Perbedaan ADHD dengan Bipolar: Gangguan Perilaku dan Mood yang Sering Salah Paham
Tanggal: 17 Jul 2025 12:49 wib.
Seputar dunia kesehatan mental, ada beberapa kondisi yang gejalanya sekilas terlihat mirip, padahal punya akar dan penanganan yang sangat berbeda. Dua di antaranya adalah Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Gangguan Bipolar. Keduanya bisa sama-sama membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mengatur perilaku atau emosi, sehingga tak jarang orang awam keliru membedakannya. Padahal, mengenali perbedaan esensial antara ADHD dan bipolar itu penting banget untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
ADHD: Fokus pada Perhatian dan Hiperaktivitas
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang biasanya muncul di masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga dewasa. Ciri utamanya itu tiga serangkai: kesulitan memusatkan perhatian (inattention), hiperaktivitas (hyperactivity), dan impulsivitas (impulsivity).
Orang dengan ADHD seringkali mengalami kesulitan untuk tetap fokus pada satu tugas, mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitar, sering lupa detail, dan sulit mengikuti instruksi yang panjang. Dalam aspek hiperaktivitas, kita sering melihat mereka gelisah, sulit diam, banyak bergerak, atau berbicara terlalu banyak. Sementara impulsivitas muncul dalam bentuk tindakan tanpa pikir panjang, misalnya memotong pembicaraan orang lain atau mengambil keputusan mendadak tanpa mempertimbangkan konsekuensi.
Perlu dicatat, gejala-gejala ini bersifat kronis dan persisten, artinya sudah ada sejak kecil dan terus-menerus terasa dalam berbagai lingkungan (misalnya di rumah, sekolah, atau kantor). Fluktuasi emosi pada ADHD, jika ada, biasanya berupa frustrasi atau mudah marah karena kesulitan mengelola tugas atau mengikuti aturan, bukan perubahan mood yang drastis seperti pada bipolar. Tantangan utama bagi pengidap ADHD adalah mengelola perhatian dan perilaku yang tidak teratur secara konsisten.
Gangguan Bipolar: Roller Coaster Perubahan Mood Ekstrem
Berbeda jauh dengan ADHD, Gangguan Bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem dan tidak biasa. Perubahan mood ini tidak hanya sekadar naik-turun emosi harian biasa, tapi melibatkan episode yang sangat intens, yaitu episode manik (atau hipomanik) dan episode depresi.
Pada episode manik, seseorang bisa merasa sangat euforia, berenergi luar biasa, percaya diri berlebihan, kurang tidur tapi tidak merasa lelah, berbicara sangat cepat, dan punya pikiran berpacu. Mereka mungkin terlibat dalam perilaku berisiko tinggi tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, seperti belanja berlebihan, membuat keputusan investasi gegabah, atau terlibat dalam aktivitas seksual yang tidak aman. Sementara itu, pada episode depresi, suasana hati akan merosot tajam. Mereka merasa sangat sedih, putus asa, kehilangan minat pada semua hal, kurang energi, sulit tidur atau tidur berlebihan, dan kadang muncul pikiran untuk bunuh diri.
Perubahan mood ini terjadi dalam periode waktu tertentu (mingguan hingga bulanan) dan bisa sangat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Fokus utama pada bipolar adalah fluktuasi mood yang episodik dan seringkali terjadi tanpa pemicu eksternal yang jelas.
Perbedaan Utama: Akar Masalah dan Pola Gejala
Meskipun keduanya bisa menunjukkan kesulitan dalam mengatur perilaku (misalnya impulsivitas) atau konsentrasi, akar masalahnya sangat berbeda. ADHD berkaitan dengan gangguan pada fungsi eksekutif otak, yaitu bagian yang mengatur perencanaan, perhatian, dan kontrol impuls. Gejala ADHD cenderung konstan dan merupakan bagian dari kepribadian atau cara kerja otak mereka sejak kecil.
Sementara itu, bipolar adalah gangguan mood yang ditandai oleh episode mood yang jelas dan berganti-ganti. Perubahan suasana hati ini bersifat episodik, artinya ada periode stabil di antaranya. Impulsivitas pada bipolar lebih sering muncul selama fase manik, di mana penilaian seseorang terganggu oleh mood yang tinggi, bukan sebagai ciri perilaku konstan seperti pada ADHD.
Kesulitan tidur pada ADHD biasanya karena hiperaktivitas pikiran atau kesulitan mematikan otak. Pada bipolar, sulit tidur bisa jadi tanda episode manik, sedangkan tidur berlebihan adalah tanda episode depresi. Keduanya membutuhkan penanganan yang sangat berbeda: ADHD seringkali diobati dengan stimulan (yang bisa berbahaya bagi penderita bipolar), sementara bipolar membutuhkan penstabil mood atau antipsikotik.
Pentingnya Diagnosis oleh Ahli
Karena kemiripan sekilas ini, kadang diagnosis awal bisa salah. Seseorang dengan bipolar di fase manik mungkin terlihat hiperaktif dan kurang fokus mirip ADHD. Atau, seseorang dengan ADHD yang frustrasi karena gejalanya bisa tampak depresi. Oleh karena itu, diagnosis yang akurat oleh profesional kesehatan mental (psikiater atau psikolog klinis) sangatlah penting. Mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh, melihat riwayat gejala sejak masa kanak-kanak, pola fluktuasi mood, dan dampak pada berbagai aspek kehidupan untuk membedakan kedua kondisi ini. Jangan pernah mendiagnosis diri sendiri atau orang lain berdasarkan informasi terbatas.