Mengenalkan Menulis Sedari Dini Pada Anak, Mengapa Tidak?
Tanggal: 2 Apr 2018 21:28 wib.
Menulis sedari anak usia dini? Mengapa tidak? Aku pernah mendengarkan kisah mengenai seorang guru yang mengenalkan interaksi dengan kegiatan menulis sejak di awal anak usia sekolah dasar. Di masa lalu, menulis itu kesannya suatu aktifitas serius yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Bahkan, dahulu masih jarang dijumpai buku yang ditulis oleh anak-anak. Namun kini...tak sulit menemukan buku yang ditulis oleh anak. Jadi, menulis ternyata bukanlah aktifitas yang berbatas usia. Semua orang ternyata bisa melakukannya kok.
Kita simak yuk, bagaimana mengenalkan interaksi dengan kegiatan menulis ini untuk anak usia dini!
Adakan kegiatan membaca yang rutin. Hal ini bisa dilakukan bukan hanya di sekolah lho, tapi justru yang terpenting adalah kegiatan membaca di rumah. Apa hubungannya ingin mengenalkan kegiatan menulis, tapi malah diminta untuk berkegiatan baca? Menulis adalah salah satu kegiatan output atau pengutaraan setelah anak mendapatkan proses input lalu mengolahnya. Nah, membaca ini adalah salah satu proses input tersebut. Sebagai analogi, apa yang bisa dikeluarkan oleh mesin pembuat makanan, jika tidak ada bahan baku yang dimasukkan. Baca inilah adalah bahan baku yang akan diolah oleh anak untuk menghasilkan output (baca: tulisan).
Adakan kegiatan mendongeng. Gunakan pilihan buku dengan ide cerita yang imajinatif. Siapa yang tak suka dongeng? Rasanya mulai dari anak usia bayi hingga orang tua sekalipun menyukai kegiatan ini. Nah, mendengarkan dongeng adalah salah satu proses input. Selanjutnya anak akan memproses input tersebut menjadi output (baca: tulisan). Dengan referensi berbagai dongeng yang didengar atau dibaca, anak akan memiliki cukup banyak ‘modal’ untuk diolah.
Salah satu kegiatan untuk menambah ‘input’ pada anak juga adalah menonton! Dengan visualisasi film yang ditontonnya, ini juga melatih visualisasi anak untuk membayangkan berbagai latar cerita dan waktu dalam karya tulisannya. Juga dapat melatih bagaimana memeparkan alur cerita dalam tulisannya.
Lakukan juga apresiasi terhadap berbagai proses input di atas. Diskusikan apa yang menarik dan kurang manarik bagi anak. Dan jika diminta untuk mengubah isi buku/dongeng/film, diskusikan bagian mana yang akan diubah.
Lakukan permainan melanjutkan cerita! Permainan ini sangat menyenangkan sekaligus mengundang antusiasme tersendiri. Bisa di awali dengan kalimat pembukan dari kita, lalu minta satu persatu anak untuk melanjutkan kalimat pembuka tersebut. Permainan ini bisa dilakukan secara verbal saja atau langsung secara tertulis. Jika secara verbal, cerita bisa bersumber dari 1 kalimat pembuka. Nah, untuk permainan yang dilakukan secara tertulis, sumber kalimat pembuka adalah dari setiap anak yang mengikuti permainan ini. Misal: anak duduk melingkar 10 orang, kemudian masing-masing anak menuliskan kalimat pembuka untuk dilanjutkan oleh teman sekelompoknya menjadi cerita. Kertas akan berputar di kelompok masing-masing, hingga nanti akhirnya kertas kembali pada pemiliknya dan....voila! biasanya akan tidak menyangka akan menjadi cerita yang unik dan tidak terprediksi.
Nah, tertarik mencoba kegiatan di atas bersama anak, sepupu, keponakan, atau anak-anak lainnya untuk mengenalkan kegiatan pada mereka?