Ratusan Wisudawan Harvard Walkout, Protes Penahanan 13 Mahasiswa Pro Palestina
Tanggal: 25 Mei 2024 10:20 wib.
Ratusan mahasiswa keluar dari upacara wisuda Universitas Harvard dalam momen yang mengejutkan. Momen ini terjadi setelah pihak kampus mengumumkan bahwa ada 13 mahasiswa yang tidak akan mendapat gelar karena berpartisipasi dalam unjuk rasa pro-Palestina. Aksi walkout para mahasiswa tersebut dilakukan sambil membawa bendera Palestina dan Keffiyeh sebagai bentuk protes terhadap keputusan kampus.
Keputusan untuk menahan gelar wisuda 13 mahasiswa tersebut dipicu oleh partisipasi mereka dalam demonstrasi untuk mendukung hak-hak Palestina. Sebagai respons, mereka menghilangkan diri secara terbuka dari prosesi wisuda, meninggalkan banyak tamu undangan terkejut dan terkesan atas aksi mereka. Peristiwa ini menjadi perhatian publik karena memperlihatkan ketegangan yang mendalam antara hak atas ekspresi dan mendukung hak asasi manusia.
Pihak universitas mengatakan bahwa keputusan untuk menahan gelar tersebut didasarkan pada kepatuhan mahasiswa terhadap kode etik universitas. Salah satu dari 13 mahasiswa yang terpengaruh, Husna Ibrahim, menyatakan bahwa protes tersebut merupakan langkah penting dalam menunjukkan solidaritas dengan Palestina dan menekankan kebijakan universitas yang dinilai tidak adil.
Aksi walkout ini mencerminkan perjuangan pendukung Palestina di masa-masa terkini. Konflik antara Palestina dan Israel menjadi perhatian utama di arena internasional, dan mahasiswa Harvard menjadi pelaku dari aksi yang menyoroti isu global ini.
Meskipun Universitas Harvard dikenal sebagai lembaga pendidikan yang berprestasi, kejadian ini menampilkan dinamika politik dan hak asasi manusia yang terus menuntut perhatian. Aksi para mahasiswa ini juga memunculkan perdebatan tentang batasan kebebasan berpendapat dan tindakannyab mewakili perubahan yang semakin nyata dalam gerakan mahasiswa di berbagai belahan dunia.
Tindakan para mahasiswa ini turut mendapat dukungan luas dari komunitas mahasiswa dan dosen di Harvard. Mereka menandatangani surat terbuka yang mengecam keputusan universitas dan menuntut agar kebebasan berekspresi dijaga dengan baik serta tidak ada diskriminasi terhadap aktivitas politik mahasiswa.
Peristiwa ini juga memperlihatkan dampak internasional yang berkembang luas dari isu Palestina. Solidaritas untuk Palestina semakin mendapat dukungan di berbagai negara, termasuk di Amerika Serikat. Fenomena ini menunjukkan bahwa gerakan solidaritas internasional semakin kuat, dan mahasiswa menjadi salah satu pihak yang turut andil aktif dalam menyuarakan dukungan untuk hak asasi manusia.