Screen Time pada Anak: Bolehkah atau Haruskah Dibatasi?
Tanggal: 8 Jul 2025 09:32 wib.
Di era digital yang serba cepat ini, perangkat elektronik dengan layarnya, mulai dari smartphone, tablet, hingga televisi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Hal ini memunculkan pertanyaan krusial bagi banyak orang tua: apakah screen time pada anak itu boleh atau justru harus sangat dibatasi? Jawabannya tidak sesederhana "ya" atau "tidak", melainkan terletak pada bagaimana, berapa lama, dan konten apa yang diakses.
Screen time merujuk pada waktu yang dihabiskan seseorang untuk melihat layar digital. Bagi anak-anak, ini bisa berarti menonton kartun di televisi, bermain game di tablet, atau menonton video di smartphone. Organisasi kesehatan dan perkembangan anak global, seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization (WHO), telah mengeluarkan rekomendasi mengenai batasan screen time berdasarkan usia:
Anak di bawah 18 bulan: Sebaiknya tidak ada screen time, kecuali untuk video call sesekali dengan anggota keluarga.
Anak usia 18-24 bulan: Screen time sangat terbatas, dan jika ada, harus didampingi orang dewasa untuk sesi interaktif dan edukatif.
Anak usia 2-5 tahun: Batasi screen time non-edukatif hingga 1 jam per hari, dengan dampingan orang dewasa yang membantu menjelaskan konten.
Anak usia 6 tahun ke atas: Batasan screen time menjadi lebih fleksibel, namun tetap harus ada keseimbangan dengan aktivitas fisik, tidur yang cukup, dan interaksi sosial. Konten yang diakses harus diawasi dan disesuaikan usia.
Penting untuk dicatat, rekomendasi ini bukanlah aturan baku yang tidak bisa dilanggar sama sekali, melainkan panduan untuk mendorong perkembangan optimal anak.
Potensi Manfaat Screen Time yang Terkontrol
Meskipun banyak kekhawatiran, screen time yang dikelola dengan baik dapat menawarkan beberapa manfaat:
Pembelajaran Edukatif: Aplikasi dan program yang dirancang khusus untuk pendidikan dapat membantu anak belajar huruf, angka, bentuk, atau bahkan keterampilan berpikir kritis. Konten ini bisa menjadi alat bantu belajar yang menarik jika dipilih dengan cermat.
Pengembangan Keterampilan: Beberapa game atau aplikasi interaktif dapat melatih koordinasi mata dan tangan, kemampuan memecahkan masalah, atau meningkatkan kreativitas.
Interaksi Sosial: Bagi anak yang lebih besar, screen time bisa menjadi sarana untuk berinteraksi dengan teman melalui game multipemain atau platform komunikasi yang diawasi.
Akses Informasi: Internet membuka gerbang informasi yang luas, memungkinkan anak untuk mengeksplorasi minat mereka dan belajar tentang dunia di luar lingkungan langsung.
Hiburan dan Relaksasi: Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai dan terhibur. Screen time yang wajar dapat menjadi salah satu bentuk relaksasi.
Risiko dan Dampak Negatif yang Perlu Diwaspadai
Di sisi lain, screen time berlebihan atau tidak terkelola membawa risiko signifikan:
Masalah Kesehatan Fisik: Terlalu banyak duduk di depan layar dapat berkontribusi pada gaya hidup sedentary (kurang gerak), risiko obesitas, masalah penglihatan (mata lelah), dan gangguan tidur akibat paparan cahaya biru.
Dampak pada Perkembangan Otak dan Kognitif: Paparan berlebihan pada usia sangat dini dapat memengaruhi perkembangan bahasa, rentang perhatian, dan kemampuan regulasi emosi. Konten yang cepat dan stimulatif dapat membuat anak kesulitan fokus pada aktivitas yang lebih lambat.
Keterlambatan Perkembangan Sosial-Emosional: Waktu yang dihabiskan di depan layar mengurangi kesempatan untuk interaksi tatap muka, bermain imajinatif, dan mengembangkan keterampilan sosial esensial seperti empati, negosiasi, dan membaca isyarat non-verbal.
Paparan Konten Tidak Sesuai Usia: Tanpa pengawasan ketat, anak dapat terpapar konten kekerasan, pornografi, atau materi lain yang tidak sesuai dengan usia dan dapat menimbulkan trauma atau kebingungan.
Risiko Adiksi: Sifat adiktif beberapa game atau platform media sosial dapat menyebabkan anak sulit lepas dari layar, memicu frustrasi, amukan, dan gangguan pada rutinitas harian.
Strategi Mengelola Screen Time dengan Cerdas
Alih-alih melarang total, pendekatan yang lebih realistis adalah mengelola screen time dengan cerdas:
Prioritaskan Interaksi Tatap Muka: Pastikan ada banyak waktu untuk bermain aktif, membaca buku fisik, dan interaksi langsung dengan keluarga dan teman.
Tetapkan Batasan yang Jelas: Buat aturan yang konsisten mengenai durasi dan waktu penggunaan perangkat. Gunakan timer jika perlu.
Pilih Konten Berkualitas: Libatkan diri dalam memilih aplikasi, game, atau acara yang edukatif, sesuai usia, dan bebas dari iklan yang mengganggu.
Dampingi dan Berinteraksi: Khususnya untuk anak kecil, duduklah bersama mereka saat menggunakan layar. Bicarakan tentang apa yang mereka lihat, ajukan pertanyaan, dan hubungkan konten dengan dunia nyata.
Jadikan Zona Bebas Layar: Tentukan area atau waktu tertentu di rumah yang bebas layar, misalnya saat makan, di kamar tidur sebelum tidur, atau saat kumpul keluarga.
Jadilah Contoh: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Kurangi screen time pribadi saat bersama anak untuk menunjukkan kebiasaan yang sehat.
Komunikasi Terbuka: Bicarakan dengan anak (sesuai usianya) tentang alasan di balik batasan screen time dan potensi risiko yang ada.
Pada akhirnya, screen time bukanlah musuh yang harus dihindari sepenuhnya, tetapi alat yang perlu dikelola dengan bijak.