Sekolah Makin Digital, Tapi Ketimpangan Akses Teknologi Masih Lebar!
Tanggal: 11 Mei 2025 08:03 wib.
Tampang.com | Transformasi digital di sektor pendidikan Indonesia kian masif sejak pandemi COVID-19. Pemerintah mendorong penggunaan platform digital, aplikasi pembelajaran, hingga penyediaan Chromebook ke sejumlah sekolah. Namun, di balik semangat ini, kesenjangan akses teknologi justru semakin nyata—terutama antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Percepatan Digitalisasi Tak Diikuti Infrastruktur Merata
Banyak sekolah di kota besar sudah mulai menggunakan learning management system (LMS), pembelajaran daring, hingga ujian berbasis komputer. Tapi di wilayah pelosok, sekolah masih berjuang dengan sinyal internet lemah dan minimnya perangkat.
“Teknologi pendidikan ini bagus, tapi banyak sekolah bahkan belum punya jaringan internet stabil,” ujar Triana Mustika, dosen teknologi pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Siswa Terpinggirkan Karena Perangkat Mahal dan Kuota Terbatas
Tak hanya sekolah, beban digitalisasi juga jatuh ke pundak siswa dan orang tua. Banyak siswa yang harus berbagi satu ponsel untuk belajar, bahkan ada yang terpaksa putus sekolah karena tidak mampu membeli perangkat atau kuota.
“Digitalisasi bisa jadi diskriminasi terselubung kalau tidak ada jaminan akses merata,” tegas Triana.
Ketimpangan Kualitas Guru dalam Adaptasi Digital
Tidak semua guru siap mengintegrasikan teknologi ke dalam metode pengajaran. Banyak yang masih gagap digital, atau sekadar mengganti buku dengan presentasi tanpa interaktivitas. Akibatnya, kualitas pembelajaran digital menjadi tidak optimal.
“Transformasi digital butuh pelatihan intensif, bukan hanya distribusi perangkat,” tambah Triana.
Solusi: Fokus pada Ekosistem Digital yang Inklusif
Pemerintah perlu membangun ekosistem pendidikan digital yang inklusif. Ini mencakup penguatan infrastruktur di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), subsidi perangkat dan kuota untuk siswa kurang mampu, serta pelatihan digital berkelanjutan bagi guru.
“Jangan sampai teknologi jadi jurang baru dalam pendidikan. Semua anak Indonesia berhak mendapat kesempatan yang sama,” tutup Triana.