Sumber foto: Google

Lonjakan Pengangguran Sarjana Jadi Perhatian, Pakar UGM Usulkan Ekspor Tenaga Kerja

Tanggal: 23 Mei 2025 10:09 wib.
Tampang.com | Lesunya pertumbuhan ekonomi nasional tidak hanya berdampak pada sektor manufaktur dan jasa, tetapi juga membawa tantangan besar di dunia ketenagakerjaan. Ketersediaan lapangan kerja semakin menipis, membuat peluang bagi pencari kerja, terutama lulusan pendidikan menengah dan tinggi, makin terbatas. Akibatnya, angka pengangguran pun kembali merangkak naik.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hingga Februari 2025 jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 4,76 persen — meningkat sebanyak 83.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Lulusan Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi Paling Banyak Menganggur

Khususnya, lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi menjadi kelompok dengan jumlah pengangguran tertinggi. Hal ini menandakan masih lemahnya kemampuan pasar kerja dalam menyerap tenaga kerja muda berpendidikan. Pakar ketenagakerjaan dari Fisipol UGM, Prof. Tadjuddin Noer Effendi, menyoroti persoalan ini sebagai tanda bahwa sinergi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri masih belum berjalan optimal.


“Cita-cita Indonesia Emas 2045 bisa terancam jika kita terus kehilangan potensi tenaga kerja muda yang seharusnya menjadi motor penggerak pembangunan,” tegas Tadjuddin, Rabu (21/5).


Menurutnya, ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan perluasan lapangan kerja, disertai ketidaksesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri, memperburuk kondisi pengangguran. Pemerintah dinilai belum mampu menjembatani kesenjangan ini secara efektif.

Dampak Sosial dan Ekonomi yang Mengkhawatirkan

Tidak hanya mengancam stabilitas ekonomi, tingginya pengangguran juga berpotensi memicu masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan menurunnya daya saing bangsa. Tadjuddin pun menekankan perlunya kebijakan konkret untuk memperluas kesempatan kerja, salah satunya melalui pengembangan pelatihan vokasi dan UMKM.


“Revitalisasi pendidikan vokasi serta pelatihan berbasis digital sangat penting untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai dan adaptif terhadap perubahan teknologi,” ujarnya.


Usulan Ekspor Tenaga Kerja sebagai Solusi Alternatif

Jika penciptaan lapangan kerja di dalam negeri belum memadai, Tadjuddin menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan penyaluran tenaga kerja ke luar negeri. Menurutnya, permintaan tenaga kerja di beberapa negara masih tinggi dan dapat menjadi peluang.


“Penyaluran tenaga kerja harus dilakukan secara aman dan terjamin melalui skema Government to Government agar perlindungan tenaga kerja tetap terjaga,” tambahnya.


Pemerintah Didorong Ambil Langkah Nyata

Pakar dari UGM ini berharap pemerintah segera merumuskan strategi yang realistis dan tepat sasaran untuk menekan angka pengangguran, apalagi dengan adanya tren pemutusan hubungan kerja yang kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kombinasi PHK dan tingginya pengangguran lulusan muda jadi penyebab utama peningkatan angka TPT.


“Pemerintah harus segera mengambil kebijakan yang menyelesaikan masalah ini agar generasi muda dapat berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan nasional,” pungkas Tadjuddin.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved