Menanggapi Catcalling: Berani, Bijak, dan Tetap Aman

Tanggal: 3 Jul 2025 12:17 wib.
Pernahkah kamu mengalami siulan, panggilan menggoda, atau komentar tidak pantas saat berjalan di tempat umum? Itu disebut catcalling—sebuah bentuk pelecehan verbal yang sayangnya masih sering dianggap sepele oleh sebagian masyarakat. Catcalling bukanlah pujian atau bentuk perhatian, melainkan bentuk pelecehan yang bisa membuat seseorang merasa tidak nyaman, terancam, atau bahkan trauma.

Bagi banyak perempuan (dan juga sebagian laki-laki), catcalling bisa terjadi di jalan, sekolah, kampus, tempat kerja, hingga transportasi umum. Lalu, bagaimana seharusnya kita menanggapi perilaku yang tidak pantas ini?


Memahami Catcalling Sebagai Pelecehan

Catcalling bisa berupa siulan, panggilan seperti “hai cantik”, komentar seksual, bahkan suara tertawa yang bernada melecehkan. Yang membuat catcalling berbahaya adalah bahwa ia sering dianggap “biasa saja”, padahal dampaknya sangat serius. Banyak korban merasa takut untuk berjalan sendiri, merasa objek seksual, atau bahkan menyalahkan diri sendiri.

Catcalling bukan soal "terlalu cantik" atau "berpakaian terbuka", tetapi soal kurangnya rasa hormat dan edukasi pelaku terhadap orang lain. Maka penting bagi kita untuk belajar menanggapi secara tepat—bukan hanya demi keberanian diri, tapi juga agar pelaku sadar bahwa perilakunya tidak bisa diterima.

Cara Menanggapi Catcalling

Berikut adalah beberapa cara menanggapi catcalling yang bisa disesuaikan dengan situasi dan tingkat keamanannya:

1. Tetap Tenang dan Jangan Merespons Secara Emosional

Ketika merasa dilecehkan, wajar jika muncul rasa marah atau ingin membalas. Namun, penting untuk tetap tenang. Merespons dengan emosi kadang hanya membuat pelaku semakin semangat atau bahkan membahayakan situasi.

Jika memungkinkan, tatap pelaku dengan wajah serius, bukan takut. Kadang, tatapan tegas bisa menjadi peringatan bahwa kamu tidak nyaman dan tidak takut.

2. Berani Menegur (Jika Situasi Aman)

Kamu bisa mengatakan secara tegas dan jelas seperti:

“Tolong jaga sikap Anda.”

“Itu tidak lucu, itu melecehkan.”

“Saya tidak nyaman dengan cara Anda berbicara.”

Gunakan nada suara yang tegas, bukan tinggi. Jangan tersenyum, karena senyum bisa disalahartikan sebagai ‘respon positif’ oleh pelaku. Tetapi ingat, lakukan ini hanya jika kamu yakin situasinya aman.

3. Abaikan dan Segera Menjauh

Jika kamu merasa tidak aman atau pelaku berpotensi bertindak agresif, pilihan terbaik adalah mengabaikan dan segera menjauh. Jangan menatap balik, jangan membalas, jangan berhenti. Keselamatan diri adalah prioritas utama.

4. Cari Dukungan di Sekitar

Jika kamu berada di tempat umum seperti stasiun, halte, atau jalan ramai, kamu bisa mendekat ke kelompok orang lain atau penjaga keamanan. Katakan saja:

“Orang itu tadi mengganggu saya, boleh saya ikut berdiri di sini sebentar?” Bahkan berada di dekat orang lain saja bisa membuat pelaku berhenti karena merasa diperhatikan.

5. Laporkan Jika Perlu

Jika catcalling terjadi secara berulang, bersifat kasar atau mengarah ke kekerasan, kamu berhak melaporkan. Beberapa kota di Indonesia sudah memiliki payung hukum terkait pelecehan seksual di ruang publik, seperti DKI Jakarta dengan Perda tentang Ketahanan Keluarga dan UU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual).

Simpan bukti jika memungkinkan, seperti rekaman suara atau video. Laporkan ke satpam, pengelola gedung, pihak sekolah, atau aparat berwenang.

6. Jangan Menyalahkan Diri Sendiri

Ingat: pelecehan bukan salah korban. Kamu tidak harus “lebih tertutup”, “lebih cepat berjalan”, atau “tidak usah keluar rumah”. Kamu berhak merasa aman di ruang publik.

Mental menyalahkan diri sendiri justru bisa merusak kepercayaan diri dan membuat korban merasa trauma berkepanjangan. Lawan narasi ini dengan cara berbicara, menulis, atau berdiskusi dengan orang yang kamu percaya.

7. Dukung Sesama Korban

Jika kamu menyaksikan orang lain mengalami catcalling, jangan diam saja. Kamu bisa mendekatinya dan bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja?” atau “Mau aku temani?” Kehadiranmu bisa sangat membantu secara emosional dan membuat pelaku merasa tidak bebas.

Catcalling bukan pujian, tapi bentuk pelecehan verbal yang harus dihentikan. Cara kita menanggapi bisa berdampak besar, baik pada diri sendiri maupun lingkungan. Berani menegur, tahu kapan harus menghindar, mencari dukungan, hingga ikut menyuarakan isu ini adalah bentuk perlawanan yang penting. Kita semua berhak merasa aman di ruang publik, tanpa harus merasa cemas dengan siulan, panggilan, atau komentar yang merendahkan. Dengan kesadaran dan keberanian bersama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan penuh hormat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved