Sumber foto: google

Kisah Pilu Siti Aisyah Mundur dari UNRI karena UKT Mahal

Tanggal: 24 Mei 2024 18:42 wib.
Mahasiswa adalah tonggak utama dalam memajukan bangsa dan negara. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Siti Aisyah menjadi salah satu dari ribuan orang yang diterima di Universitas Riau (Unri) melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Namun gadis berprestasi dan langganan juara kelas di SMA-nya itu harus rela mengundurkan diri karena mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dipatok Unri.

Siti Aisyah awalnya sangat bersemangat untuk melanjutkan pendidikan di UNRI. Namun, saat ia mendapatkan informasi mengenai besarnya biaya UKT yang harus dibayarkan setiap semester, hatinya terasa hancur. Siti Aisyah yang diterima di jurusan Agroteknologi itu harus membayar UKT golongan 4 sebesar Rp3,5 juta per semester. Orang tua Siti yang hanya bekerja serabutan pun tak sanggup membayarnya. UKT yang terlalu mahal membuatnya harus mengambil keputusan pahit untuk mundur dari kampus impian tersebut. 

Diketahui polemik kenaikan UKT ini memang sedang hangat diperbincangkan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim bahkan sempat dicecar pertanyaan mengenai UKT pada rapat bersama DPR Komisi X pada Selasa (21/5) lalu. Namun, realitas pahit yang dihadapi oleh Siti Aisyah menggambarkan betapa sulitnya akses pendidikan tinggi bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

UNRI sendiri sebenarnya telah menawarkan berbagai program bantuan dan beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu, namun ternyata hal tersebut masih belum mampu menjangkau semua mahasiswa yang membutuhkan. Akibatnya, mahasiswa seperti Siti Aisyah harus memilih untuk menyelesaikan pendidikan mereka di jalur yang lebih murah, namun seringkali berkualitas rendah, atau bahkan terpaksa putus sekolah.

Siti Aisyah bukanlah satu-satunya mahasiswa yang mengalami kisah pilu ini. Banyak mahasiswa lain di seluruh Indonesia juga harus menghadapi kisah serupa, dimana mereka terpaksa mundur dari perguruan tinggi karena tidak mampu membayar UKT yang terlalu mahal. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam akses pendidikan tinggi di Indonesia yang masih menjadi permasalahan yang harus segera diatasi oleh pemerintah dan semua pihak terkait.

Pendidikan seharusnya menjadi hak bagi setiap warga negara, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk merumuskan kebijakan yang dapat memastikan setiap generasi muda memiliki akses yang adil dan merata terhadap pendidikan tinggi. Ini bukan hanya tentang menciptakan kesempatan untuk individu, tetapi juga tentang masa depan bangsa dan negara.

Kisah pilu Siti Aisyah dan mahasiswa lainnya yang terpaksa mundur dari UNRI karena UKT mahal seharusnya menjadi pemicu bagi semua pihak terkait untuk bertindak. Diperlukan langkah konkret untuk memastikan bahwa akses pendidikan tinggi dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa pengecualian.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved