Sumber foto: Pinterest

Membaca di Era Digital: Apakah Buku Fisik Masih Dibutuhkan?

Tanggal: 22 Mei 2025 10:04 wib.
Di zaman sekarang, rasanya hampir semua hal ada di genggaman tangan. Mau baca berita? Tinggal scroll di smartphone. Mau baca novel? Ada e-book atau aplikasi novel online. Bahkan, buku-buku pelajaran pun kini banyak yang sudah tersedia dalam bentuk digital. Kehadiran gawai dan internet memang mengubah banyak kebiasaan, termasuk cara kita membaca. Pergeseran ini memunculkan pertanyaan besar: di era serba digital ini, apakah buku fisik masih dibutuhkan?

Dulu, perpustakaan adalah "harta karun" bagi para kutu buku. Rak-rak penuh buku dengan aroma kertas yang khas, sensasi membolak-balik halaman, sampai coretan pensil di pinggirnya adalah pengalaman yang tak tergantikan. Kini, dengan literasi digital yang makin pesat, semua itu seolah tergantikan dengan layar gadget yang terang benderang. E-book atau platform baca online memang menawarkan banyak kemudahan: praktis dibawa ke mana-mana, ribuan judul bisa disimpan dalam satu perangkat, dan seringkali harganya lebih murah.

Namun, di balik kepraktisan itu, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan. Pertama, pengalaman membaca. Membaca buku fisik itu punya sensasi tersendiri. Sentuhan kertas, aroma buku baru atau buku lama, sensasi membalik halaman, hingga kepuasan melihat tumpukan halaman yang sudah dibaca. Ini semua adalah bagian dari pengalaman membaca yang tak bisa ditiru oleh layar digital. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa membaca dari buku fisik bisa meningkatkan fokus dan pemahaman karena minimnya distraksi dibanding layar gawai yang rentan notifikasi.

Kedua, soal kesehatan mata. Berlama-lama menatap layar gadget, apalagi dengan pencahayaan yang kurang pas, bisa bikin mata lelah dan kering. Radiasi layar juga jadi perhatian, terutama bagi anak-anak dan remaja yang mata mereka masih dalam masa pertumbuhan. Buku fisik, dalam hal ini, jelas lebih ramah mata dan nggak bikin pusing kalau dibaca dalam waktu lama.

Ketiga, tentang budaya membaca itu sendiri. Keberadaan buku fisik di rumah atau di perpustakaan bisa jadi "pengingat" visual untuk membaca. Anak-anak yang melihat orang tuanya sering membaca buku fisik cenderung akan meniru kebiasaan itu. Ada nilai historis dan emosional yang melekat pada buku fisik. Buku-buku lama yang diwariskan dari generasi ke generasi punya cerita dan kenangan tersendiri. Ini juga penting dalam membangun budaya membaca yang kuat, bukan cuma sekadar membaca informasi sekilas dari internet.

Tentu saja, kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi. Pendidikan modern membutuhkan literasi digital yang kuat. Anak-anak harus diajarkan bagaimana mencari informasi dari internet, memilah informasi yang benar, dan memanfaatkan teknologi untuk belajar. E-book dan sumber digital lainnya punya peran penting dalam menyediakan akses ke berbagai informasi yang mungkin sulit didapatkan dalam bentuk fisik.

Namun, bukan berarti kehadiran buku fisik harus diabaikan. Justru, keduanya bisa saling melengkapi. Buku fisik bisa jadi fondasi yang kuat untuk membangun kebiasaan dan kecintaan membaca yang mendalam, sementara sumber digital bisa jadi pelengkap untuk memperluas wawasan dan mendapatkan informasi terbaru.

Jadi, apakah buku fisik masih dibutuhkan di era digital ini? Jawabannya jelas: iya, sangat dibutuhkan. Buku fisik bukan cuma tumpukan kertas, tapi adalah jendela dunia yang menawarkan pengalaman membaca unik, lebih ramah mata, dan berperan penting dalam membangun budaya membaca yang kuat. Mari kita ajarkan anak-anak kita untuk mencintai buku fisik, sambil tetap memanfaatkan teknologi digital secara bijak. Keduanya bisa berjalan beriringan demi masa depan literasi yang lebih baik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved