Megatsunami 200 Meter di Greenland: Misteri yang Terungkap Setahun Kemudian
Tanggal: 5 Jan 2025 12:52 wib.
Tampang.com | Bencana megatsunami setinggi 200 meter yang melanda Greenland pada September 2023 memunculkan kebingungan di kalangan para ilmuwan. Peristiwa tersebut terjadi akibat tanah longsor yang mengakibatkan 25 juta meter kubik batu dan es jatuh dari lereng sepanjang 600-900 meter. Fenomena ini terungkap setahun kemudian melalui analisis citra satelit, di mana ditemukan empat longsor baru bersama dengan longsoran lainnya.
Kristian Svennevig dari Survei Geologi Denmark dan Greenland mengungkapkan ketidaktahuan yang meliputi banyak pihak terkait megatsunami ini. Dalam sebuah wawancara dengan IFL Science pada Sabtu, 4 Januari 2025, Svennevig menyatakan bahwa mereka awalnya menghadapi kebingungan dan minimnya pemahaman terhadap bencana megatsunami tersebut. Dia menjelaskan bahwa informasi terbatas yang berhasil mereka peroleh saat itu.
Para peneliti baru dapat mengetahui bahwa megatsunami tersebut terjadi karena adanya longsor. Namun, mereka akhirnya berhasil memecahkan teka-teki ini melalui upaya kolaboratif antarbidang ilmu dan internasional yang besar. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh tim Svennevig, disebutkan bahwa megatsunami tersebut terjadi selama seminggu setelah longsor dan memiliki arah tegak lurus dengan tsunami awal.
Megatsunami ini juga membuka kemungkinan adanya perubahan iklim sebagai penyebab longsor. Adanya perbedaan suhu ekstrem pada musim panas dan dingin telah diidentifikasi sebagai faktor pemicu longsor yang terjadi pada musim semi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lapisan es yang mencair, kurangnya penopang es, dan perubahan pola presipitasi.
Bencana megatsunami yang melanda Greenland dan menyebabkan kehancuran tersebut menimbulkan kekhawatiran besar terkait dampak perubahan iklim terhadap lingkungan. Kondisi ini memberikan gambaran yang jelas akan pentingnya identifikasi dini terhadap gejala perubahan lingkungan yang signifikan.
Kemajuan teknologi citra satelit dan kolaborasi antarbidang ilmu akan menjadi kunci terhadap pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena alam yang kompleks. Sehingga, kejadian serupa di masa depan dapat diprediksi dengan lebih akurat, dan langkah-langkah pencegahan yang efektif dapat segera dilakukan.
Semua pihak, baik itu ilmuwan, pemerintah, maupun masyarakat umum, harus bekerja sama untuk memahami dan menghadapi konsekuensi dari perubahan iklim serta bencana alam yang mungkin timbul sebagai akibatnya. Melalui upaya kolaboratif yang kuat, kita dapat merespons secara proaktif terhadap ancaman yang dapat mengancam keberlangsungan kehidupan di planet ini.
Dengan memperhatikan dampaknya, para ahli lingkungan dan peneliti pun harus terus mengembangkan pengetahuan mengenai perilaku alam dan tantangan yang dihadapi oleh bumi kita. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat global untuk mengambil tindakan preventif dan adaptif, guna mengurangi risiko dari dampak perubahan iklim dan bencana alam yang semakinnyata.