Sumber foto: Canva

Mengapa Negara-Negara Kepulauan Rawan Kehilangan Daratan?

Tanggal: 29 Agu 2025 09:03 wib.
Negara-negara kepulauan seringkali diidentikkan dengan keindahan alam: pantai berpasir putih, air laut biru jernih, dan ekosistem laut yang kaya. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan ancaman nyata yang mengintai, yaitu kehilangan daratan. Realitas pahit yang sedang dialami banyak negara kepulauan di seluruh dunia, dari Maladewa di Samudra Hindia hingga Kiribati di Pasifik. Kerentanan ini tidak lepas dari berbagai faktor alam dan antropogenik yang saling berkaitan, membuat daratan mereka perlahan terkikis, bahkan tenggelam.

Kenaikan Permukaan Air Laut dan Dampaknya yang Merusak

Faktor utama yang menjadi penyebab kerentanan negara-negara kepulauan adalah kenaikan permukaan air laut atau sea level rise. Kenaikan ini dipicu oleh pemanasan global, yang menyebabkan mencairnya es di kutub dan ekspansi termal air laut (air laut memuai saat suhunya naik). Meskipun kenaikan ini terkesan kecil dalam hitungan milimeter per tahun, dampaknya sangat besar bagi pulau-pulau kecil.

Pulau-pulau ini, terutama yang terbentuk dari terumbu karang atau pasir (atoll), memiliki elevasi yang sangat rendah, seringkali hanya beberapa meter di atas permukaan laut. Kenaikan permukaan air laut secara bertahap menenggelamkan garis pantai mereka, menyebabkan abrasi yang masif. Tanah yang subur untuk pertanian menjadi asin dan tidak layak tanam karena intrusi air laut, merusak ketahanan pangan. Infrastruktur vital, seperti jalan, rumah, dan fasilitas umum yang dibangun di dekat pantai, juga rentan terendam atau hancur. Dalam skenario terburuk, pulau-pulau ini bisa benar-benar lenyap dari peta.

Erosi Pesisir dan Peran Ekosistem Pelindung yang Hilang

Selain kenaikan air laut, erosi pesisir juga menjadi masalah serius yang mengancam daratan negara kepulauan. Erosi adalah proses pengikisan tanah oleh kekuatan alam, dalam hal ini gelombang laut yang semakin kuat dan sering. Perubahan pola cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, seperti badai dan gelombang tinggi, mempercepat laju erosi.

Kerentanan terhadap erosi diperparah oleh hilangnya ekosistem pesisir alami yang berfungsi sebagai pelindung. Terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun adalah benteng pertahanan alami terhadap gelombang dan badai. Terumbu karang berfungsi sebagai pemecah gelombang, hutan bakau mengikat sedimen dan melindungi garis pantai, sementara padang lamun menstabilkan dasar laut. Sayangnya, ekosistem ini kini menghadapi tekanan besar. Peningkatan suhu air laut menyebabkan pemutihan karang yang meluas, polusi merusak padang lamun, dan penebangan hutan bakau untuk lahan pertanian atau perumahan menghilangkan pelindung alam yang krusial ini. Tanpa pelindung ini, daratan menjadi terbuka dan rentan terhadap kekuatan laut.

Keterbatasan Geografis dan Ketergantungan Hidrologis

Secara geografis, negara-negara kepulauan memiliki keterbatasan lahan yang ekstrem. Populasi dan infrastruktur terkonsentrasi di area pesisir yang rendah karena akses ke laut yang vital untuk kehidupan, ekonomi, dan transportasi. Keterbatasan ruang ini membuat mereka tidak bisa begitu saja "pindah" ke daratan yang lebih tinggi saat ancaman tiba. Proses adaptasi seperti membangun tanggul laut atau mereklamasi lahan sangat mahal dan tidak selalu efektif.

Selain itu, negara-negara ini juga sangat bergantung pada pasokan air tawar yang terbatas. Banyak pulau kecil mendapatkan air tawar dari cadangan air tanah di bawah permukaan. Namun, dengan kenaikan air laut, air asin dari laut bisa merembes ke dalam cadangan air tawar ini, sebuah proses yang dikenal sebagai intrusi air asin. Fenomena ini mencemari sumur-sumur penduduk dan sumber air minum, menciptakan krisis air bersih yang serius.

Kondisi Sosial dan Ekonomi yang Memperburuk Keadaan

Kerentanan geografis dan lingkungan ini diperparah oleh kondisi sosial dan ekonomi. Banyak negara kepulauan adalah negara berkembang dengan sumber daya terbatas. Mereka tidak memiliki dana atau teknologi yang memadai untuk membangun infrastruktur pertahanan pesisir berskala besar atau membiayai relokasi populasi. Ketergantungan ekonomi pada sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, seperti pariwisata dan perikanan, juga membuat mereka sangat rapuh. Hancurnya terumbu karang atau tercemarnya pantai berarti hancurnya industri pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi mereka.

Negara-negara kepulauan sering kali menjadi korban dari emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh negara-negara industri besar, padahal kontribusi mereka sendiri terhadap emisi sangat kecil. Situasi ini menciptakan ketidakadilan iklim yang mendalam. Mereka harus menanggung konsekuensi dari krisis yang bukan mereka ciptakan.

Proyeksi Masa Depan dan Upaya Mitigasi

Meskipun ancaman kehilangan daratan sangat besar, banyak negara kepulauan yang tidak menyerah. Mereka aktif mengkampanyekan isu ini di forum internasional, menuntut keadilan iklim dan bantuan finansial. Beberapa dari mereka sudah mulai mengambil langkah-langkah mitigasi dan adaptasi, seperti merestorasi hutan bakau, membangun tanggul, dan mengembangkan strategi relokasi yang terencana. Namun, upaya ini butuh dukungan global yang masif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved