Sumber foto: iStock

Perubahan Iklim: Ancaman Global di Akhir Abad dan Solusi untuk Masa Depan

Tanggal: 19 Jan 2025 20:29 wib.
Lebih dari 15.000 ilmuwan dari 161 negara memperingatkan bahwa dunia sedang menuju bencana global besar pada akhir abad ini. Mereka menyebutkan percepatan perubahan iklim sebagai ancaman serius bagi kehidupan di Bumi. Peringatan ini didasarkan pada temuan yang dipublikasikan dalam makalah Jurnal BioScience, yang mengungkap kekhawatiran mendalam terkait dampak aktivitas manusia terhadap iklim.

Makalah tersebut menyatakan bahwa selama beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah terus-menerus menyuarakan risiko masa depan yang penuh dengan kondisi cuaca ekstrem. Penyebab utamanya adalah aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar, mengakibatkan pemanasan global yang signifikan.

Christopher Wolf, peneliti pascadoktoral dari Oregon State University (OSU) sekaligus salah satu penulis utama studi ini, menyoroti potensi bencana di masa depan, seperti kelangkaan pangan dan air bersih. Menurut Wolf, indikator-indikator perubahan iklim yang terlihat pada tahun-tahun terakhir mempertegas ancaman ini.

Tahun 2023 menjadi salah satu bukti nyata dari perubahan iklim yang mengkhawatirkan, dengan berbagai rekor cuaca ekstrem yang tercatat. Salah satu contoh paling mencolok adalah musim kebakaran hutan yang sangat aktif di Kanada. Para peneliti menyebut peristiwa ini sebagai titik kritis yang menandakan munculnya pola kebakaran baru di berbagai wilayah.

Profesor William Ripple, seorang ahli kehutanan dari OSU yang juga ikut menulis studi ini, menyebutkan bahwa pola-pola cuaca ekstrem pada 2023 memberikan kabar buruk. Upaya global untuk memperbaiki kondisi lingkungan sejauh ini masih sangat minim. Ripple mengungkapkan keprihatinannya atas kurangnya kemajuan dalam langkah-langkah mitigasi perubahan iklim.

Namun, tanggung jawab atas dampak besar ini tidak hanya terletak pada industri bahan bakar fosil. Subsidi yang diberikan pemerintah kepada sektor ini juga menjadi salah satu penyebab utama. Sebagai contoh, subsidi bahan bakar fosil di Amerika Serikat meningkat tajam dari tahun 2021 hingga 2022. Nilainya melonjak dua kali lipat, dari USD 531 miliar menjadi lebih dari USD 1 triliun.

Para peneliti menekankan bahwa mengatasi perubahan iklim membutuhkan langkah-langkah konkret, salah satunya adalah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, konsumsi berlebihan oleh kalangan kaya juga harus diminimalkan. Langkah ini dianggap penting untuk menekan dampak buruk perubahan iklim.

Meski situasinya mengkhawatirkan, masih ada harapan jika langkah-langkah yang disarankan ini diimplementasikan dengan baik. Perubahan pola konsumsi, transisi ke energi bersih, dan penghentian subsidi bahan bakar fosil bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan Bumi dari bencana besar di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved