Menyelami Rahasia Navigasi Malam Hewan Nokturnal dengan Bintang
Tanggal: 15 Agu 2025 13:25 wib.
Di malam yang tenang, ketika cahaya bulan hanya menguntai tipis di langit yang gelap, bintang-bintang berkelap-kelip seperti lampu-lampu kecil yang menghiasi kanvas semesta. Sejak zaman dahulu, manusia menatap titik-titik cahaya ini dengan penuh rasa keajaiban, berusaha menafsirkan kisah di balik rasi-rasi yang ada dan mempelajari cara membaca arah yang mereka tunjukkan. Para pelaut di masa lalu mengandalkan bintang sebagai kompas setia, membimbing mereka melintasi samudera yang luas dan misterius.Namun, bukan hanya manusia yang memanfaatkan cahaya bintang untuk menemukan jalan. Berbagai hewan, seperti burung migran, singa laut yang mengeksplorasi lautan, hingga kumbang kotoran dan ngengat, juga memiliki kemampuan luar biasa untuk menavigasi dengan mengikuti petunjuk kosmik ketika matahari tidak lagi menjadi acuan.Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan bahwa sebagian hewan dapat menggunakan bintang untuk mempertahankan jalur mereka, meskipun banyak pertanyaan tetap belum terjawab. Bagaimana mata mereka mampu melihat langit berbintang? Apa yang terjadi di dalam otak mereka saat menafsirkan "peta" di langit? Dan adaptasi unik apa yang memungkinkan kemampuan ini? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini masih tersimpan di balik kilauan bintang.Sebuah ulasan menarik yang ditulis oleh Dr. James Foster dari Universitas Lund, Swedia, memaparkan cara hewan menavigasi menggunakan bintang-bintang. Peneliti melakukan eksperimen untuk memahami bagaimana berbagai spesies hewan berupaya menyesuaikan diri dengan tantangan navigasi di malam hari, di saat bintang-bintang bercahaya.Meskipun pemandangan malam yang dipenuhi bintang bisa dijadikan petunjuk orientasi yang handal, tetap ada kesulitan dalam menginterpretasikannya. Kelangkaan cahaya malam memerlukan adaptasi visual untuk memperkuat sinyal yang diterima. Selain itu, pergerakan bintang yang teratur tidak selalu sejalan dengan ritme harian matahari, sehingga hewan harus menyinkronkan jam internal mereka dengan pola yang berubah.Bagi makhluk nokturnal, sinar cahaya dari langit bukan sekadar indah, tetapi juga merupakan sinyal visual yang mengandung informasi penting tentang arah. Misalnya, kumbang kotoran tidak perlu menghafal setiap bintang, melainkan mengandalkan mata majemuknya untuk menangkap pola besar, seperti Bima Sakti, yang kontras dengan gelap malam. Pola ini membimbing mereka membawa gulungan kotoran dengan lurus menjauh dari kerumunan.Di sisi lain, anjing laut dapat dengan cekatan membedakan titik-titik cahaya tunggal di tengah hamparan bintang, seperti merasakan rambu-rambu di lautan yang tak terhingga. Ngengat dan katak juga menggunakan langit berbintang sebagai panduan dalam perjalanan mereka, meskipun tata cara ini mungkin tidak terlihat jelas bagi kita.Masyarakat ilmiah berharap penelitian mendatang akan mengungkap lebih banyak tentang bagaimana hewan nokturnal lainnya menafsirkan langit malam dan bintang-bintang, dengan metode yang lebih terintegrasi, termasuk eksperimen lapangan dan simulasi yang terkendali. Penelitian ini diharapkan dapat memberi inspirasi pada studi baru mengenai strategi orientasi yang diterapkan hewan di malam hari.Kedepannya, studi tentang orientasi menggunakan bintang dapat menggabungkan teknik-teknik lama dengan kemajuan terbaru dalam teknologi pemantauan, serta melakukan diskusi tentang bentuk sistem kompas bintang mana yang paling efektif untuk berbagai perilaku hewan yang berorientasi. Penelitian yang lebih mendalam diharapkan dapat memperkaya pengetahuan kita mengenai bagaimana makhluk-makhluk ini melakukan perjalanan dalam kegelapan malam yang penuh misteri.