Sadar Berpendidikan!
Tanggal: 13 Mei 2017 07:29 wib.
Jika kita mendengar kata “pendidikan” seringkali paradigma yang muncul adalah ruang-ruang kelas, seperangkat bangku-meja, buku-buku, guru, dan anak-anak berseragam yang terangkai dalam satu kesatuan utuh yaitu sekolah. Ya, pendidikan hari ini seringkali dipandang hanya sebatas sekolah. Asumsi ini muncul dikarenakan fokus pemerintah yang cenderung ke arah pendidikan formal. Sehingga menimbulkan efek domino yang berdampak terhadap pemikiran masyarakat umum.
Apakah kawan-kawan sekalian merasakan pendidikan selama hidup ? jika masih berpikiran bahwa pendidikan yang dirasakan adalah “sekolah”, maka sudah saatnya beranjak kepada pemikiran yang lebih holistik. Pendidikan tak sebatas sekolah.
Jika kita merujuk kepada pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan, bahwa pendidikan selama kita hidup ada tiga sentra yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Mungkin bagi beberapa orang hal ini terlihat bosan. Pembahasan di ruang-ruang perkuliahan yang sudah tertutup oleh pikiran-pikiran formalitas. Namun, tidak ada salahnya jika kita mengulang kembali tentang Tri Pusat Pendidikan.
Keluarga. Madrasah pertama dalam kehidupan kita. Percaya atau tidak, banyak kasus-kasus kekerasan pada anak baik di sekolah maupun luar sekolah yang salah satu faktor penyebabnya adalah lingkungan keluarga. Perceraian, KDRT, Meninggalnya salah satu atau kedua orang tua, kurangnya perhatian orang tua kepada anak, dan masalah keluarga lainnya seringkali memengaruhi perkembangan anak sehingga akan berdampak kepada kehidupan di usia selanjutnya. Belum lagi kondisi hari ini westernisasi semakin merebak, era digital dan industri membuat orang tua lebih sibuk dengan urusan pekerjaannya. Sungguh, pendidikan keluarga menjadi starting point manusia untuk memulai hidupnya dalam konteks pendidikan, dan pendidikan keluarga menjadi never ending process.
Sekolah. Ini, yang jadi pusat perhatian pemerintah ataupun pola pikir masyarakat yang memandang bahwa pendidikan formal yang lebih penting. Bisa iya bisa tidak, tergantung buku-buku apa yang kita baca. Jika kita membaca buku-buku dari para pemikir pragmatis bahwa sekolah hari ini sudah menjadi penjara bagi siswanya. Hal itu diasumsikan sebagai bentuk kekecewaan terhadap realitas bahwa sekolah telah menutup ruang kritis siswa. Menurut Paulo Freire, bank education concept telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap perkembangan pemikiran kritis siswa. Berbeda kiranya jika merujuk kepada pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa sekolah sudah seharusnya seperti taman bermain. Anak-anak akan merasakan kegembiraan pendidikan di sekolah jika konsepsi taman bermain diimplementasikan. Tapi bagaimana dengan kondisi hari ini ? saya pikir bisa kita refleksikan dan lihat lebih jauh tentang kondisi pendidikan di sekolah kita hari ini. Karena waktunya terbatas, pendidikan dasar – pendidikan menengah – pendidikan tinggi, sehingga butuh kerja keras untuk menyelesaikannya. Tapi bukan berarti hanya sebatas itu. Keseluruhannya bersinggungan satu sama lain, tak dapat dipisahkan. Menurut prosesnya, pendidikan formal adalah satu kesatuan utuh yang dimantapkan dalam sebuah sistem legal-formal sehingga ada tanggung jawab pemerintah didalamnya.
Masyarakat. Medan akhir di dunia, untuk mengamalkan ilmu-ilmu selama mengalami proses pendidikan. Masyarakat sebagai kesatuan sosial yang didalamnya terdiri dari berbagai elemen. Tentu, muara dari keluarga dan sekolah adalah masyarakat. Namun bukan berarti ketiganya terpisah begitu saja. Dalam rangkaian pengabdian dan juga meningkatkan dedikasi diri, seringkali masyarakat menjadi sasaran untuk implementasi atau pengamalan ilmu-ilmu selama di sekolah. Hal ini sudah lumrah kita temukan, tetapi sedikit kiranya yang mengamalkan secara kontinyu. Konteks pengabdian itu dinodai oleh nilai formalitas dan juga charity semata. Namun, setidaknya sudah memulai meski belum maksimal.
Tri Pusat Pendidikan diatas sudah kita sama-sama ketahui dan pahami. Namun, ada satu hal yang mungkin belum kita sama-sama ketahui. Tentang “sadar” berpendidikan. Tanpa sadar, kita semua telah melalui pendidikan keluarga, dari sejak lahir hinga kini. Tanpa sadar, diantara kita telah melalui dan melaksanakan pendidikan di sekolah, dari dasar hingga tinggi. Tanpa sadar, kita sedikit demi sedikit mengamalkan ilmu-ilmu selama berproses pendidikan untuk masyarakat. Kondisi “sadar” seringkali sulit kita dapatkan. Karena terdoktrin oleh rumusan konsepsi kepribadian dari seorang psikoanalis Sigmund Freud yang mengatakan bahwa manusia hidup dibawah ketidaksadaran.
Setelah membaca tulisan ini, sudah “sadar” berpendidikan ?