Mengungkap Lautan Tersembunyi di Bawah Permukaan Mars: Jejak Kehidupan Masa Lalu yang Masih Tersimpan?
Tanggal: 17 Mei 2025 12:56 wib.
Penemuan luar biasa kembali mengguncang dunia sains. Para peneliti berhasil menemukan adanya lapisan air cair di bawah permukaan Mars, menunjukkan bahwa planet merah yang selama ini dianggap kering dan tandus mungkin masih menyimpan sisa-sisa lautan purba. Temuan ini membuka harapan baru bagi pencarian kehidupan dan sejarah geologi planet tetangga Bumi ini.
Penelitian tersebut dipublikasikan dalam National Science Review, dan didasarkan pada analisis data gelombang seismik yang dikumpulkan oleh wahana antariksa InSight milik NASA. Wahana ini sebelumnya mendarat di Mars untuk memantau aktivitas seismik dan struktur dalam planet tersebut.
Dari data yang dianalisis, para ilmuwan menemukan bahwa gelombang seismik yang terjadi akibat tumbukan asteroid dan gempa lokal Mars antara tahun 2021 hingga 2022 menunjukkan perlambatan saat melewati lapisan tertentu di bawah permukaan Mars. Perlambatan ini diidentifikasi sebagai indikasi adanya air, karena gelombang seismik cenderung melambat ketika melewati material cair dibandingkan dengan material padat.
Menurut para peneliti, lapisan cair tersebut berada di kedalaman antara 5,4 hingga 8 kilometer di bawah permukaan Mars. Ini bukan sekadar genangan air biasa, melainkan volume yang cukup besar untuk membanjiri seluruh permukaan Mars hingga kedalaman antara 520 hingga 780 meter. Besarnya volume air ini diklaim setara dengan cadangan air yang ada di lapisan es di Antartika.
“Penemuan ini sangat penting karena memperkuat dugaan bahwa Mars memiliki sejarah geologi yang jauh lebih kompleks daripada yang kita duga sebelumnya,” kata Hrvoje Tkali, profesor geofisika dari Universitas Nasional Australia, yang juga turut terlibat dalam penelitian ini.
Keberadaan air dalam jumlah besar di bawah permukaan Mars memang bukan hal yang sepenuhnya mengejutkan. Berdasarkan data sebelumnya, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa Mars pernah memiliki air dalam jumlah besar sekitar 4,1 hingga 3 miliar tahun yang lalu. Pada masa itu, Mars diyakini memiliki iklim yang lebih hangat dan atmosfer yang lebih tebal, memungkinkan air untuk mengalir di permukaan.
Namun seiring waktu, Mars mengalami transformasi drastis. Planet ini kehilangan medan magnetnya, yang berperan penting dalam melindungi atmosfer dari serangan radiasi matahari. Tanpa medan magnet, radiasi mengikis atmosfer Mars secara perlahan, membuatnya semakin tipis dan mengurangi kemampuan planet ini untuk mempertahankan panas. Akibatnya, suhu permukaan menurun drastis dan air yang sebelumnya melimpah pun menghilang.
Sebagian besar air diyakini menguap ke luar angkasa. Namun sebagian lagi membeku menjadi es dan tersembunyi di bawah permukaan Mars, termasuk di kutub planet dan dalam mineral-mineral terhidrasi di keraknya. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa ternyata masih ada air dalam bentuk cair yang tersimpan jauh di bawah permukaan, terlindung dari dinginnya suhu Mars yang ekstrem.
Meskipun begitu, para ilmuwan masih menyimpan sejumlah pertanyaan besar. Salah satunya adalah bagaimana air dalam bentuk cair bisa bertahan dalam kondisi tekanan rendah dan suhu dingin yang ekstrem seperti di Mars. Apakah ada faktor geotermal atau mineral tertentu yang membantu menjaga air tetap cair? Ini menjadi topik yang akan diteliti lebih lanjut di masa depan.
Penemuan ini juga membawa harapan baru dalam pencarian kehidupan di Mars. Sebab, air adalah salah satu komponen utama yang dibutuhkan untuk kehidupan sebagaimana kita kenal di Bumi. Jika ada air cair yang tersimpan di bawah permukaan, maka kemungkinan adanya kehidupan mikroba purba yang masih bertahan pun tidak bisa diabaikan.
Temuan ini tidak hanya penting untuk ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki implikasi besar untuk masa depan eksplorasi Mars. Dengan adanya air di bawah tanah, peluang untuk menyediakan sumber daya lokal bagi misi manusia ke Mars menjadi lebih realistis. Air dapat digunakan untuk kebutuhan minum, pertanian, hingga diubah menjadi oksigen dan bahan bakar.
Saat ini, para peneliti berharap misi-misi eksplorasi masa depan, baik yang dikirimkan oleh NASA, ESA, maupun badan antariksa negara lain, dapat memprioritaskan wilayah-wilayah yang diyakini memiliki cadangan air bawah tanah. Eksplorasi yang lebih mendalam dapat memberikan gambaran lebih lengkap mengenai sejarah geologi Mars dan kemungkinan layaknya planet ini untuk mendukung kehidupan, baik di masa lalu maupun di masa depan.
Meski masih banyak misteri yang harus dipecahkan, satu hal kini menjadi jelas: Mars bukanlah planet mati yang sepenuhnya kering. Di balik permukaannya yang berdebu dan beku, ternyata masih tersimpan potensi luar biasa yang menunggu untuk ditemukan. Siapa tahu, jawabannya tentang apakah kita sendirian di alam semesta bisa saja dimulai dari planet tetangga yang satu ini.