Mengapa Gunung Api Bawah Laut Lebih Berbahaya?
Tanggal: 23 Jul 2025 08:39 wib.
Saat membayangkan bahaya gunung api, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada letusan di daratan dengan lava pijar yang mengalir, awan panas, dan abu vulkanik pekat. Namun, di bawah permukaan laut yang luas dan misterius, tersembunyi ribuan gunung api yang tak kalah aktif, bahkan seringkali lebih berbahaya dari saudara-saudaranya di daratan. Ancaman yang dibawa oleh letusan gunung api bawah laut tidak selalu terlihat langsung, tapi dampaknya bisa jauh lebih merusak dan meluas.
Kekuatan Tersembunyi dan Tekanan Air yang Memicu Ledakan
Salah satu alasan utama mengapa gunung api bawah laut menyimpan bahaya lebih besar adalah tekanan air yang luar biasa besar di kedalaman laut. Saat gunung api darat meletus, gas dan material vulkanik langsung keluar ke atmosfer. Di bawah laut, tekanan air yang kolosal menahan letusan tersebut. Tekanan ini ibarat sumbat raksasa. Ketika tekanan dari magma dan gas di dalam gunung api sudah terlalu besar untuk ditahan oleh tekanan air, letusan yang terjadi bisa sangat eksplosif.
Pelepasan energi secara tiba-tiba akibat perbedaan tekanan ini bisa jauh lebih dahsyat dibandingkan letusan di darat. Interaksi langsung antara magma panas (hingga ribuan derajat Celsius) dengan air laut yang dingin juga bisa memicu reaksi yang sangat eksplosif, menghasilkan uap super panas dan pecahan batuan yang terlempar dengan kecepatan tinggi. Ini bukan hanya letusan biasa, tapi ledakan yang seringkali lebih destruktif.
Ancaman Tsunami: Gelombang Mematikan yang Tak Terduga
Dampak paling ditakuti dari letusan gunung api bawah laut adalah tsunami. Letusan yang eksplosif bisa memicu pergeseran besar di dasar laut, entah itu akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api, pergerakan lempeng tektonik di sekitar lokasi letusan, atau perpindahan massa air secara tiba-tiba akibat ledakan. Pergeseran ini bisa mendorong volume air laut yang sangat besar, menciptakan gelombang raksasa yang bergerak cepat melintasi samudra.
Bahayanya, tsunami yang dipicu oleh gunung api bawah laut seringkali sulit dideteksi dengan cepat oleh sistem peringatan dini yang ada. Letusan di bawah air tidak selalu terlihat di permukaan, dan gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam tanpa disadari di tengah laut. Ketika gelombang ini mencapai pantai, ukurannya bisa membesar secara drastis, menyapu daratan dengan kekuatan penghancur yang luar biasa, tanpa memberikan banyak waktu bagi masyarakat untuk evakuasi. Contoh paling nyata di Indonesia adalah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 dan Anak Krakatau pada 2018 yang menyebabkan tsunami mematikan.
Pelepasan Gas Beracun dan Perubahan Kimia Laut
Letusan gunung api bawah laut juga melepaskan sejumlah besar gas beracun ke dalam air laut, seperti karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Konsentrasi gas-gas ini yang tinggi dapat mengubah kimia air laut di sekitarnya, menciptakan zona anoksik (rendah oksigen) yang mematikan bagi kehidupan laut. Ikan-ikan dan organisme laut lainnya bisa mati massal, mengganggu ekosistem dan rantai makanan.
Jika letusan terjadi di perairan dangkal, gas-gas ini bisa naik ke permukaan dan terlepas ke atmosfer, berpotensi membahayakan kehidupan di sekitar pesisir. Perubahan kimia air laut dalam skala besar juga bisa memiliki dampak jangka panjang pada ekosistem laut global, termasuk kesehatan terumbu karang yang sangat vital.
Sulitnya Pemantauan dan Penanganan Bencana
Ribuan gunung api bawah laut tersebar di dasar samudra yang luas, banyak di antaranya berada di kedalaman yang ekstrem. Hal ini membuat pemantauan aktivitasnya menjadi sangat sulit dan mahal. Berbeda dengan gunung api darat yang bisa dipasang stasiun pemantau di sekitarnya, mengamati gunung api bawah laut memerlukan teknologi canggih seperti ROV (Remotely Operated Vehicle) atau sensor seismik bawah laut. Akibatnya, banyak letusan terjadi tanpa terdeteksi atau diprediksi sebelumnya, sehingga mengurangi waktu reaksi untuk mitigasi bencana.
Selain itu, jika terjadi letusan dan dampaknya mulai terasa (misalnya tsunami mendekat), penanganan bencana di wilayah pesisir yang luas menjadi tantangan besar. Memindahkan populasi dalam waktu singkat memerlukan sistem peringatan yang sangat efektif dan kesadaran masyarakat yang tinggi.
Meskipun letusan gunung api bawah laut seringkali luput dari pandangan mata manusia, potensi bahaya yang mereka bawa tidak bisa diremehkan. Tekanan air yang memicu ledakan eksplosif, ancaman tsunami yang tak terduga, pelepasan gas beracun, serta sulitnya pemantauan, menjadikannya fenomena alam yang jauh lebih menakutkan dibandingkan apa yang terlihat di permukaan.