Mengenal PM2.5: Partikel Halus yang Merusak Paru-Paru
Tanggal: 26 Jul 2025 09:22 wib.
Udara yang kita hirup seringkali terlihat jernih dan bersih. Namun, di baliknya, ada musuh tak kasat mata yang terus mengintai: PM2.5. Partikel ini adalah polutan udara super kecil yang bisa dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan kita, bahkan sampai ke aliran darah. Keberadaan PM2.5 yang tinggi di udara bukan lagi isu sepele, melainkan ancaman serius bagi kesehatan paru-paru dan tubuh secara keseluruhan, terutama di kota-kota besar yang padat aktivitas.
Apa Itu PM2.5? Ukuran dan Asalnya
PM2.5 adalah singkatan dari Particulate Matter 2.5. Angka "2.5" merujuk pada diameternya, yaitu 2.5 mikrometer atau kurang. Bayangkan saja, sehelai rambut manusia itu punya diameter sekitar 50-70 mikrometer. Artinya, satu partikel PM2.5 itu puluhan kali lebih kecil dari rambut kita. Saking kecilnya, partikel ini tidak bisa terlihat dengan mata telanjang.
Sumber PM2.5 sangat beragam. Umumnya, partikel ini berasal dari:
Emisi Kendaraan Bermotor: Asap knalpot mobil, motor, dan kendaraan diesel adalah kontributor utama.
Pembakaran Industri: Asap dari pabrik, pembangkit listrik, dan industri lainnya.
Pembakaran Biomassa: Kebakaran hutan, pembakaran sampah, dan penggunaan kayu bakar.
Debu: Debu jalanan atau debu konstruksi.
Aktivitas Rumah Tangga: Memasak dengan bahan bakar padat atau merokok di dalam ruangan.
Reaksi Kimia di Atmosfer: Beberapa gas polutan bisa bereaksi di udara membentuk partikel PM2.5.
Campuran berbagai sumber ini membuat PM2.5 menjadi masalah yang kompleks, seringkali membumbung tinggi di atmosfer dan bisa terbawa angin ke area yang jauh dari sumbernya.
Bagaimana PM2.5 Merusak Paru-Paru dan Organ Lain
Ukuran PM2.5 yang sangat kecil membuatnya jadi berbahaya. Berbeda dengan partikel debu besar yang bisa disaring oleh bulu hidung atau saluran pernapasan bagian atas, PM2.5 ini bisa melenggang bebas. Ketika terhirup, partikel ini langsung masuk jauh ke dalam paru-paru, mencapai alveoli (kantong udara kecil tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi).
Di sana, PM2.5 bisa:
Menyebabkan Peradangan: Partikel ini adalah benda asing yang memicu respons peradangan di paru-paru, merusak jaringan.
Memicu Penyakit Pernapasan: Paparan jangka panjang bisa menyebabkan atau memperparah berbagai penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis kronis, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), hingga kanker paru-paru.
Masuk ke Aliran Darah: Karena ukurannya yang ekstrem kecil, PM2.5 bahkan bisa menembus dinding alveoli dan masuk ke dalam pembuluh darah, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
Setelah masuk ke aliran darah, PM2.5 bisa merusak organ lain. Penelitian menunjukkan korelasi antara paparan PM2.5 dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan bahkan masalah neurologis. Partikel ini bisa menyebabkan peradangan sistemik, stres oksidatif, dan disfungsi pembuluh darah, mengganggu kerja organ vital. Ibu hamil yang terpapar PM2.5 juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau masalah kesehatan lain.
Mengukur dan Melindungi Diri dari Ancaman PM2.5
Kesadaran akan bahaya PM2.5 ini semakin meningkat. Banyak kota kini mulai memasang alat pemantau kualitas udara yang bisa diakses publik. Angka PM2.5 biasanya ditampilkan dalam satuan mikrogram per meter kubik (µg/m³). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas aman PM2.5 rata-rata tahunan tidak lebih dari 5 µg/m³ dan rata-rata 24 jam tidak lebih dari 15 µg/m³. Sayangnya, banyak kota besar di dunia, termasuk di Indonesia, seringkali melampaui batas ini.
Untuk melindungi diri dari PM2.5, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Pantau Kualitas Udara: Selalu cek indeks kualitas udara di daerah tempat tinggal sebelum beraktivitas di luar ruangan.
Gunakan Masker yang Tepat: Saat kualitas udara buruk, gunakan masker N95 atau KN95 yang mampu menyaring partikel halus seperti PM2.5. Masker kain biasa tidak efektif.
Kurangi Aktivitas di Luar Ruangan: Jika kualitas udara sangat buruk, batasi waktu di luar ruangan, terutama bagi anak-anak, lansia, atau orang dengan riwayat penyakit pernapasan.
Jaga Kebersihan Udara Dalam Ruangan: Tutup jendela dan pintu, gunakan air purifier dengan filter HEPA, dan hindari aktivitas yang menghasilkan polusi di dalam rumah (misalnya merokok).
Dukung Kebijakan Udara Bersih: Berpartisipasi dalam upaya atau mendukung kebijakan yang mendorong pengurangan emisi dari kendaraan dan industri.