Kurikulum Gonta-Ganti, Dunia Pendidikan Jadi Kacau dan Siswa Bingung Arah Belajar!
Tanggal: 18 Mei 2025 08:45 wib.
Tampang.com | Dalam satu dekade terakhir, dunia pendidikan Indonesia telah mengalami berbagai perubahan kurikulum, mulai dari KTSP, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka. Namun, alih-alih membawa perbaikan signifikan, kebijakan yang terus berubah ini justru menimbulkan kebingungan di lapangan.
Guru Kewalahan Beradaptasi dengan Sistem Baru
Setiap perubahan kurikulum menuntut pelatihan ulang bagi guru. Namun, waktu pelatihan yang terbatas dan ketidaksesuaian antara teori dan praktik membuat banyak guru merasa kewalahan.
“Kami baru memahami kurikulum lama, tiba-tiba sudah ganti lagi. Padahal implementasinya di sekolah butuh waktu dan kesiapan,” keluh Ratna, guru SMP di Tangerang.
Siswa Bingung Arah Belajar, Evaluasi Tak Konsisten
Siswa pun ikut terdampak. Materi pelajaran yang berubah dan sistem evaluasi yang tak stabil membuat proses pembelajaran kehilangan arah. Bahkan ada perbedaan pemahaman antar sekolah tentang kurikulum yang digunakan.
“Saya enggak tahu harus fokus ke mana. Tiap tahun rasanya beda cara belajarnya,” kata Nando, siswa SMA di Surabaya.
Minim Evaluasi Menyeluruh dan Kurangnya Konsistensi Kebijakan
Masalah utamanya adalah absennya evaluasi menyeluruh terhadap kurikulum sebelumnya sebelum kebijakan baru diterapkan. Kebijakan pendidikan juga kerap terpengaruh pergantian menteri, bukan berdasarkan kebutuhan jangka panjang.
“Kurikulum kita seperti proyek coba-coba. Setiap pemimpin ingin meninggalkan jejaknya, bukan membangun sistem berkelanjutan,” kritik Najwa Putri, pemerhati pendidikan dari LIPI.
Solusi: Stabilitas Kebijakan dan Partisipasi Pendidikan dari Akar Rumput
Para ahli menyerukan pentingnya menyusun kebijakan pendidikan yang berbasis data dan melibatkan para guru serta pemangku kepentingan lokal dalam perumusannya. Konsistensi dan keberlanjutan harus menjadi pijakan utama.
Pendidikan Bukan Eksperimen, Tapi Investasi Bangsa
Jika dunia pendidikan terus dijadikan ajang uji coba kebijakan, maka kualitas SDM yang dihasilkan pun akan lemah dan kehilangan daya saing di era global.