Pemaksaan Pemahaman dan Peminatan dalam Menentukan Pendidikan
Tanggal: 19 Apr 2017 17:39 wib.
Oleh: Drs. Asep Sujana, MM
Dalam kapasitas sebagai seorang Guru, kita menyadari bahwa kemampuan dan tingkat kecerdasan siswa berbeda satu dengan lainnya, namun ketika ketika guru tersebut menjalankan proses mengajarnya, kondisi seperti ini terkadang di lupakan oleh Guru, sehinggga menuntut hasil yang sama pada semua siswa . Dampaknya jika ada siswa yang tidak mampu menjawab atau mengerjkan soal yang di buat Guru tersebut, siswa terpaksa diberi sangsi, dan kadang pula memberi "cap" mereka bodoh.
Tindakan yang dianggap "memaksa" tersebut membentuk sikap guru mengelompokkan mereka pada kelompok yang memiliki kemampuan yang diharapkan guru dan kelompok lain yang masuk pada kelompok yang tidak sesuai harapan guru, hal itu bukan mustahil mebuat tindakàn guru menganak emaskan mereka.
Hal lain ketika kita memandang tingkat kecerdasan siswa, seumpama Si X memiliki kemampuan bagus dalam bidang Bahasa dan IPA, sementara Si Y, memilki kemampuan lebih dalam bidang Seni dan Olah Raga, tugas kita sebagai seorang Guru adalah membimbing mereka yang menyukai satu bidang untuk berprestasi pada bidang itu tidak "memaksa" untuk berprestasi pada bidang yang sebenarnya tidak mereka sukai.
Kondisi di Lapangan Proses beytñboÄ£ilajar mengajar di sekolah-sekolah di Republik ini, menggiring para guru untuk melakukan hal tersebut, bahkan dipersempit dengan cukup melihat salah satu sisi dimeñsi kemampuan yaitu tingkat kecerdasannya saja, lupa melatih siswa untuk bersikap positif dan mampu mengembangkan "mind set" sehingga dengan nalarnya bisa melakukan proses pemecahan masalah. Bentuk soal pilihan ganda dengan jawaban tertutup semakin mendorong membentuk sikap guru yang megarah pada satu dimensi kecerdasan ini.
Dampak psikologis jika siswa mendapat tekanan belajar pada aspek yang tidak disukai adalah kejenuhan dalam belajar dan kehilangan semangat belajar dan kemampuan anak pun semakin menurun, bukan yang tidak mungkin mereka mendekatkan diri pada hal yang tidak sesuai dengan kaidah pendidikan.
Salah satu upayanya adalah pengembangan program pendidikan dengan konsep Peminatan, yaitu siswa diberi kesempatan keluar dan pindah kelas selama 4 (empat) jam dalam seminggu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pada bidang yang benar-benar mereka sukai, beberapa kegiatan seperti bidang : budaya, bahasa, olah raga, seni, matematika, kimia, biologi, fisika, poilitik, antropologi, sejarah, ditawarkan pada siswa untuk mereka ikuti, hal ini diharapkan akan menyegarkan kembali pola pikir mereka yang sebelumnya sudah mendapatkant5 tekanan.Program ini sepintas tidak ada bedanya dengan ekstra 77, peminatan dan ekstra kurikuler sangat berbeda, karena peogram peminatan pesertanya terseleksi sedang ekstra krub5xrvrikuler lebih terbuka.
Penulis ;
Drs. Asep Sujana, MM
Dir. Pendidikan Al Masoem Bdg