Banyak sekolah di luar Jawa belum mendapat manfaat maksimal.
Solusi: Perluas Infrastruktur dan Perkuat Literasi Digital Guru
Digitalisasi pendidikan membutuhkan kolaborasi antarinstansi, tidak hanya Kemendikbudristek. Pemerintah daerah, operator seluler, dan lembaga donor harus bekerja sama memastikan akses internet, distribusi perangkat, dan pelatihan literasi digital bagi guru dan siswa.
Pendidikan Digital Tidak Boleh Jadi Privilege Kota
Jika transformasi digital hanya dinikmati oleh sekolah elite di kota besar, maka misi pemerataan pendidikan akan gagal. Teknologi seharusnya mempersempit, bukan memperlebar kesenjangan.