Peneliti Temukan Bukti Sejarah Manusia di Pulau Sumba
Tanggal: 15 Jul 2024 19:28 wib.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengungkapkan fakta menarik terkait asal usul manusia Indonesia. Menurut peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) BRIN, Retno Handini, Pulau Sumba sudah dihuni oleh manusia setidaknya sejak 2.800 tahun lalu. Hasil penelitian tersebut mengungkap sejumlah peninggalan prasejarah yang memberikan gambaran mengenai keberadaan manusia di pulau ini.
Salah satu temuan yang menarik adalah pertanggalan tertua di Situs Melolo. Retno Handini menyampaikan, "Situs Lambanapu dihuni sekitar 2.600 tahun lalu, sementara Situs Mborombaku relatif lebih muda dengan usia sekitar 1.300 tahun sebelum sekarang" seperti yang dikutip dari website BRIN pada Jumat (12/7/2024).
Eskavasi yang dilakukan di situs Melolo menghasilkan penemuan yang menggemparkan. Sebanyak 26 kerangka individu berusia ratusan ribu tahun beserta benda-benda kuno seperti kendi yang diukir berhasil ditemukan, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan prasejarah di Pulau Sumba.
Selain itu, eskavasi di situs Lambanapu pada tahun 2015 hingga 2016 mengungkap adanya kuburan leluhur suku Sumba berupa 52 makam leluhur dan 58 kuburan tanpa wadah makam. Benda-benda peninggalan seperti cincin, mutiara, dan kendi dari tanah liat yang dihias atau diukir turut ditemukan, memberikan petunjuk mengenai kehidupan dan kebudayaan suku Sumba kuno.
Dalam penelitiannya, BRIN juga menemukan artefak berupa keramik seladon fujian Dinasti Yuan pada abad ke-13 di sekitar situs Mborombaku. Temuan ini memberikan gambaran keberadaan masyarakat pertama di Pulau Sumba yang melalui dataran datar dekat Sungai Kadahang, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur.
Hingga saat ini, sejumlah tradisi budaya kuno masih bertahan di Pulau Sumba, seperti kubur batu (reti), sirih pinang, katoda, rumah adat, ritual tengi watu (tarik batu), ritual hamayang, dan ritual kematian. Tradisi budaya yang masih berkelanjutan ini dikuatkan oleh kepercayaan asli masyarakat Sumba (Marapu), yang sangat menghormati leluhur dan menjaga ajaran nenek moyang dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala Pusat Riset ALMBB BRIN, Marlon Ririmase, menekankan pentingnya prasejarah Austronesia dalam riset arkeologi. Menurutnya, adanya hubungan antara migrasi penutur Bahasa Austronesia dengan tradisi maritim dan teknologi bahari tradisional masyarakat Indonesia. Temuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai sejarah dan keberagaman budaya masyarakat tradisional Indonesia.
Terkait hal ini, Marlon mengungkapkan bahwa hal tersebut menjadi prospek menarik dalam riset arkeologi ke depan yang bisa ditindaklanjuti. Adanya ekspresi budaya material yang monumental, terutama dalam tradisi megalitik, juga menjadi penanda ikonik sejarah budaya masyarakat Sumba yang masih lestari hingga saat ini. Hal ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai perkembangan dan keberlanjutan kehidupan manusia di Pulau Sumba.
Dengan temuan-temuan ini, pembuktian akan keberadaan manusia di Pulau Sumba sejak ribuan tahun lalu semakin kuat. Hal ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang sejarah manusia di Indonesia, tetapi juga memperluas pandangan mengenai keberagaman budaya dan peradaban di pulau-pulau Nusantara.
Berdasarkan hasil penelitian BRIN tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pulau Sumba memiliki kekayaan sejarah dan kebudayaan yang sangat berharga dan membutuhkan upaya pelestarian yang lebih serius. Ekspansi penelitian dan pengembangan budaya serta sejarah di Sumba akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang asal usul manusia Indonesia dan keragaman budaya Nusantara secara keseluruhan. Pengetahuan ini dapat menjadi landasan untuk menghormati serta melestarikan warisan budaya yang ada, sehingga dapat diwariskan kepada generasi mendatang.