Sumber foto: iStock

Mengapa Sistem Klasifikasi Film di Indonesia Masih Rentan? Temukan Fakta Mengejutkannya di Sini!

Tanggal: 26 Jan 2025 11:11 wib.
Tampang.com | 

Dalam dunia perfilman, batasan usia penonton adalah elemen krusial untuk memastikan pengalaman menonton yang aman dan mendidik, terutama bagi anak-anak dan remaja. Di Indonesia, klasifikasi usia dalam perfilman diatur oleh Pasal 17 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019. Kategori ini mencakup Semua Umur (SU), 13+, 17+, dan 21+. Namun, apakah sistem ini sudah cukup efektif?

Menurut Handrini Ardiyanti, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, ada celah besar dalam sistem klasifikasi usia di Indonesia. Dalam tulisannya di The Conversation berjudul "Rentang usia dalam sistem klasifikasi penonton di Indonesia terlalu luas. Apa akibatnya?", ia menjelaskan bahwa kategori yang ada terlalu luas dan kurang spesifik untuk mengakomodasi kebutuhan psikologis anak-anak dan remaja.

Kesenjangan dalam Kategori Umur

Kategori Semua Umur (SU) biasanya mencakup film yang ramah bagi keluarga, termasuk anak-anak prasekolah. Namun, Handrini mengungkapkan bahwa sering kali, film dalam kategori ini memiliki tema yang terlalu kompleks untuk dipahami oleh anak kecil. Sementara itu, film dengan kategori 13+ sering dianggap terlalu kekanak-kanakan oleh remaja berusia di atasnya. Hal ini menciptakan celah untuk kelompok usia 14-16 tahun yang sedang dalam masa perkembangan moral dan identitas.

Menurutnya, celah ini dapat berdampak serius, seperti paparan konten yang tidak sesuai, serta kurangnya panduan bagi orang tua untuk memastikan anak-anak mereka menonton film yang sesuai usia. "Rentang usia yang terlalu luas ini sering kali tidak mengakomodasi kebutuhan psikologis remaja," jelas Handrini.

Risiko dari Klasifikasi yang Kurang Detail

Handrini juga menyoroti potensi bahaya dari kategori "Semua Umur." Ketika batasan usia hanya dibuat terlalu luas, beberapa risiko dapat muncul:


Orang tua kehilangan pedoman untuk memilih film khusus anak.
Pasar perfilman terfragmentasi karena film tidak mampu memenuhi kebutuhan kelompok usia tertentu.
Anak-anak berisiko menormalkan perilaku atau konsep yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan mereka.


Sistem Klasifikasi di Amerika Serikat dan Thailand

Sebagai pembanding, Handrini menjelaskan bagaimana negara seperti Amerika Serikat dan Thailand memiliki sistem klasifikasi yang lebih rinci. Di AS, sistem yang diatur oleh Motion Picture Association of America (MPAA) membagi kategori sebagai berikut:


G (General Audience): Aman untuk semua usia, tidak ada konten yang mengganggu anak-anak.
PG (Parental Guidance): Orang tua disarankan untuk mendampingi anak-anak karena ada beberapa konten yang mungkin kurang cocok.
PG-13: Direkomendasikan untuk usia 13 tahun ke atas, mengandung kekerasan ringan atau tema yang lebih kompleks.
R (Restricted): Hanya untuk penonton 17 tahun ke atas, dengan pendampingan untuk yang lebih muda.
NC-17: Sangat ketat, hanya untuk penonton dewasa dengan konten yang ekstrem.


Sementara di Thailand, sistem klasifikasi lebih terperinci dengan kategori seperti G, PG, 15+, 18+, dan 20+. Sistem ini memberikan panduan lebih spesifik untuk menghindari paparan konten yang tidak sesuai dengan usia.

Perlunya Perubahan Sistem di Indonesia

Melihat perbandingan dengan negara lain, jelas bahwa Indonesia perlu mempertimbangkan revisi sistem klasifikasinya agar lebih sesuai dengan kebutuhan psikologis penonton, terutama anak-anak dan remaja. Dengan memberikan kategori yang lebih spesifik, orang tua dapat lebih mudah memilih film yang tepat untuk keluarga mereka. Selain itu, revisi ini juga penting untuk melindungi perkembangan moral dan kejiwaan anak-anak, yang menjadi generasi penerus bangsa.

Handrini menekankan bahwa industri perfilman juga perlu mendukung kebijakan ini dengan menyediakan konten yang sesuai dan mendidik untuk setiap kategori usia. Dengan begitu, risiko terhadap perlindungan psikologis penonton dapat diminimalkan, dan masyarakat dapat menikmati film tanpa rasa khawatir.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved