Revitalisasi SMPN 20 Tangsel Tuai Protes, Pihak Sekolah Tegaskan Sudah Sesuai Prosedur
Tanggal: 17 Mei 2025 14:40 wib.
Tampang.com | Proyek revitalisasi SMP Negeri 20 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dihentikan sementara usai menuai protes dari warga Komplek Permata Pamulang. Pihak sekolah pun angkat bicara, menegaskan bahwa proyek tersebut telah dikomunikasikan dengan otoritas terkait dan dilaksanakan sesuai prosedur.
Kepala Sekolah: Sudah Koordinasi dengan Lurah dan RW
Kepala SMPN 20 Tangsel, Frida Tesalonika, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi sebelum pembangunan dimulai. Menurut Frida, komunikasi telah dilakukan dengan pihak kelurahan dan RW setempat.
"Saya sudah meminta izin agar proses pembongkaran berjalan lancar. Kami sudah bahas dengan Pak Lurah, staf kelurahan, Sekretaris Lurah, dan Pak RW," ujar Frida saat ditemui pada Kamis (15/5/2025).
Frida yang baru menjabat sebagai kepala sekolah menyebut revitalisasi ini mendesak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan lahan yang hanya sekitar 2.300 meter persegi.
Kebutuhan Fasilitas dan Ruang Belajar Mendesak
Menurut Frida, proyek ini bertujuan untuk menjawab kebutuhan ruang belajar seiring dengan keterbatasan kapasitas penerimaan siswa baru. Ia mengaku ingin menciptakan lingkungan sekolah yang lebih layak sejak pertama kali ditempatkan di SMPN 20.
"Setiap tahun kami hanya bisa menampung sedikit siswa. Maka, revitalisasi ini menjadi langkah penting agar kualitas pendidikan tetap terjaga," katanya.
Soal Komunikasi dengan Warga: “Ini Bukan Konflik, Tapi Salah Paham”
Menanggapi keluhan warga yang merasa tak pernah dilibatkan, Frida tidak menampik bahwa komunikasi ke seluruh warga memang belum optimal. Namun, ia menegaskan sudah ada koordinasi melalui jalur resmi.
“Sebelum penolakan muncul, ada warga yang sempat menghubungi saya via WhatsApp untuk pertemuan. Tapi saat itu saya sedang fokus pada ujian kelas IX, jadi belum sempat menanggapi,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya dialog langsung untuk menghindari kesalahpahaman dan berharap ke depan seluruh pihak bisa duduk bersama mencari solusi.
Warga Minta Transparansi: Khawatirkan Dampak Lingkungan
Di sisi lain, warga Komplek Permata Pamulang mengaku tidak pernah diajak diskusi secara resmi. Mereka menyoroti kurangnya transparansi soal detail pembangunan, mulai dari jumlah lantai bangunan, sirkulasi lingkungan, hingga dampaknya terhadap kenyamanan warga.
Ketua RT 02/RW 04, Muhammad Desra Yusuf, menyebut pihak sekolah belum pernah menyampaikan informasi teknis kepada masyarakat.
"Kami tidak serta-merta menolak, tapi karena bangunan berada di tengah permukiman padat, warga harus dilibatkan. Apalagi jika akan ada penambahan lantai atau kapasitas siswa," kata Desra saat ditemui di lokasi.
Ia juga menyampaikan bahwa pihak warga telah beberapa kali menyampaikan aspirasi, termasuk melalui jalur resmi seperti Ketua RW, Lurah, hingga Babinsa. Namun, belum ada penjelasan rinci mengenai dampak sosial pembangunan tersebut.
Proyek Dihentikan Sementara, Dialog Diharapkan Jadi Solusi
Proyek revitalisasi SMPN 20 Tangsel kini dihentikan sementara sambil menunggu penyelesaian masalah komunikasi antara pihak sekolah dan warga. Semua pihak berharap, persoalan ini bisa diselesaikan lewat dialog terbuka dan partisipatif.
Revitalisasi sekolah di kawasan permukiman padat memang perlu dilakukan dengan pendekatan yang transparan dan inklusif, agar tidak menimbulkan gesekan di tengah masyarakat.